Insert:Egelbert Sorabut

WAMENA-Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayawijaya Engelbert Sorabut mengaku masih mengalami sejumlah kendala dalam mengelola sejumlah potensi objek wisata di Lembah Baliem. Banyak potensi objek wisata, budaya, alam yang masih dikeramatkan dalam religi (kepercayaan) masyarakat adat, termasuk status hak ulayat yang menjadi kendala untuk pengembangannya.
Menurutnya, ada masyarakat adat yang bersedia dan juga yang menolak lokasinya dijadikan objek wisata, karena kepercayaan warga bahwa lokasi yang berpotensi jadi objek wisata itu merupakan tempat keramat.
“Itu kekhawatiran mereka. Seharusnya tidak perlu ada kekhawatiran itu, sehingga beberapa tempat yang belum tersentuh ini bisa dikelola menjadi objek wisata yang membawa income bagi masyarakat juga,” ungkapnya Senin (3/8) kemarin.
Menurut Engelbert, soal wisata budaya ada beberapa mumi, lalu kampung wisata suroba, atau Obia Distrik Kurulu yang sudah dikemas sangat bagus untuk wisata. Pihaknya sedang berupaya pendekatan khusus kepada pemilik objek ini, sehingga pemerintah meyakinkan mereka bahwa objek ini sekaligus lestarikan tetapi ada nilai ekonominya, ada pendapatan untuk masyarakat pemilik.
“Objek-objek ini juga kalau kita kembangkan jadi objek unggulan, pasti di situ juga ada tambahan pekerja. itu harapan kami sekaligus membuka lapangan kerja bagi masyarakat.”jelas Egelbert

Menurutnya, rata-rata wisata mumi ini ada anggotanya atau bisa menyerap tenaga 30 orang, dari anak-anak di sekitar lokasi. Sehingga dengan terakomodirnya anak-anak yang punya kebiasaan minum dan menggangu lingungan ini, maka ada pekerjaan bagi mereka supaya bisa ikut menjaga keamanan lingkungan.
Objek wisata lain seperti pasir putih, kolam renang di Asotipo, menurut Engelbert, sudah dikelola dengan baik. Pemerintah akan mendorong supaya masyarakat memenuhi kewajiban untuk membayar pajak dari retribusi tempat wisata ini. Dimana nantinya, pemerintah juga akan membantu penyediaan fasilitas lain di tempat wisata itu.
Sementara itu, terkait dengan pandemic Covid ini, tahun ini memang tidak digelar Festival Budaya Lembah Baliem. Namun begitu, lanjut Engelbert, dari hasil rapat online dengan pemerintah pusat, sejumlah kementerian menyatakan Jayawijaya termasuk prioritas pembangunan kepariwisataan.
“Mereka sampaikan bahwa Pemda harus siap menerima program untuk pengembangan pariwisata itu, misalnya infrastruktur dasar, lalu beberapa hal misalnya sarana prasarana, khususnya perhotelan itu menjadi incaran pemerintah pusat juga,” ungkap Engelbert yang berharap Jayawijaya dikenal tidak hanya Festival Budaya Baliem saja, tapi juga potensi objek wisata lainnya.(jo/tri)