“Sejak awal pasca kebakaran, pemerintah tidak pernah bicara apa-apa tentang bantuan, jadi kita mau tunggu juga belum tentu ada, mau tidak mau bangun sendiri,” ujarnya.
Namun dia mengharapkan jika memang ada bantuan, maka pemerintah dapat salurkan itu dengan bantuan tunai. “Kalau memang ada bantuan silahkan pakai uang, karena kalau bahan pasti lama,” bebernya.
Hal yang sama juga disampaikan Yati (37), yang juga mengaku terkait bantuan, dirinya juga tidak mengetahui seperti apa kelanjutan dari peristiwa kebakaran itu. “Sampai sekarang pemerintah tidak pernah datang mau bicara bantuan, jadi kita juga bingung,” bebernya.
Yati sendiri juga membangun lapak jualannya di lokasi bekas kebakaran menggunakan dana pribadinya. Adapun ukuran lapaknya itu 4×6 meter persegi. Dia membuka lapaknya itu untuk menjual barang cakar bongkar (Cabo)
“Kita sebenarnya menunggu kepastian, kalau memang ada bantuan silahkan datang bicara, kasigan korban yang lain yang tidak punya uang,” tuturnya.
Sebab menurutnya lapak yang mereka tempati itu setiap bulannya membayar iuran wajib. Sayangnya saat kejadian pasar dibakar oknum warga ini, pemerintah tidak memberikan kepastian kepada korban.
“Setiap bulan kami bayar iuran Rp 400 ribu, kepada kepala pasar, sehingga kami harap pemerintah serius urus masalah pasar ini,” harapnya.
Sebelumnya, pada Senin (22/1/2024) lalu Kepala Dinas (Kadis) Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperndagkop) dan UMKM Kota Jayapura Robert L.N Awi menyampaikan pihaknya akan segera membangun 44 unit kios di lokasi kebakaran di Pasar Youtefa Abepura.
Pembangunan kios tersebut kata dia akan dilakukan oleh pedagang itu sendiri. Sedangkan pemerintah hanya mendistribusikan bahan bangunan sesuai kebutuhan para pedagang.
Diketahui, sekitar 24 unit Lapak milik pedagang di Pasar Youtefa Abepura, ludes terbakar pada Minggu (7/1) lalu. (rel/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos