Saturday, April 27, 2024
24.7 C
Jayapura

Percepat Turunkan Angka Stunting

Pemkab Tolikara dan Bina Bangda Kemendagri Gelar Pertemuan Aksi Konvergensi

JAYAPURA- Dalam rangka mempercepat penurunan angka stunting, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tolikara menggelar Pertemuan Aksi Konvergensi guna menganalisis situasi dan pemetaan program, rencana kegiatan, sistem manajemen data stunting dan Bimbingan Teknis (Bimtek) pelaporan Web monitoring Bangda.

Pertemuan yang berlangsung selama 4 hari (26 – 30/5/2023) di hotel Horizon Abepura Jayapura itu dihadiri pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkup Pemkab Tolikara.

Penjabat Bupati Tolikara, Marthen Kogoya, SH.,M.AP dalam sambutannya saat membuka kegiatan tersebut, Jumat (26/5), memberikan apresiasi atas kehadiran narasumber Pertemuan Aksi Konvergensi dari Tim Iney Region V Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

“Terima kasih kepada Ibu Narasumber dari Tim INEY Regional V Bina Bangda Kemendagri yang bersedia hadir untuk bersama-sama kami disini membicarakan strategi mengatasi permasalahan stunting di Tanah Papua, khususnya di Kabupaten Tolikara. Semoga kehadiran ibu membawa berkah bagi kami masyarakat Tolikara. Terima kasih pula untuk pimpinanOPD dan staf yang telah hadir dalam kegiatan penting ini,” ujar Pj Bupati Marthen Kogoya.

Menurut Pj Bupati Marthen Kogoya, permasalahan stunting pada bayi dan anak balita di berbagai daerah marak dibicarakan publik. Kabupaten Tolikara menjadi termasuk dalam 5 besar penyumbang stunting tertinggi di Papua, bahkan menurut data secara nasional.

“Hal ini menjadi pertanyaan besar yang harus  kita cari dan ketahui jawabannya. Apa sebenarnya yang membuat angka stunting di daerah Tolikara begitu tinggi, tersebar di distrik dan kampung mana saja kasus tersebut? Apa yang sudah dan belum kita lakukan untuk mengatasi dan mengendalikan faktor-faktor penyebab angka stunting tersebut terus meningkat?” tegas Pj Bupati Marthen Kogoya.

Dijelaskannya, dari data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang diumumkan pada Rapat Kerja Nasional BKKBN di bulan Januari yang lalu, bahwa prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 24,4 persen dan pada Januari 2022 turun menjadi 21,66 persen.

Sementara di Provinsi Papua pada tahun 2021 prevalensi stunting sebesar 29,5”0 persen sedangkan di tahun 2022 meningkat sebesar 5,1 persen menjadi 34,642 persen. Dari hasil survei tercatat bahwa Provinsi Papua berada pada ranking ketiga setelah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Provinsi Sulawesi Barat.

Baca Juga :  Siap Dukung Program Kerja Pj Gubernur Velix Wanggai

Selanjutnya, menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), bahwa di Provinsi Papua, pada tahun 2022 Kabupaten Tolikara memegang rekor keempat dengan prevalensi stuntingnya sebesar 50,1”6 persen lebih sedikit dibawah Kabupaten Asmat 54,5 persen, Kabupaten Yahukimo 53,3 persen dan Kabupaten Nduga 50,2 persen.

Terdapat peningkatan angka stunting yang cukup signifikan di Kabupaten Tolikara dibandingkan dengan tahun 2021 sebesar 28,9 persen. Sementara itu diketahui bahwa WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 20.76 persen.

“Sungguh ini merupakan kenyataan buruk bagi kita, dan menjadi pukulan berat yang harus kita terima. Kenyataan bahwa pembangunan di daerah yang selama ini dilakukan belum banyak membuahkan perubahan bagi masyarakat, khususnya di daerah pedesaan,” imbuhnya.

Untuk itu Pj Bupati Marthen Kogoya kembali menegaskan, hal itu harus segera ditangani secara serius, sebagaimana yang dikatakan oleh Presiden RI, Joko Widodo, bahwa harus ada upaya keras untuk menurunkan prevalensi stunting, dan target nasional tahun 2024 penurunan prevalensi stunting berkisar pada angka 14.46 persen.

“Dapatkah kita melakukan upaya keras untuk menurunkan prevalensi stunting di daerah kita, Kabupaten Tolikara tercinta? Itulah mengapa kita hari ini dan beberapa hari ke depan berada di tempat ini bersama-sama mempelajari, menganalisa permasalahan dan mencari solusi, agar selanjutnya kembali ke daerah dapat melakukan upaya upaya nyata menurunkan prevalensi stunting secara bersama-sama. Saya sangat yakin bahwa kita pasti bisa,” ucapnya.

Dijelaskannya, stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan yang berlangsung dalam waktu lama, yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain karena kekurangan zat gizi pada 1000 hari pertama kehidupan dan bahkan sering berlanjut pada usia balita, kondisi kesehatan karena adanya penyakit tertentu, lemahnya ekonomi rumah tangga, serta kurangnya kesadaran orang tua tentang pentingnya gizi, dan kesehatan pada masa kehamilan dan setelah anak lahir.

Baca Juga :  Bawaslu Tolikara Serahkan ATK bagi 46 Bawaslu Distrik

“Menjadi tugas kita bersama untuk secara bersinergi memastikan setiap anak di wilayah Kabupaten Tolikara tidak mengalami stunting, memastikan generasi anak-anak saat ini dan generasi yang selanjutnya tumbuh normal dan sehat, menjadi generasi emas penerus estafet pembangunan daerah yang lebih baik, yang mampu merajut perubahan-perubahan daerah menuju kesamaan derajat di seluruh wilayah negeri ini,” jelas  Pj Bupati Marthen  Kogoya.

“Kita perhatikan di setiap keluarga bagaimana konsumsi pangannya, bagaimana asupan gizi hariannya, bagaimana perilaku menjaga kebersihan dan kesehatannya, serta bagaimana pula akses infrastruktur, air bersih dan akses informasinya. Kita lakukan edukasi terhadap masyarakat, agar semua mengerti dan sadar akan pentingnya kehidupan yang baik bagi anak-anak untuk masa depan yang lebih baik, melalui penyuluhan-penyuluhan, pemberian makanan tambahan yang bernilai gizi, perlombaan bayi sehat, perlombaan cara merawat anak yang baik, dan lain sebagainya,” imbuhnya.

Pj Bupati Marthen Kogoya menambahkan, intervensi pemerintah yang perlu dilakukan adalah melalui pendekatan pendampingan yang berkesinambungan. Hal ini penting karena dinilai sangat baik untuk memastikan bahwa setiap anak atau setiap keluarga mendapatkan pelayanan pembinaan supaya bisa membangun motivasi hidupnya yang bernilai tinggi. Konvergensi yang melibatkan berbagai pihak harus ditempuh dengan komitmen dukungan yang baik dari pihak-pihak terkait.

“Permasalahan stunting ini tidak bisa kita selesaikan hanya di atas meja. Kita semua harus turun menyelesaikannya hingga batas kemampuan langkah yang terakhir. Dan yang perlu kita garis bawahi yaitu bahwa pencegahan dan penanganan stunting tidak ada ujungnya, tidak ada kata selesai, harus berlanjut, seberapapun keberhasilan menurunkan prevalensi stunting.

Setelah mengikuti kegiatan ini saya harapkan kita semua kembali ke kabupaten dengan semangat yang tinggi mengaplikasikan pengetahuan yang telah diterima dari narasumber, mengaktualisasikan diri guna mendukung percepatan penurunan stunting di Kabupaten Tolikara,” pesan Pj Bupati Marthen Kogoya. (Diskominfo Tolikara)

Pemkab Tolikara dan Bina Bangda Kemendagri Gelar Pertemuan Aksi Konvergensi

JAYAPURA- Dalam rangka mempercepat penurunan angka stunting, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tolikara menggelar Pertemuan Aksi Konvergensi guna menganalisis situasi dan pemetaan program, rencana kegiatan, sistem manajemen data stunting dan Bimbingan Teknis (Bimtek) pelaporan Web monitoring Bangda.

Pertemuan yang berlangsung selama 4 hari (26 – 30/5/2023) di hotel Horizon Abepura Jayapura itu dihadiri pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkup Pemkab Tolikara.

Penjabat Bupati Tolikara, Marthen Kogoya, SH.,M.AP dalam sambutannya saat membuka kegiatan tersebut, Jumat (26/5), memberikan apresiasi atas kehadiran narasumber Pertemuan Aksi Konvergensi dari Tim Iney Region V Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

“Terima kasih kepada Ibu Narasumber dari Tim INEY Regional V Bina Bangda Kemendagri yang bersedia hadir untuk bersama-sama kami disini membicarakan strategi mengatasi permasalahan stunting di Tanah Papua, khususnya di Kabupaten Tolikara. Semoga kehadiran ibu membawa berkah bagi kami masyarakat Tolikara. Terima kasih pula untuk pimpinanOPD dan staf yang telah hadir dalam kegiatan penting ini,” ujar Pj Bupati Marthen Kogoya.

Menurut Pj Bupati Marthen Kogoya, permasalahan stunting pada bayi dan anak balita di berbagai daerah marak dibicarakan publik. Kabupaten Tolikara menjadi termasuk dalam 5 besar penyumbang stunting tertinggi di Papua, bahkan menurut data secara nasional.

“Hal ini menjadi pertanyaan besar yang harus  kita cari dan ketahui jawabannya. Apa sebenarnya yang membuat angka stunting di daerah Tolikara begitu tinggi, tersebar di distrik dan kampung mana saja kasus tersebut? Apa yang sudah dan belum kita lakukan untuk mengatasi dan mengendalikan faktor-faktor penyebab angka stunting tersebut terus meningkat?” tegas Pj Bupati Marthen Kogoya.

Dijelaskannya, dari data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang diumumkan pada Rapat Kerja Nasional BKKBN di bulan Januari yang lalu, bahwa prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 24,4 persen dan pada Januari 2022 turun menjadi 21,66 persen.

Sementara di Provinsi Papua pada tahun 2021 prevalensi stunting sebesar 29,5”0 persen sedangkan di tahun 2022 meningkat sebesar 5,1 persen menjadi 34,642 persen. Dari hasil survei tercatat bahwa Provinsi Papua berada pada ranking ketiga setelah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Provinsi Sulawesi Barat.

Baca Juga :  Vaksinasi Usia Anak Remaja yang Masih Rendah

Selanjutnya, menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), bahwa di Provinsi Papua, pada tahun 2022 Kabupaten Tolikara memegang rekor keempat dengan prevalensi stuntingnya sebesar 50,1”6 persen lebih sedikit dibawah Kabupaten Asmat 54,5 persen, Kabupaten Yahukimo 53,3 persen dan Kabupaten Nduga 50,2 persen.

Terdapat peningkatan angka stunting yang cukup signifikan di Kabupaten Tolikara dibandingkan dengan tahun 2021 sebesar 28,9 persen. Sementara itu diketahui bahwa WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 20.76 persen.

“Sungguh ini merupakan kenyataan buruk bagi kita, dan menjadi pukulan berat yang harus kita terima. Kenyataan bahwa pembangunan di daerah yang selama ini dilakukan belum banyak membuahkan perubahan bagi masyarakat, khususnya di daerah pedesaan,” imbuhnya.

Untuk itu Pj Bupati Marthen Kogoya kembali menegaskan, hal itu harus segera ditangani secara serius, sebagaimana yang dikatakan oleh Presiden RI, Joko Widodo, bahwa harus ada upaya keras untuk menurunkan prevalensi stunting, dan target nasional tahun 2024 penurunan prevalensi stunting berkisar pada angka 14.46 persen.

“Dapatkah kita melakukan upaya keras untuk menurunkan prevalensi stunting di daerah kita, Kabupaten Tolikara tercinta? Itulah mengapa kita hari ini dan beberapa hari ke depan berada di tempat ini bersama-sama mempelajari, menganalisa permasalahan dan mencari solusi, agar selanjutnya kembali ke daerah dapat melakukan upaya upaya nyata menurunkan prevalensi stunting secara bersama-sama. Saya sangat yakin bahwa kita pasti bisa,” ucapnya.

Dijelaskannya, stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan yang berlangsung dalam waktu lama, yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain karena kekurangan zat gizi pada 1000 hari pertama kehidupan dan bahkan sering berlanjut pada usia balita, kondisi kesehatan karena adanya penyakit tertentu, lemahnya ekonomi rumah tangga, serta kurangnya kesadaran orang tua tentang pentingnya gizi, dan kesehatan pada masa kehamilan dan setelah anak lahir.

Baca Juga :  Bhayangkari Cabang Tolikara Lakukan Bakti Sosial

“Menjadi tugas kita bersama untuk secara bersinergi memastikan setiap anak di wilayah Kabupaten Tolikara tidak mengalami stunting, memastikan generasi anak-anak saat ini dan generasi yang selanjutnya tumbuh normal dan sehat, menjadi generasi emas penerus estafet pembangunan daerah yang lebih baik, yang mampu merajut perubahan-perubahan daerah menuju kesamaan derajat di seluruh wilayah negeri ini,” jelas  Pj Bupati Marthen  Kogoya.

“Kita perhatikan di setiap keluarga bagaimana konsumsi pangannya, bagaimana asupan gizi hariannya, bagaimana perilaku menjaga kebersihan dan kesehatannya, serta bagaimana pula akses infrastruktur, air bersih dan akses informasinya. Kita lakukan edukasi terhadap masyarakat, agar semua mengerti dan sadar akan pentingnya kehidupan yang baik bagi anak-anak untuk masa depan yang lebih baik, melalui penyuluhan-penyuluhan, pemberian makanan tambahan yang bernilai gizi, perlombaan bayi sehat, perlombaan cara merawat anak yang baik, dan lain sebagainya,” imbuhnya.

Pj Bupati Marthen Kogoya menambahkan, intervensi pemerintah yang perlu dilakukan adalah melalui pendekatan pendampingan yang berkesinambungan. Hal ini penting karena dinilai sangat baik untuk memastikan bahwa setiap anak atau setiap keluarga mendapatkan pelayanan pembinaan supaya bisa membangun motivasi hidupnya yang bernilai tinggi. Konvergensi yang melibatkan berbagai pihak harus ditempuh dengan komitmen dukungan yang baik dari pihak-pihak terkait.

“Permasalahan stunting ini tidak bisa kita selesaikan hanya di atas meja. Kita semua harus turun menyelesaikannya hingga batas kemampuan langkah yang terakhir. Dan yang perlu kita garis bawahi yaitu bahwa pencegahan dan penanganan stunting tidak ada ujungnya, tidak ada kata selesai, harus berlanjut, seberapapun keberhasilan menurunkan prevalensi stunting.

Setelah mengikuti kegiatan ini saya harapkan kita semua kembali ke kabupaten dengan semangat yang tinggi mengaplikasikan pengetahuan yang telah diterima dari narasumber, mengaktualisasikan diri guna mendukung percepatan penurunan stunting di Kabupaten Tolikara,” pesan Pj Bupati Marthen Kogoya. (Diskominfo Tolikara)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya