Saturday, April 27, 2024
28.7 C
Jayapura

Jaga Pola Makan, Waspadai Penyakit Tidak Menular

JAYAPURA-Perilaku hidup yang tidak sehat dan makan makanan yang banyak mengandung lemak dan mengandung gula tinggi, diyakini menjadi pemicu sejumlah penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, diabetes, stroke, gangguan fungsi ginjal dan penyakit  lainnya.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Robby Kayame menyampaikan, untuk menekan penyakit tersebut, masyarakat perlu melakukan deteksi dini dan kerap memeriksakan kesehatannya.

  “Masyarakat tak perlu takut apalagi malas ke Puskesmas atau pelayanan kesehatan untuk mengecek kesehatannya,” terang Robby Kayame saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, Selasa (3/10).

  Menurut robby, penyakit tidak menular ini juga menjadi penyumbang  angka kematian di tanah Papua. Bahkan dari data yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi Papua, penyakit dengan kasus jantung mencapai 70,74 persen, disusul gagal jantung 5,72 persen, stroke 14,80 persen dan kanker 7,62 persen.

  Untuk itu,  Robby juga menyarankan agar masyarakat banyak bergerak, kurangi makan makanan yang berlemak apalagi yang manis-manis dalam rangka mencegah terjadinya penyakit.

Baca Juga :  40 Orang Siap Mati Bela Gubernur Enembe

  Sementara itu, upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan dalam rangka menekan penyakit tersebut dengan melakukan sosialisasi, membuat seminar, olahraga bersama. “Dalam melakukan deteksi dini, kami biasa melakukan pemeriksaan darah di tempat tempat ibadah dan kelompok kelompok masyarakat,” kata Robby.

  Sebagaimana kata Robby, di Papua kebanyakan orang meninggal dunia akibat penyakit tidak menular yang diakibatkan jantung dan diabetes. Kendati demikian, penyakit lainnya seperti malaria, HIV dan TBC juga penyumbang kematian terbanyak.

  Sementara itu, Wakil Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Papua dr. Aaron Rumainum, M.Kes menyampaikan bahwa untuk menekan penyakit tidak menular, maka diperlukan peran Puskesmas setempat yang melakukan pemeriksaan kepada setiap warga, terutama tekanan darah, kolesterol asam urat dan gula darah.

Baca Juga :  BTM: 10 Keondoafian Sepakat Jembatan Youtefa

  “Puskesmas di setiap kabupaten/kota harus bertanggungjawab untuk melakukan pemeriksaan, sebab dalam dunia akreditasi Puskesmas memiliki 5 program prioritas nasional yakni penurunan kematian ibu dan anak, peningkatan cakupan imunisasi, stunting, TBC dan penyakit tidak menular,” terangnya.

  Ia pun mengklaim bahwa dalam menekan penyakit tidak menular, Dinkes Papua melakukan pelatihan seperti Pos Pembinaan Terpadu penyakit tidak menular dan pelayanan terpadu penyakit tidak menular.

  “Bagi masyarakat, jika sudah kena diabetes atau jantung. Segera lakukan pemeriksaan  kesehatan secara teratur, minum obat dan hindari asap rokok,” imbaunya.

  Dr Aaron juga mengaku prihatin, sebab kebanyakan masyarakat terutama Orang Asli Papua takut untuk memeriksakan kesehatannya. “Jangan takut melakukan pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan sejak dini itu sangat penting. Terlebih orang terkena penyakit tidak menular dengan usia 40 tahun ke atas dengan faktor resiko,” pungkasnya. (fia/tri)

JAYAPURA-Perilaku hidup yang tidak sehat dan makan makanan yang banyak mengandung lemak dan mengandung gula tinggi, diyakini menjadi pemicu sejumlah penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, diabetes, stroke, gangguan fungsi ginjal dan penyakit  lainnya.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Robby Kayame menyampaikan, untuk menekan penyakit tersebut, masyarakat perlu melakukan deteksi dini dan kerap memeriksakan kesehatannya.

  “Masyarakat tak perlu takut apalagi malas ke Puskesmas atau pelayanan kesehatan untuk mengecek kesehatannya,” terang Robby Kayame saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, Selasa (3/10).

  Menurut robby, penyakit tidak menular ini juga menjadi penyumbang  angka kematian di tanah Papua. Bahkan dari data yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi Papua, penyakit dengan kasus jantung mencapai 70,74 persen, disusul gagal jantung 5,72 persen, stroke 14,80 persen dan kanker 7,62 persen.

  Untuk itu,  Robby juga menyarankan agar masyarakat banyak bergerak, kurangi makan makanan yang berlemak apalagi yang manis-manis dalam rangka mencegah terjadinya penyakit.

Baca Juga :  LBH Buka Pendaftaran Pelatihan Bantuan Hukum

  Sementara itu, upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan dalam rangka menekan penyakit tersebut dengan melakukan sosialisasi, membuat seminar, olahraga bersama. “Dalam melakukan deteksi dini, kami biasa melakukan pemeriksaan darah di tempat tempat ibadah dan kelompok kelompok masyarakat,” kata Robby.

  Sebagaimana kata Robby, di Papua kebanyakan orang meninggal dunia akibat penyakit tidak menular yang diakibatkan jantung dan diabetes. Kendati demikian, penyakit lainnya seperti malaria, HIV dan TBC juga penyumbang kematian terbanyak.

  Sementara itu, Wakil Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Papua dr. Aaron Rumainum, M.Kes menyampaikan bahwa untuk menekan penyakit tidak menular, maka diperlukan peran Puskesmas setempat yang melakukan pemeriksaan kepada setiap warga, terutama tekanan darah, kolesterol asam urat dan gula darah.

Baca Juga :  Pastikan Studi Berlanjut, SMAN 1 Jayapura Gandeng Sejumlah PT

  “Puskesmas di setiap kabupaten/kota harus bertanggungjawab untuk melakukan pemeriksaan, sebab dalam dunia akreditasi Puskesmas memiliki 5 program prioritas nasional yakni penurunan kematian ibu dan anak, peningkatan cakupan imunisasi, stunting, TBC dan penyakit tidak menular,” terangnya.

  Ia pun mengklaim bahwa dalam menekan penyakit tidak menular, Dinkes Papua melakukan pelatihan seperti Pos Pembinaan Terpadu penyakit tidak menular dan pelayanan terpadu penyakit tidak menular.

  “Bagi masyarakat, jika sudah kena diabetes atau jantung. Segera lakukan pemeriksaan  kesehatan secara teratur, minum obat dan hindari asap rokok,” imbaunya.

  Dr Aaron juga mengaku prihatin, sebab kebanyakan masyarakat terutama Orang Asli Papua takut untuk memeriksakan kesehatannya. “Jangan takut melakukan pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan sejak dini itu sangat penting. Terlebih orang terkena penyakit tidak menular dengan usia 40 tahun ke atas dengan faktor resiko,” pungkasnya. (fia/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya