Saturday, November 23, 2024
28.7 C
Jayapura

DOB, Hutan dan Tambang Papua Makin Terancam

JAYAPURA – Momen hari bumi atau Earth Day  disikapi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Papua dengan menggelar diskusi yang diikuti sejumlah organisasi lingkungan. Kegiatan 2 jam ini dan mengundang Weynad Watori sebagai pemateri.

  Satu materi yang sempat dibahas adalah dampak dari lahirnya Daerah Otonomi Baru yang diyakini akan mengancam keberadaan hutan dan tambang di Papua. Masyarakat adat juga akan terseret dalam pusara investasi tersebut.

   Direktur Walhi Papua, Maikel Peuki  menjelaskan bahwa diskusi yang dilakukan untuk mengingatkan kembali para pegiat lingkungan terkait hari bumi. Masih banyak PR yang harus dilakukan terkait kondisi lingkungan di Papua apalagi dengan kondisi terkini saat ini dimana ada sejumlah Daerah Otonomi Baru (DOB) yang secara tidak langsung akan memberi ancaman bagi terhadap keberlangsungan hidup masyarakat adat dan juga hutan ada yang tersisa.

Baca Juga :  Tidak Ada Tambahan Penghasilan ASN Dampak Kenaikan BBM

   “Pemekaran dan semakin terbuka dan orang akan berbondong – bonding masuk kemudian berinvestasi di Papua sementara dari data, kita di Papua masih yang termiskin disbanding provinsi lain,” jelas Maikel di kantor Walhi Papua, Waena, Kamis (25/4).

  Ia menyampaikan bahwa soal investasi yang masuk ke Papua perlu diatur   dalam kebijakan khusus termasuk dampak terhadap masyarakat adat.  “Harus ada pelurusan mekanisme dan kebijakan apa yang akan di dapat oleh masyarakat Papua dari lahirnya DOB ini,” bebernya.

   Lalu kayu – kayu yang keluar dari hutan di Keerom ternyata dijual sangat murah padahal kualitasnya sangat tinggi. “Ini menjadi keprihatinan kami juga dimana hutan ditebang namun masyarakat tidak mendapat banyak manfaat dari hasil hutan yang dimilili. Harga kayu sangat murah padahal saat dijual lagi ternyata mahal,” bebernya.

Baca Juga :  Belum Ada ASN Pemprov Ajukan Pengunduran Diri Untuk Nyaleg

   Weynand Watori menambahkan bahwa  anak muda di Papua perlu menumbuhkan sikap kritis terkait kondisi lingkungan yang terjadi. “Hutang negara semakin besar dan satu cara yang bisa dilakukan negara atau pemerintah adalah membuka ruang investasi. Ini jika terbiar maka yang babak belur adalah masyarakat di Papua. Hutan dan tambang akan terus dieksploitasi,” singgung Weynand.

   Papua diyakini akan mendapatkan tekanan yang lebih besar namun Weynand mengingatkan  agar jangan menyerah. “Ada banyak kebijakan yang salah  termasuk berkaitan dengan etik. Sayangnya kita hidup dari kesalahan itu sehingga saya pikir anak – anak muda harus bisa menumbuhkan pemikiran kritis mengawal setiap perubahan untuk menemukan keadilan dan kesejahteraan. Saya pikir itu kata kuncinya,” imbuhnya. (ade/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA – Momen hari bumi atau Earth Day  disikapi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Papua dengan menggelar diskusi yang diikuti sejumlah organisasi lingkungan. Kegiatan 2 jam ini dan mengundang Weynad Watori sebagai pemateri.

  Satu materi yang sempat dibahas adalah dampak dari lahirnya Daerah Otonomi Baru yang diyakini akan mengancam keberadaan hutan dan tambang di Papua. Masyarakat adat juga akan terseret dalam pusara investasi tersebut.

   Direktur Walhi Papua, Maikel Peuki  menjelaskan bahwa diskusi yang dilakukan untuk mengingatkan kembali para pegiat lingkungan terkait hari bumi. Masih banyak PR yang harus dilakukan terkait kondisi lingkungan di Papua apalagi dengan kondisi terkini saat ini dimana ada sejumlah Daerah Otonomi Baru (DOB) yang secara tidak langsung akan memberi ancaman bagi terhadap keberlangsungan hidup masyarakat adat dan juga hutan ada yang tersisa.

Baca Juga :  ULMWP Justru Kehilangan Simpati Internasional

   “Pemekaran dan semakin terbuka dan orang akan berbondong – bonding masuk kemudian berinvestasi di Papua sementara dari data, kita di Papua masih yang termiskin disbanding provinsi lain,” jelas Maikel di kantor Walhi Papua, Waena, Kamis (25/4).

  Ia menyampaikan bahwa soal investasi yang masuk ke Papua perlu diatur   dalam kebijakan khusus termasuk dampak terhadap masyarakat adat.  “Harus ada pelurusan mekanisme dan kebijakan apa yang akan di dapat oleh masyarakat Papua dari lahirnya DOB ini,” bebernya.

   Lalu kayu – kayu yang keluar dari hutan di Keerom ternyata dijual sangat murah padahal kualitasnya sangat tinggi. “Ini menjadi keprihatinan kami juga dimana hutan ditebang namun masyarakat tidak mendapat banyak manfaat dari hasil hutan yang dimilili. Harga kayu sangat murah padahal saat dijual lagi ternyata mahal,” bebernya.

Baca Juga :  Status Papua Siaga Virus Polio

   Weynand Watori menambahkan bahwa  anak muda di Papua perlu menumbuhkan sikap kritis terkait kondisi lingkungan yang terjadi. “Hutang negara semakin besar dan satu cara yang bisa dilakukan negara atau pemerintah adalah membuka ruang investasi. Ini jika terbiar maka yang babak belur adalah masyarakat di Papua. Hutan dan tambang akan terus dieksploitasi,” singgung Weynand.

   Papua diyakini akan mendapatkan tekanan yang lebih besar namun Weynand mengingatkan  agar jangan menyerah. “Ada banyak kebijakan yang salah  termasuk berkaitan dengan etik. Sayangnya kita hidup dari kesalahan itu sehingga saya pikir anak – anak muda harus bisa menumbuhkan pemikiran kritis mengawal setiap perubahan untuk menemukan keadilan dan kesejahteraan. Saya pikir itu kata kuncinya,” imbuhnya. (ade/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya