Site icon Cenderawasih Pos

Pasca Dibongkar, PKL Binggung Cari Tempat Jualan

Rata dengan tanah lapak milik PKL di pinggir jalan masuk pasar Otonom, usai  dibongkar paksa oleh petugas, Rabu (22/5).(Foto Jimi cepos)

JAYAPURA -Puluhan lapak milik Pedagang Kali Lima (PKL) di sepanjang bahu jalan masuk pasar Otonom telah ditertibkan. Bangunan semi permanen yang dibangun PKL itu telah rata dengan tanah. Nasib ratusan PKL jadi dipertanyakan.

    Dimana Tim Gabungan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura yang dikerahkan, telah membongkar paksa lapak milik pedagang di sepanjang jalan masuk pasar  ini, Rabu (22/5).

  Dari pantauan Cenderawasih Pos di lokasi, Tim Gabungan dari Pemkot Jayapura yang terdiri dari Dinas Perhubungan, Satpol-PP, Kepolisian hingga TNI membongkar lapak milik  PKL dengan mengunakan alat berat.

  Merespon hal itu, Can (44), salah satu pedagang yang lapaknya dibongkar, merasa kecewa dengan tindakan yang dilakukan oleh Pemkot itu. Can mengatakan seharusnya pemerintah terlebih dahulu persiapkan tempat sebelum melakukan penertiban. Namun Can tetap mendukung tindak pemerintah tersebut.

   “Sebenarnya, saya tetap menghargai aturan pemerintah namun disini lain saya tidak terima begitu saja tanpa ada persiapan tempat untuk kita berjualan,” kata Can, kepada Cenderawasih Pos, Rabu (22/5).

   Menurutnya, selama ini pemerintah hanya tahu bongkar, tanpa ada persiapan tempat terlebih dahulu.

“Karena selama ini pasar lama dibongkar, dibongkar bagian atas, di bongkar bagian bawah, pasar ikan dibongkar belum sediakan tempat sudah dibongkar,” jelasnya.

  Lanjutnya, bagian dalam Pasar Otonom masih dalam sengketa. Tepat, di bagian ujung pasar itu masih dalam permasalahan dikarenakan pemerintah belum selesai pembayaran. Dia mengaku dulunya pernah jualan di dalam pasar, tetapi karena masalah tersebut, akhirnya Ia lebih memilih jualan di luar pasar atau di pinggir jalan.

   “Terus di bagian dalam, tepatnya diujung pasar Otonom, kita semua sudah pindah tapi ternyata belum lunas pemerintah bayar,” lanjutnya.

  Can mengaku ia dan para pedagang lainnya rela utang dengan Bank dan Koperasi demi membangun lapak untuk bisa berjualan. Bahkan Can, mengatakan satu-satunya jalan untuk mendapatkan penghasilan dan kebutuhan hidupnya sehari-hari hanya dari lapak tersebut.

  Dia juga mengeluhkan dengan kondisi pasar yang sempit, tidak beraturan dan semerawut. Bahkan, kata Can, banyak bangunan liar juga yang ada di dalam Pasar untuk dijadikan tempat tinggal dan dikontrakkan.

  “Pasar ini  juga  tidak ada pintu keluar hanya pintu masuk,  sempit sekali di dalam karena apa? banyak sekali bangunan liar di dalam pasar ini banyak sekali, bahakan banyak tempat didalam disewakan, Bahkan dijadikan tempat tinggal,” bebernya.

  Pedagang baru bertambah banyak, Pengangguran semakin menumpuk, sedangkan pemerintah terus melakukan pembongkaran dan penertiban tanpa ada pembangunan.

  Sebagai contoh, Can, sampaikan bahwa Pasar lama Abepura hingga saat ini tidak ada pembenahan tetapi pedagangnya di suruh pindah untuk sementara waktu, dikarenakan sebagian pembangunan dari Pasar tersebut bangun di atas tanah sengketa.

  Dia mengatakan para pedagang yang jual di luar pasar tersebut, karena tidak mempunyai tempat di dalam Pasar. Kalaupun ada lapak yang kosong, tetapi tidak sesuai dengan yang diinginkan pedagang, dikarenakan lapak tersebut hanya berukuran kecil dan tidak bisa untuk jual sayuran-sayuran dan barang Sembako lainya.

“Kita tetap menghormati bapak-bapak yang kerja di pemerintah, apa pun aturan pemerintah kita hargai tapi setidaknya ambil solusi jangan dengan kekerasan seperti ini”, ujarnya.

   “Ini kan termasuk kekerasan karena apa kita tidak ada tempat, kehidupan ini keras, kita kerja ini tidak ada gaji, kita kerja hari ini hanya untuk makan hari ini, belum lagi bayar utang,” tambahnya.

   Kalau kondisinya sudah seperti ini, para pedagang ini binggung harus kemana, harus jualan dimana, sementara satu-satunya penghasilan dari pedagang adalah hanya dengan jualan.

   Can, menyampaikan bahwa sekitar 300 lebih PKL yang jual di luar pasar, dan puluhan lapak semi permanen milik PKL telah dibongkar paksa. Dengan jumlah seperti itu,kata Can, tidak mungkin muat dalam satu pasar yang kondisinya belum direnovasi.

  Di tempat yang sama juga disampaikan oleh, Rian (40), juga merupakan korban dari penertiban yang dilakukan oleh Pemkot Jayapura. Ia mengatakan walaupun banyak lapak yang kosong di dalam Pasar tersebut tidak mungkin muat dengan jumlah yang sebanyak itu.

   “Kalaupun banyak yang kosong juga tidak muat, karena tidak dibenahi, karena los ini kosong tidak ada isinya semua pada keluar di pinggir jalan,”kata Rian kepada Cenderawasih Pos, Ribu (22/5).

  Adapun keluhan lain dari pedagang yang Rian, sampaikan bahwa alasan orang tidak mau untuk jual di los atau lapak dikarenakan banjir ketika musim Hujan tiba.

Ia menginginkan pemerintah segera benahi pasar tersebut agar layak digunakan.(CR-278)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos   

Exit mobile version