Friday, March 29, 2024
25.7 C
Jayapura

Cegah Lebih Dulu dari Hulu

TANAM POHON– Puluhan pemuda melakukan penanaman di pinggiran Kali Doyo Baru, Sentani Barat Minggu (19/5) kemarin. ( FOTO : Gamel Cepos )

JAYAPURA–Aksi penanaman pohon di lokasi banjir bandang Sentani masih terus dilakukan. Penanganan banjir tentunya akan lebih tepat bila dimulai dari hulu. Menjaga dari atas agar bisa dipastikan tak ada dampak yang begitu parah di bagian bawah. “Ada 120 bibit pohon dengan berbagai jenis yang kami tanam di pinggiran kali Doyo Baru dan ini menjadi salah satu lokasi terdampak akibat banjir kemarin,”kata Noldi Worone, salah satu koordinator dari Pathfinder, kelompok Pelayanan Pemuda Advent  usai melakukan penanaman pohon di Doyo Baru, Minggu (19/5). 

 Aksi ini diinisiasi kelompok Pathfinder dan diikuti sejumlah kelompok peduli lainnya, diantaranya CPA Hirosi, Forum Komunitas Jayapura orang muda Katolik dan remaja Masjid Darul Ulum. Kata Noldi, pihaknya harus terus mengingatkan warga bahwa perlu ada upaya kepedulian dan keprihatinan yang dilakukan agar masyarakat bisa kembali bangkit dengan  menumbuhkan sikap  peka serta peduli terhadap lingkungan. Noldi menyebutkan, dari semua peserta yang ikut ambil bagian sebagian besar justru mereka yang berstatus ikut menjadi  korban. 

Baca Juga :  529 Siswa Tamtama Siap Laksanakan Pendidikan

 “Dengan menanam, kami pikir adik-adik ini akan memiliki kepedulian dan rasa bertanggungjawab untuk lingkungan sekitarnya. Upaya kami tentu dampaknya tak seberapa, namun mengajarkan untuk peduli ini yang penting,” kata Noldi. Diungkapkan, setelah berkumpul seluruh peserta mengambil bibit lalu meniti kali menuju kaki gunung Cycloop. Banyak bebatuan besar dan pohon-pohon besar yang tumbang menjadi saksi bisu dashyatnya banjir Sabtu malam tersebut. 

 Tak hanya itu, puing-puing bangunan baik rumah maupun sekolah bahkan gereja juga ada yang rata dengan tanah. “Sedih juga karena ada gereja yang bangunannya tersisa mimbar dan dinding bagian belakang. Kami awalnya bingung, ini bangunan apa tapi setelah dicek ternyata gereja. Ini teguran untuk  kita kembali berpikir, apakah ada yang salah dari sikap kita selama ini terhadap alam,”singkat Ester Baransano, salah satu peserta dari FKJ. (ade/tho)

Baca Juga :  Dukung Perubahan Nama Bandara Sentani Jadi Theys Eluay
TANAM POHON– Puluhan pemuda melakukan penanaman di pinggiran Kali Doyo Baru, Sentani Barat Minggu (19/5) kemarin. ( FOTO : Gamel Cepos )

JAYAPURA–Aksi penanaman pohon di lokasi banjir bandang Sentani masih terus dilakukan. Penanganan banjir tentunya akan lebih tepat bila dimulai dari hulu. Menjaga dari atas agar bisa dipastikan tak ada dampak yang begitu parah di bagian bawah. “Ada 120 bibit pohon dengan berbagai jenis yang kami tanam di pinggiran kali Doyo Baru dan ini menjadi salah satu lokasi terdampak akibat banjir kemarin,”kata Noldi Worone, salah satu koordinator dari Pathfinder, kelompok Pelayanan Pemuda Advent  usai melakukan penanaman pohon di Doyo Baru, Minggu (19/5). 

 Aksi ini diinisiasi kelompok Pathfinder dan diikuti sejumlah kelompok peduli lainnya, diantaranya CPA Hirosi, Forum Komunitas Jayapura orang muda Katolik dan remaja Masjid Darul Ulum. Kata Noldi, pihaknya harus terus mengingatkan warga bahwa perlu ada upaya kepedulian dan keprihatinan yang dilakukan agar masyarakat bisa kembali bangkit dengan  menumbuhkan sikap  peka serta peduli terhadap lingkungan. Noldi menyebutkan, dari semua peserta yang ikut ambil bagian sebagian besar justru mereka yang berstatus ikut menjadi  korban. 

Baca Juga :  Dukung Perubahan Nama Bandara Sentani Jadi Theys Eluay

 “Dengan menanam, kami pikir adik-adik ini akan memiliki kepedulian dan rasa bertanggungjawab untuk lingkungan sekitarnya. Upaya kami tentu dampaknya tak seberapa, namun mengajarkan untuk peduli ini yang penting,” kata Noldi. Diungkapkan, setelah berkumpul seluruh peserta mengambil bibit lalu meniti kali menuju kaki gunung Cycloop. Banyak bebatuan besar dan pohon-pohon besar yang tumbang menjadi saksi bisu dashyatnya banjir Sabtu malam tersebut. 

 Tak hanya itu, puing-puing bangunan baik rumah maupun sekolah bahkan gereja juga ada yang rata dengan tanah. “Sedih juga karena ada gereja yang bangunannya tersisa mimbar dan dinding bagian belakang. Kami awalnya bingung, ini bangunan apa tapi setelah dicek ternyata gereja. Ini teguran untuk  kita kembali berpikir, apakah ada yang salah dari sikap kita selama ini terhadap alam,”singkat Ester Baransano, salah satu peserta dari FKJ. (ade/tho)

Baca Juga :  Antisipasi Air Danau Meluap, Kali Jaifuri akan Dibersihkan

Berita Terbaru

Artikel Lainnya