Saturday, December 6, 2025
26 C
Jayapura

Harus Ada Intervensi Untuk HIV/AIDS

Ia menilai bahwa penurunan intensitas sosialisasi publik merupakan faktor yang memperburuk situasi lapangan. Stigma terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) masih tinggi, sehingga mendorong banyak warga enggan melakukan pemeriksaan dini.

“Fakta di lapangan menunjukkan sebagian besar kasus baru ditemukan dalam kondisi stadium lanjut. Ini bukan hanya persoalan medis, tetapi persoalan komunikasi publik dan kultural,” ujarnya.

Sebagai solusi, ia mendorong pemerintah memperkuat layanan deteksi dini melalui mobile clinic, VCT keliling, serta pelatihan tenaga kesehatan di tingkat distrik. Selain itu, ia menekankan pentingnya keterlibatan tokoh gereja, kepala suku, tokoh perempuan, dan pemuda adat dalam edukasi publik.

Beberapa rekomendasi disampaikan Kossay untuk pemerintah daerah dalam menangani kasus tersebut yakni; Pertama, Menempatkan HIV sebagai prioritas utama dalam APBD. Kedua, Mengimplementasikan pendekatan penanganan berbasis konteks Papua. Ketiga, Memperluas layanan deteksi dini dan memastikan ketersediaan ARV secara konsisten. Keempat, meningkatkan edukasi berbasis budaya melalui kolaborasi dengan tokoh masyarakat. Dan kelima, membangun sistem pemantauan dan evaluasi terintegrasi antar kabupaten/kota.

Baca Juga :  Bhayangkari Daerah Papua Ikuti Bazar Kreasi Bhayangkari Nusantara Tahun 2024

“Penanganan HIV/AIDS adalah persoalan martabat manusia Papua. Komitmen dan keseriusan pemerintah menjadi kunci untuk menyelamatkan generasi masa depan,” tutup Kossay. (jim)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Ia menilai bahwa penurunan intensitas sosialisasi publik merupakan faktor yang memperburuk situasi lapangan. Stigma terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) masih tinggi, sehingga mendorong banyak warga enggan melakukan pemeriksaan dini.

“Fakta di lapangan menunjukkan sebagian besar kasus baru ditemukan dalam kondisi stadium lanjut. Ini bukan hanya persoalan medis, tetapi persoalan komunikasi publik dan kultural,” ujarnya.

Sebagai solusi, ia mendorong pemerintah memperkuat layanan deteksi dini melalui mobile clinic, VCT keliling, serta pelatihan tenaga kesehatan di tingkat distrik. Selain itu, ia menekankan pentingnya keterlibatan tokoh gereja, kepala suku, tokoh perempuan, dan pemuda adat dalam edukasi publik.

Beberapa rekomendasi disampaikan Kossay untuk pemerintah daerah dalam menangani kasus tersebut yakni; Pertama, Menempatkan HIV sebagai prioritas utama dalam APBD. Kedua, Mengimplementasikan pendekatan penanganan berbasis konteks Papua. Ketiga, Memperluas layanan deteksi dini dan memastikan ketersediaan ARV secara konsisten. Keempat, meningkatkan edukasi berbasis budaya melalui kolaborasi dengan tokoh masyarakat. Dan kelima, membangun sistem pemantauan dan evaluasi terintegrasi antar kabupaten/kota.

Baca Juga :  Membobol Kios, Seorang Pemuda Dibekuk

“Penanganan HIV/AIDS adalah persoalan martabat manusia Papua. Komitmen dan keseriusan pemerintah menjadi kunci untuk menyelamatkan generasi masa depan,” tutup Kossay. (jim)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya