Sunday, May 19, 2024
24.7 C
Jayapura

Prabowo-Gibran Mulai Kuatkan Koalisi dan Matangkan Program

Kedua, narasi sentimen negatif yang berpusat pada kekhawatiran dan kemarahan terhadap praktik Nepotisme yang terjadi di Pemilu Presiden 2024. Dalam tipe narasi ini, Bimantoro mengungkapkan, bahwa kekhawatiran publik utamanya pada praktik nepotisme yang diprediksi akan terus berjalan turun temurun dalam keluarga Gibran.

Pengguna X, lanjut dia, mengekspresikan bahwa tradisi nepotisme ditakutkan akan mengganggu sistem demokrasi di Indonesia. Gibran yang akan dilantik menjadi Wakil Presiden dikhawatirkan menjadi simbol langgengnya politik dinasti dan kuasa oligarki di Indonesia.   ”Jadi yang ditakutkan sebenarnya bukan Gibrannya, tapi kemunculan nepotisme dan politik dinasti,” tegasnya.

Bimantoro mengunghkapkan, jika dilihat dari 2 tipe narasi tersebut baik yang merayakan putusan MK sebagai kemenangan mutlak Prabowo-Gibran maupun kekhawatiran terhadap praktik nepotisme di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa 2 narasi tersebut berfokus pada personality atau individu. Dalam hal ini Gibran Rakabuming Raka.

Baca Juga :  Lebih dari 1880 Linmas Siap Amankan Pemilu 

”Diluar sentimen positif atau negatif, Gibran tetap menjadi pusat perbincangan pasca putusan MK. Terkhusus dalam sentimen negatif, Gibran dikultuskan sebagai simbol Nepotisme yang dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas demokrasi di Indonesia,” pungkasnya. (far/lyn/agf/wan/lum/mia)

Kedua, narasi sentimen negatif yang berpusat pada kekhawatiran dan kemarahan terhadap praktik Nepotisme yang terjadi di Pemilu Presiden 2024. Dalam tipe narasi ini, Bimantoro mengungkapkan, bahwa kekhawatiran publik utamanya pada praktik nepotisme yang diprediksi akan terus berjalan turun temurun dalam keluarga Gibran.

Pengguna X, lanjut dia, mengekspresikan bahwa tradisi nepotisme ditakutkan akan mengganggu sistem demokrasi di Indonesia. Gibran yang akan dilantik menjadi Wakil Presiden dikhawatirkan menjadi simbol langgengnya politik dinasti dan kuasa oligarki di Indonesia.   ”Jadi yang ditakutkan sebenarnya bukan Gibrannya, tapi kemunculan nepotisme dan politik dinasti,” tegasnya.

Bimantoro mengunghkapkan, jika dilihat dari 2 tipe narasi tersebut baik yang merayakan putusan MK sebagai kemenangan mutlak Prabowo-Gibran maupun kekhawatiran terhadap praktik nepotisme di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa 2 narasi tersebut berfokus pada personality atau individu. Dalam hal ini Gibran Rakabuming Raka.

Baca Juga :  Terpilih jadi Presiden, Prabowo: Mas Anies-Muhaimin Senyuman Anda Berat Sekali

”Diluar sentimen positif atau negatif, Gibran tetap menjadi pusat perbincangan pasca putusan MK. Terkhusus dalam sentimen negatif, Gibran dikultuskan sebagai simbol Nepotisme yang dikhawatirkan dapat menurunkan kualitas demokrasi di Indonesia,” pungkasnya. (far/lyn/agf/wan/lum/mia)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya