Sunday, November 24, 2024
25.7 C
Jayapura

Fenomena Aphelion Tidak Bawa Dampak Buruk

JAYAPURA-Media sosial di Indonesia akhir-akhir ini kembali dihebohkan dengan informasi mengenai cuaca dingin melebihi kondisi biasanya akibat fenomena Aphelion. Informasi ini tentu meresahkan masyarakat.

Pelaksana Harian Kepala Balai Besar MKG Wilayah V Jayapura, Dony Christianto,M.Si menejaskan bahwa informasi tersebut merupakan informasi hoax atau bohong.

“Kami tekankan kembali bahwa informasi tersebut adalah tidak benar (Hoaks)”kata Dony Christianto saat dikonfirmasi Cenderwasih pos, Senin (10/7).

Dia menjelaskan, Aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali. Dimana jarak bumi berada pada titik terjauh terhadap matahari saat periode revolusi. Hal ini biasanya terjadi pada bulan Juli setiap tahunnya. Jadi hal ini bukan fenomena yang baru terjadi, namun sudah terjadi sejak dahulu.

“Pada tahun 2023 ini, untuk wilayah Papua, fenomena Aphelion terjadi pada tanggal 7 Juli yang lalu sehingga waktu kejadiannya sudah terlewati dan kita alami bersama bahwa tidak ada dampak signifikan terhadap kondisi cuaca dan suhu udara di wilayah Papua,” bebernya.

Baca Juga :  Kebakaran di Kampung Buton, Seorang Bayi Kena Sambaran Api

Lanjut dia, Fenomena Aphelion tidak memiliki pengaruh banyak terhadap kondisi cuaca. Bila masyarakat merasakan suhu udara akhir-akhir ini terasa lebih dingin dari biasanya, terutama pada malam hingga dini hari.

Hal itu disebabkan oleh faktor lain yakni kondisi alamiah yang terjadi pada periode puncak musim Kemarau. Yang umumnya terjadi pada bulan Juli-September terutama di wilayah yang memang mengalami musim kemarau seperti Merauke, Jayawijaya dan sekitarnya, dan Sentani, kabupaten Jayapura.

“Pada periode tersebut memang Angin didominasi oleh angin monsoon timur yang ditandai dengan angin yang bergerak dari arah Timur-tenggara yang berasal dari benua Australia,” jelasnya.

Lebih lanjut, pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin sehingga pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia bersifat dingin.

Selain itu, juga didukung oleh kondisi cuaca yang cenderung cerah selama musim kemarau, ketersediaan uap air yang sedikit di atmosfer serta sedikitnya tutupan awan menyebabkan energi radiasi panas matahari yang dilepas oleh bumi pada malam hari tidak bisa disimpan di atmosfer dan dilepas ke luar angkasa. Hal inilah yang menyebabkan udara akan terasa lebih dingin dari biasanya.

Baca Juga :  Penjabat Bupati Nduga Berharap ini Kejadian Terakhir

“Sekali lagi ditekankan bahwa fenomena aphelion tidak memiliki pengaruh siknifikan terhadap cuaca terutama suhu udara dan ini merupakan fenomena rutin tahunan yang telah terjadi bertahun-tahun yang lalu dan akan kembali terulang pada bulan Juli tahun depan,” imbuhnya.

Dia menambahkan, suhu udara yang terasa dingin tidak disebabkan oleh fenomena aphelion tetapi oleh faktor lain. Masyarakat diharapkan dapat memahami dan mengingat hal ini dengan baik, tidak mudah termakan hoaks, terus memperbaharui informasi dari sumber terpercaya sehingga apabila tahun yang akan datang muncul lagi informasi hoax yang sama masyarakat sudah paham dan tidak resah dalam merespon informasi yang beredar.(roy/wen)

JAYAPURA-Media sosial di Indonesia akhir-akhir ini kembali dihebohkan dengan informasi mengenai cuaca dingin melebihi kondisi biasanya akibat fenomena Aphelion. Informasi ini tentu meresahkan masyarakat.

Pelaksana Harian Kepala Balai Besar MKG Wilayah V Jayapura, Dony Christianto,M.Si menejaskan bahwa informasi tersebut merupakan informasi hoax atau bohong.

“Kami tekankan kembali bahwa informasi tersebut adalah tidak benar (Hoaks)”kata Dony Christianto saat dikonfirmasi Cenderwasih pos, Senin (10/7).

Dia menjelaskan, Aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali. Dimana jarak bumi berada pada titik terjauh terhadap matahari saat periode revolusi. Hal ini biasanya terjadi pada bulan Juli setiap tahunnya. Jadi hal ini bukan fenomena yang baru terjadi, namun sudah terjadi sejak dahulu.

“Pada tahun 2023 ini, untuk wilayah Papua, fenomena Aphelion terjadi pada tanggal 7 Juli yang lalu sehingga waktu kejadiannya sudah terlewati dan kita alami bersama bahwa tidak ada dampak signifikan terhadap kondisi cuaca dan suhu udara di wilayah Papua,” bebernya.

Baca Juga :  Ada Pendeta  Jadi Korban Konflik di Nduga

Lanjut dia, Fenomena Aphelion tidak memiliki pengaruh banyak terhadap kondisi cuaca. Bila masyarakat merasakan suhu udara akhir-akhir ini terasa lebih dingin dari biasanya, terutama pada malam hingga dini hari.

Hal itu disebabkan oleh faktor lain yakni kondisi alamiah yang terjadi pada periode puncak musim Kemarau. Yang umumnya terjadi pada bulan Juli-September terutama di wilayah yang memang mengalami musim kemarau seperti Merauke, Jayawijaya dan sekitarnya, dan Sentani, kabupaten Jayapura.

“Pada periode tersebut memang Angin didominasi oleh angin monsoon timur yang ditandai dengan angin yang bergerak dari arah Timur-tenggara yang berasal dari benua Australia,” jelasnya.

Lebih lanjut, pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin sehingga pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia bersifat dingin.

Selain itu, juga didukung oleh kondisi cuaca yang cenderung cerah selama musim kemarau, ketersediaan uap air yang sedikit di atmosfer serta sedikitnya tutupan awan menyebabkan energi radiasi panas matahari yang dilepas oleh bumi pada malam hari tidak bisa disimpan di atmosfer dan dilepas ke luar angkasa. Hal inilah yang menyebabkan udara akan terasa lebih dingin dari biasanya.

Baca Juga :  Kakanwil Kemenkumham Papua Optimis 1000 Sertifikat Akan Terbit Tahun 2022

“Sekali lagi ditekankan bahwa fenomena aphelion tidak memiliki pengaruh siknifikan terhadap cuaca terutama suhu udara dan ini merupakan fenomena rutin tahunan yang telah terjadi bertahun-tahun yang lalu dan akan kembali terulang pada bulan Juli tahun depan,” imbuhnya.

Dia menambahkan, suhu udara yang terasa dingin tidak disebabkan oleh fenomena aphelion tetapi oleh faktor lain. Masyarakat diharapkan dapat memahami dan mengingat hal ini dengan baik, tidak mudah termakan hoaks, terus memperbaharui informasi dari sumber terpercaya sehingga apabila tahun yang akan datang muncul lagi informasi hoax yang sama masyarakat sudah paham dan tidak resah dalam merespon informasi yang beredar.(roy/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya