Friday, May 10, 2024
23.7 C
Jayapura

Perbedaan Tak Boleh Jadi Alasan Keretakan 

   Sementara dalam skala yang lebih kecil, adanya sebuah fenomena, tumbuh  suburnya paham Protestan, Katholik, Islam (PKI) dalam keluarga keluarga inti Orang Asli Papua (OAP) yang dengan paham tersebut, justru membuat mereka sangat kokoh sebagai sebuah keluarga.

  Bahwa pilihan agama boleh berbeda, namun mereka disatukan dalam sebuah ikatan kekerabatan. Meskipun demikian secara universal saat ini agama seringkali dipandang sebagai sumber konflik diberbagai belahan dunia, akan tetapi di Papua agama merupakan sumber kedamaian dan perdamaian.

  “Sebagai seorang muslim di Papua, saya telah belajar bahwa Islam yang saya anut mengajarkan moderasi, yang berarti menjauhi ekstrem baik dalam keyakinan maupun dalam praktek.

Baca Juga :  Anti Bullying dan Cegah Penyalahgunaan Narkoba

Moderasi ini tidak lain adalah refleksi dari konsep “wasatiyyah” yang menjadi prinsip hidup dalam Islam, yaitu jalan tengah yang membawa rahmat bagi seluruh alam,” paparnya.

   Menurut Gubernur, bersikap moderat itu bukan berarti lemah atau kompromistis, tapi sebuah upaya untuk menavigasi keragaman dengan bijak. Moderasi merupakan upaya mengelola perbedaan dan menjadikannya sebagai kekuatan, bukan sebagai titik lemah.

   “Tantangan kita adalah nyata, ada suara-suara yang keras, yang  mencoba menggusur harmoni yang telah kita bangun. Namun, kita  juga dihadapkan pada peluang yang sama besarnya. Dalam setiap  debat, dalam setiap pertemuan, kita memiliki kesempatan untuk  menunjukkan bahwa Papua, dan Indonesia secara lebih luas, bisa  menjadi contoh bagaimana keragaman di kelola menjadi sebuah  kekuatan dan dapat dijadikan sebagai nilai global untuk perdamaian dunia,” bebernya.

Baca Juga :  Tak Fit, Victor Yeimo Dihadirkan Lewat Virtual

   Sementara dalam skala yang lebih kecil, adanya sebuah fenomena, tumbuh  suburnya paham Protestan, Katholik, Islam (PKI) dalam keluarga keluarga inti Orang Asli Papua (OAP) yang dengan paham tersebut, justru membuat mereka sangat kokoh sebagai sebuah keluarga.

  Bahwa pilihan agama boleh berbeda, namun mereka disatukan dalam sebuah ikatan kekerabatan. Meskipun demikian secara universal saat ini agama seringkali dipandang sebagai sumber konflik diberbagai belahan dunia, akan tetapi di Papua agama merupakan sumber kedamaian dan perdamaian.

  “Sebagai seorang muslim di Papua, saya telah belajar bahwa Islam yang saya anut mengajarkan moderasi, yang berarti menjauhi ekstrem baik dalam keyakinan maupun dalam praktek.

Baca Juga :  Siapkan 400 Personel untuk Gerbang Natal dan Patroli

Moderasi ini tidak lain adalah refleksi dari konsep “wasatiyyah” yang menjadi prinsip hidup dalam Islam, yaitu jalan tengah yang membawa rahmat bagi seluruh alam,” paparnya.

   Menurut Gubernur, bersikap moderat itu bukan berarti lemah atau kompromistis, tapi sebuah upaya untuk menavigasi keragaman dengan bijak. Moderasi merupakan upaya mengelola perbedaan dan menjadikannya sebagai kekuatan, bukan sebagai titik lemah.

   “Tantangan kita adalah nyata, ada suara-suara yang keras, yang  mencoba menggusur harmoni yang telah kita bangun. Namun, kita  juga dihadapkan pada peluang yang sama besarnya. Dalam setiap  debat, dalam setiap pertemuan, kita memiliki kesempatan untuk  menunjukkan bahwa Papua, dan Indonesia secara lebih luas, bisa  menjadi contoh bagaimana keragaman di kelola menjadi sebuah  kekuatan dan dapat dijadikan sebagai nilai global untuk perdamaian dunia,” bebernya.

Baca Juga :  Dinsos Mulai Proses Bantuan Studi Mahasiswa Port Numbay

Berita Terbaru

Artikel Lainnya