Sunday, April 28, 2024
24.7 C
Jayapura

DOB Mutlak Diperlukan Mengingat Papua Terlalu Luas

JAYAPURA-Tokoh masyarakat Papua, sekaligus Pengajar Prodi Agama Kristen di Uncen, Pdt.Fredy H.Toam S.Th., M.Si., mengatakan, pembangunan dan pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) merupakan bagian dari rancangan dan proses Tuhan di atas Tanah Papua, sehingga seharusnya bisa diterima dan didukung dengan baik.

   Menurut Pdt. Freddy Toam, seluruh perkembangan yang terjadi di Tanah Papua tidak pernah lepas dari pengendalian Tuhan, mulai dari masuknya pekabaran injil 167 tahun silam, hingga proses pembangunan dan pemekaran DOB saat ini.

   Seluruh dinamika yang terjadi di Papua pun harus sejalan dengan upaya untuk mendatangkan tanda-tanda Kerajaan Allah. Oleh karena itu, dirinya mengajak seluruh umat Kristen untuk melihat Pemekaran Daerah di Papua ini dari sudut pandang Terang Injil Kristus.

   “Tuhan tentu tidak menginginkan bangsa ini tinggal dalam keterbelakangan, dan ini stigma yang sudah lama diderita oleh orang-orang di Tanah Papua. Dengan otonomi ini sekarang, kita balikan stigma tersebut. Ibarat Rumah, Papua tidak boleh jadi bagian belakang, melainkan serambi atau bagian depan dari rumah Republik Indonesia. Papua berbatasan dengan Samudera Pasifik yang di seberangnya ada Amerika Serikat, Australia dan Jepang. Secara geografis, Papua harus menjadi etalase dari NKRI. Wajah Indonesia ini harus dapat dilihat dari Papua, dan saya bersyukur sekali bahwa semua suku bangsa ada di Papua,” ungkapnya, Jumat (25/3) kemarin.

Baca Juga :  Victor Yeimo Tolak Dakwaan JPU

  Sebagai tokoh agama Kristen, Pdt. Freddy menyampaikan pesan Tuhan untuk orang-orang percaya di Tanah Papua sebagaimana termuat dalam kutipan kitab Yesaya 40 : 1-11. Perikop Alkitab ini dimulai dengan kalimat “Hiburkanlah, Hiburkanlah umat-Ku… serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir”. Kemudian dikatakan,

  ”Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan;”.

  Kemudian pada ayatnya yang ke-5 disebutkan “maka kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama”. Ayat-ayat tersebut dinilai mengandung pesan Tuhan agar umat terus terlibat dalam proses pembangunan untuk dapat melihat kemuliaan Tuhan.

   Sejalan dengan firman Tuhan di atas, pemekaran DOB di Papua mutlak diperlukan mengingat kondisi wilayah yang terlalu luas. Jika ada masyarakat yang menolak pemekaran DOB, Pdt, Freddy Toam mengajak mereka untuk kembali mempelajari firman Tuhan secara seksama. Diakui juga bahwa ada tokoh-tokoh agama/pendeta yang menolak pemekaran DOB karena dinilai akan semakin menyisihkan keberadaan Orang Asli Papua (OAP). Pdt. Freddy Toam menilai bahwa pandangan tersebut cenderung partikularistik dan sempit.

Baca Juga :  Harusnya Tahu Diri

  “Para pendeta harus kembali pada pemahaman bahwa hukum kasih dan perintah penginjilan yang disampaikan Yesus bersifat universal. Tidak ada sekat pemisah, baik suku, bangsa, ras, warna kulit, jenis rambut, maupun bahasa. Yesus tidak membeda-bedakan orang, dan bahkan mengajarkan untuk mendoakan serta mengasihi musuh,” ungkap pendeta senior yang juga pernah menjadi anggota DPRP dan Ketua Kantor Komnas Haam Papua ini.

   Pada saat yang sama, dunia pun mengalami globalisasi sehingga hampir semua sekat telah terbuka. “Sangat naif jika ada pendeta-pendeta yang menutup diri terhadap pihak lain, kemudian menjustifikasi pandangannya dengan kutipan ayat suci,” tegas Pdt. Freddy.

  Lebih lanjut, Pdt. Freddy Toam menyampaikan bahwa OAP seharusnya dapat lebih banyak berkontribusi dalam proses pemekaran DOB, mengingat ada perlindungan dalam UU Otsus. “Dulu sebelum diterapkannya Otsus Papua, masyarakat Papua dapat hidup berdampingan tanpa membedakan asal suku. Putra daerah sepertinya pun mampu menjadi anggota dan pimpinan dari berbagai organisasi, seperti Ketua DPD KNPI, Anggota DPR Papua dan Ketua KOMNAS HAM Papua. Jadi harusnya dengan Otsus ini bisa berbuat lebih.”pungkasnya. (dil/tri)

JAYAPURA-Tokoh masyarakat Papua, sekaligus Pengajar Prodi Agama Kristen di Uncen, Pdt.Fredy H.Toam S.Th., M.Si., mengatakan, pembangunan dan pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) merupakan bagian dari rancangan dan proses Tuhan di atas Tanah Papua, sehingga seharusnya bisa diterima dan didukung dengan baik.

   Menurut Pdt. Freddy Toam, seluruh perkembangan yang terjadi di Tanah Papua tidak pernah lepas dari pengendalian Tuhan, mulai dari masuknya pekabaran injil 167 tahun silam, hingga proses pembangunan dan pemekaran DOB saat ini.

   Seluruh dinamika yang terjadi di Papua pun harus sejalan dengan upaya untuk mendatangkan tanda-tanda Kerajaan Allah. Oleh karena itu, dirinya mengajak seluruh umat Kristen untuk melihat Pemekaran Daerah di Papua ini dari sudut pandang Terang Injil Kristus.

   “Tuhan tentu tidak menginginkan bangsa ini tinggal dalam keterbelakangan, dan ini stigma yang sudah lama diderita oleh orang-orang di Tanah Papua. Dengan otonomi ini sekarang, kita balikan stigma tersebut. Ibarat Rumah, Papua tidak boleh jadi bagian belakang, melainkan serambi atau bagian depan dari rumah Republik Indonesia. Papua berbatasan dengan Samudera Pasifik yang di seberangnya ada Amerika Serikat, Australia dan Jepang. Secara geografis, Papua harus menjadi etalase dari NKRI. Wajah Indonesia ini harus dapat dilihat dari Papua, dan saya bersyukur sekali bahwa semua suku bangsa ada di Papua,” ungkapnya, Jumat (25/3) kemarin.

Baca Juga :  PLN Nunggak Pajak Kendaraan Hingga Ratusan Juta

  Sebagai tokoh agama Kristen, Pdt. Freddy menyampaikan pesan Tuhan untuk orang-orang percaya di Tanah Papua sebagaimana termuat dalam kutipan kitab Yesaya 40 : 1-11. Perikop Alkitab ini dimulai dengan kalimat “Hiburkanlah, Hiburkanlah umat-Ku… serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir”. Kemudian dikatakan,

  ”Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan;”.

  Kemudian pada ayatnya yang ke-5 disebutkan “maka kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama”. Ayat-ayat tersebut dinilai mengandung pesan Tuhan agar umat terus terlibat dalam proses pembangunan untuk dapat melihat kemuliaan Tuhan.

   Sejalan dengan firman Tuhan di atas, pemekaran DOB di Papua mutlak diperlukan mengingat kondisi wilayah yang terlalu luas. Jika ada masyarakat yang menolak pemekaran DOB, Pdt, Freddy Toam mengajak mereka untuk kembali mempelajari firman Tuhan secara seksama. Diakui juga bahwa ada tokoh-tokoh agama/pendeta yang menolak pemekaran DOB karena dinilai akan semakin menyisihkan keberadaan Orang Asli Papua (OAP). Pdt. Freddy Toam menilai bahwa pandangan tersebut cenderung partikularistik dan sempit.

Baca Juga :  DPR RI Terima Surpres Terkait Tiga DOB di Papua

  “Para pendeta harus kembali pada pemahaman bahwa hukum kasih dan perintah penginjilan yang disampaikan Yesus bersifat universal. Tidak ada sekat pemisah, baik suku, bangsa, ras, warna kulit, jenis rambut, maupun bahasa. Yesus tidak membeda-bedakan orang, dan bahkan mengajarkan untuk mendoakan serta mengasihi musuh,” ungkap pendeta senior yang juga pernah menjadi anggota DPRP dan Ketua Kantor Komnas Haam Papua ini.

   Pada saat yang sama, dunia pun mengalami globalisasi sehingga hampir semua sekat telah terbuka. “Sangat naif jika ada pendeta-pendeta yang menutup diri terhadap pihak lain, kemudian menjustifikasi pandangannya dengan kutipan ayat suci,” tegas Pdt. Freddy.

  Lebih lanjut, Pdt. Freddy Toam menyampaikan bahwa OAP seharusnya dapat lebih banyak berkontribusi dalam proses pemekaran DOB, mengingat ada perlindungan dalam UU Otsus. “Dulu sebelum diterapkannya Otsus Papua, masyarakat Papua dapat hidup berdampingan tanpa membedakan asal suku. Putra daerah sepertinya pun mampu menjadi anggota dan pimpinan dari berbagai organisasi, seperti Ketua DPD KNPI, Anggota DPR Papua dan Ketua KOMNAS HAM Papua. Jadi harusnya dengan Otsus ini bisa berbuat lebih.”pungkasnya. (dil/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya