Friday, November 22, 2024
31.7 C
Jayapura

Perhatikan Larangan dan Kondisi Cuaca, Agar Kecelakaan Laut bisa Diminimalisir

Mencermati Kasus Kecelakaan Laut di Perairan Selatan Pulau Papua

Musibah terbaliknya longboat dengan 13 penumpang yang terjadi di Distrik Mimika Barat Jauh, Kabupaten Mimika, menjadi catatan penting soal perlunya perhatian serius tentang keselamatan transportasi laut. Selain factor cuaca, fasilitas dan standar keselamatan juga masih menjadi catatan yagn perlu diseriusi.

Laporan: Yulius Sulo_ Merauke & M Wahyu Welerubun_Mimika

Kecelakaan kapal masih mewarnai pelayaran di Kabupaten Merauke. Berdasarkan catatan dari Kantor Pencarian dan Pertolongan Merauke,  selama 6 bulan terakhir terhitung sejak Januari-Juni  2024, tercatat 10  laporan yang diterima oleh Kantor SAR Merauke.

‘’Untuk  penanganan operasi pencarian dan pertolongan di wilayah kerja  SAR Merauke sejak Januari sampai Juni  2024 atau satu semester ini, kami telah menerima 10 laporan yang terjadi. 7 diantaranya kecelakaan kapal,  1 laporan kondisi membahayakan manusia serta 2 laporan terkait evakuasi banjir,’’ kata  Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor Pencarian dan Pertolongan Merauke Reza Aprianto, ditemui di ruang kerjanya, Senin (05/08).

Reza Aprianto (foto:Sulo/Cepos)

  Reza Aprianto  menjelaskan lebih rinci, dari 7 laporan kecelakaan kapal tersebut, 3 laporan diantaranya terkait ABK yang jatuh dari kapal,  lost kontak kapal  2 laporan,  kapal mengalami kebocoran 1 laporan dan mati  mesin 1 laporan.

Baca Juga :  Mayat Pria yang Ditemukan Membusuk Belum Terindentifikasi

  ‘’Dari seluruh total pelaksanaan operasi SAR tersebut, terdapat  39 orang korban yang terdiri dari  selamat  34 orang , meninggal dunia 3 orang dan tidak ditemukan atau hilang  hingga operasi pencarian ditutup  banyak  2 orang,’’ katanya.

  Sementara di tahun 2023 lalu, lanjut  Reza Aprianto, pihaknya melaksanakan operasi sebanyak 18 kali dengan rincian, 12 kali operasi  terkait kecelakaan kapal  dengan kondisi membahayakan manusia sebanyak 6 orang.

  ‘’Total korban 37 orang dengan jumlah selamat 37 orang, meninggal dunia 7 orang dan tidak ditemukan 3 orang,’’ katanya.

  Reza Aprianto  menjelaskan, bahwa dengan kemajuan tehnologi dan informasi, para nelayan tersebut semakin memahami kapan mereka harus  berlayar.

   ‘’Dengan informasi yang diberikan oleh BMKG setiap saat itu menjadi dasar bagi Syahbandar memberikan izin berlayar dan menjadi acuan bagi para nelayan atau nahkoda kapal untuk  berlayar, sehingga kecelakaan kapal akibat cuaca buruk di laut  dapat diminimalisir,’’ jelasnya.   

    Reza menambahkan, wilayah kerja dari Kantor  Pencarian dan Pertolongan Merauke meliputi Kabupaten Merauke, Boven Digoel dan  Mappi. Dari 10 laporan kejadian tersebut seluruhnya  terjadi di Kabupaten Merauke.

Baca Juga :  Warga SP 2 Tanah Miring Buat Minyak Sereh Merah

   Sementara Kabupaten Boven Digoel dan Mappi yang selama ini didominasi kecelakaan  di sungai atau kali dalam satu  semester atau dari Januari- Juni 2024, pihaknya belum menerima adanya laporan tersebut.

  ‘’Tentunya itu  yang kita harapkan, tidak ada accident atau kecelakaan apalagi merenggut nyawa manusia,’’ tutupnya.

   Sementara itu, dari Mimika dilaporkan bahwa sepanjang Januari hingga Juli 2024, Kantor Pencarian dan Pertolongan Timika telah menangani sebanyak 19 kecelakaan, mulai dari kecelakaan laut, kondisi membahayakan nyawa manusia hingga bencana alam banjir.

   Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Timika, I Wayan Suyatna menjelaskan, adapun kecelakaan tersebut 14 diantaranya merupakan kecelakaan laut, 4 diantaranya kondisi membahayakan manusia dan 1 lainnya merupakan bencana alam banjir.

  I Wayan menyebutkan, dari 19 kejadian itu, jumlah korban yang selamat sebanyak 103 orang, jumlah korban yang meninggal sebanyak 8 orang dan jumlah korban yang hilang sebanyak 18 orang.

  “Kalau saya lihat dari jumlah kecelakaan di tahun 2023 dibanding tahun 2024 sekarang jelas lebih banyak sekarang.” jelasnya saat diwawancarai melalui sambungan telepon, Senin (5/8/2024).

Mencermati Kasus Kecelakaan Laut di Perairan Selatan Pulau Papua

Musibah terbaliknya longboat dengan 13 penumpang yang terjadi di Distrik Mimika Barat Jauh, Kabupaten Mimika, menjadi catatan penting soal perlunya perhatian serius tentang keselamatan transportasi laut. Selain factor cuaca, fasilitas dan standar keselamatan juga masih menjadi catatan yagn perlu diseriusi.

Laporan: Yulius Sulo_ Merauke & M Wahyu Welerubun_Mimika

Kecelakaan kapal masih mewarnai pelayaran di Kabupaten Merauke. Berdasarkan catatan dari Kantor Pencarian dan Pertolongan Merauke,  selama 6 bulan terakhir terhitung sejak Januari-Juni  2024, tercatat 10  laporan yang diterima oleh Kantor SAR Merauke.

‘’Untuk  penanganan operasi pencarian dan pertolongan di wilayah kerja  SAR Merauke sejak Januari sampai Juni  2024 atau satu semester ini, kami telah menerima 10 laporan yang terjadi. 7 diantaranya kecelakaan kapal,  1 laporan kondisi membahayakan manusia serta 2 laporan terkait evakuasi banjir,’’ kata  Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor Pencarian dan Pertolongan Merauke Reza Aprianto, ditemui di ruang kerjanya, Senin (05/08).

Reza Aprianto (foto:Sulo/Cepos)

  Reza Aprianto  menjelaskan lebih rinci, dari 7 laporan kecelakaan kapal tersebut, 3 laporan diantaranya terkait ABK yang jatuh dari kapal,  lost kontak kapal  2 laporan,  kapal mengalami kebocoran 1 laporan dan mati  mesin 1 laporan.

Baca Juga :  Sempat Dikabarkan Hilang, Filep Karma Terdampar di Skow

  ‘’Dari seluruh total pelaksanaan operasi SAR tersebut, terdapat  39 orang korban yang terdiri dari  selamat  34 orang , meninggal dunia 3 orang dan tidak ditemukan atau hilang  hingga operasi pencarian ditutup  banyak  2 orang,’’ katanya.

  Sementara di tahun 2023 lalu, lanjut  Reza Aprianto, pihaknya melaksanakan operasi sebanyak 18 kali dengan rincian, 12 kali operasi  terkait kecelakaan kapal  dengan kondisi membahayakan manusia sebanyak 6 orang.

  ‘’Total korban 37 orang dengan jumlah selamat 37 orang, meninggal dunia 7 orang dan tidak ditemukan 3 orang,’’ katanya.

  Reza Aprianto  menjelaskan, bahwa dengan kemajuan tehnologi dan informasi, para nelayan tersebut semakin memahami kapan mereka harus  berlayar.

   ‘’Dengan informasi yang diberikan oleh BMKG setiap saat itu menjadi dasar bagi Syahbandar memberikan izin berlayar dan menjadi acuan bagi para nelayan atau nahkoda kapal untuk  berlayar, sehingga kecelakaan kapal akibat cuaca buruk di laut  dapat diminimalisir,’’ jelasnya.   

    Reza menambahkan, wilayah kerja dari Kantor  Pencarian dan Pertolongan Merauke meliputi Kabupaten Merauke, Boven Digoel dan  Mappi. Dari 10 laporan kejadian tersebut seluruhnya  terjadi di Kabupaten Merauke.

Baca Juga :  Petualang Joni Roto Ingin Titipkan Sepedanya di Papua

   Sementara Kabupaten Boven Digoel dan Mappi yang selama ini didominasi kecelakaan  di sungai atau kali dalam satu  semester atau dari Januari- Juni 2024, pihaknya belum menerima adanya laporan tersebut.

  ‘’Tentunya itu  yang kita harapkan, tidak ada accident atau kecelakaan apalagi merenggut nyawa manusia,’’ tutupnya.

   Sementara itu, dari Mimika dilaporkan bahwa sepanjang Januari hingga Juli 2024, Kantor Pencarian dan Pertolongan Timika telah menangani sebanyak 19 kecelakaan, mulai dari kecelakaan laut, kondisi membahayakan nyawa manusia hingga bencana alam banjir.

   Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Timika, I Wayan Suyatna menjelaskan, adapun kecelakaan tersebut 14 diantaranya merupakan kecelakaan laut, 4 diantaranya kondisi membahayakan manusia dan 1 lainnya merupakan bencana alam banjir.

  I Wayan menyebutkan, dari 19 kejadian itu, jumlah korban yang selamat sebanyak 103 orang, jumlah korban yang meninggal sebanyak 8 orang dan jumlah korban yang hilang sebanyak 18 orang.

  “Kalau saya lihat dari jumlah kecelakaan di tahun 2023 dibanding tahun 2024 sekarang jelas lebih banyak sekarang.” jelasnya saat diwawancarai melalui sambungan telepon, Senin (5/8/2024).

Berita Terbaru

Artikel Lainnya