Friday, April 26, 2024
25.7 C
Jayapura

Setelah 50 Tahun, Tarian Arware Kembali Ditampilkan

Bupati  Merauke Frederikus  Gebze saat  melakukan  prosesi adat dengan cara toki babi  pada pembukaan  Festival Suku Kanum Kampung  Rawa Biru, Distrik  Sota, Jumat  (25/10) ( FOTO : Sulo/Cepos   

Kurang Lebih 180  Warga PNG  Hadir  Dalam Festival  Kanum

MERAUKE- Setelah   50 tahun   bergabung kembali  dengan Negara Kesatuan Republik   Indonesia (NKRI), untuk  pertama kalinya   tarian Arware Suku Kanum   ditampilkan   pada   pembukaan  Festival  Budaya Perbatasan Suku Kanum  di  Kampung Rawa Biru, Distrik  Sota, Jumat (25/10).

  “Setelah  bergabung degan NKRI, tarian  Arware ini tidak pernah lagi ditampilkan. Baru kali ini kita  tampilkan lagi,’’ kata  Ketua LMA  Suku Kanum    Marthen Ndiken  kepada wartawan disela-sela pembukaan   Festival Budaya Suku Kanum di Rawa Biru Merauke tersebut.   

   Menurutnya, tarian    Arware  ini  adalah tarian mengumpulkan  hasil kebun yang merupakan  makanan  pokok masyarakat Kanum selama ini.     Hasil kebun ini  diberikan  kepada pemerintah dan  pemerintah  juga memberikan  perhatian kepada masyarakat. ‘’Jadi kita sistem   tukar. Kita kasih    hasil  kebun kita kepada pemerintah, tapi pemerintah juga memperhatikan  kita.  Itu makna  dari arware,’’ jelasnya.

   Selain itu, lanjutnya, ada  juga  pertunjukan gunting rambut. Dimana   paman  dari saudara  perempuan  tidak boleh menyentuh  anak  dari saudara perempuannya tersebut sebelum cukup  umur 1 tahun. ‘’Saat umur 1 tahun, baru bisa pegang anak itu sekaligus  gunting rambut,’’ jelasnya.  

Baca Juga :  Kompetensi Penyuluh  Pertanian dan Perikanan Swadaya dan Swasta Tingkatkan

  Dikatakan, dalam    festival ini ada 5  tarian yang     ditampilkan antara lain arware tersebut. Arware ini  juga dilakukan,  saat salah satu   pihak  melakukan kesalahan.     Pada festival ini, hadir   sebanyak 180  warga  PNG  yang  merupakan  Suku  Kanum. ‘’Kalau   di PNG,   untuk Suku Kanumnya   lebih  banyak. Karena mereka  menggunakan  5  bahasa. Tapi kalau  di  Indonesia, hanya dari 8 kampung di 2 distrik dengan 2 bahasa   yang digunakan,’’   katanya.   

   Bupati  Merauke  Frederikus Gebze, SE, membuka langsung festival budaya yag berlangsung selama  2 hari  tersebut.  Menurut bupati  Frederikus  Gebze, festival  Kanum ini merupakan  rangkaian  dari visi misi pemerintahan Frederikus  Gebze-Sularso   yang tadinya pariwisata  menjadi penyangga  namun  sekarang terbalik dimana  pariwisata masuk dalam visi misi utama.      

  “Untuk itu visi misi ini menjadi festival Animha, manusia  sejati  yang terdiri dari Festival Kanum, Festival Yeinan, Festival Ndambu, festival Kandara, Festival  Sagu Sept  dan  beberapa  festival di tanah Animha yang akan dikemas dalam  kenyamanan,  kemewahan atau kekhususan dalam mendesain sebuah   parawisata  untuk mendatangkan manca negara  atau kunjungan dari masyarakat lainnya di Kabupaten Merauke,’’ katanya.  

Baca Juga :  Dapat Bantuan Seragam, Agustina Ndiken Menangis Terharu 

   Pada   festival   ini,   juga   seekor babi  dibunuh dengan cara ditoki secara adat. Toki secara  adat ini dilakukan bupati  Merauke Frederikus Gebze, kemudian utusan  dari Kementerian  Polhukam  dan Badan Nasional  Pengelolaan Perbatasan  RI. Termasuk  Sekretaris  Badan Pengelolaan Perbatasan Kabupaten Merauke Rekianus Samkakai, S.STP. Menurut    Rekianus  Samkakai, toki  secara adat   ini  juga mengandung  tanggung jawab  adanya perhatian lewat  program dan kegiatan   untuk wilayah perbatasan.

  “Kami harapkan   dengan hadirnya  bapak-bapak dari Kementerian Polhukam dan BNPP  memberikan perhatian  lewat program dan kegiatan  untuk   wilayah perbatasan di Kabupaten   Merauke,’’ tandas  Rekianus Samkakai berharap. (ulo/tri)  

Bupati  Merauke Frederikus  Gebze saat  melakukan  prosesi adat dengan cara toki babi  pada pembukaan  Festival Suku Kanum Kampung  Rawa Biru, Distrik  Sota, Jumat  (25/10) ( FOTO : Sulo/Cepos   

Kurang Lebih 180  Warga PNG  Hadir  Dalam Festival  Kanum

MERAUKE- Setelah   50 tahun   bergabung kembali  dengan Negara Kesatuan Republik   Indonesia (NKRI), untuk  pertama kalinya   tarian Arware Suku Kanum   ditampilkan   pada   pembukaan  Festival  Budaya Perbatasan Suku Kanum  di  Kampung Rawa Biru, Distrik  Sota, Jumat (25/10).

  “Setelah  bergabung degan NKRI, tarian  Arware ini tidak pernah lagi ditampilkan. Baru kali ini kita  tampilkan lagi,’’ kata  Ketua LMA  Suku Kanum    Marthen Ndiken  kepada wartawan disela-sela pembukaan   Festival Budaya Suku Kanum di Rawa Biru Merauke tersebut.   

   Menurutnya, tarian    Arware  ini  adalah tarian mengumpulkan  hasil kebun yang merupakan  makanan  pokok masyarakat Kanum selama ini.     Hasil kebun ini  diberikan  kepada pemerintah dan  pemerintah  juga memberikan  perhatian kepada masyarakat. ‘’Jadi kita sistem   tukar. Kita kasih    hasil  kebun kita kepada pemerintah, tapi pemerintah juga memperhatikan  kita.  Itu makna  dari arware,’’ jelasnya.

   Selain itu, lanjutnya, ada  juga  pertunjukan gunting rambut. Dimana   paman  dari saudara  perempuan  tidak boleh menyentuh  anak  dari saudara perempuannya tersebut sebelum cukup  umur 1 tahun. ‘’Saat umur 1 tahun, baru bisa pegang anak itu sekaligus  gunting rambut,’’ jelasnya.  

Baca Juga :  51 Warga Binaan Lapas Merauke Terima Remisi Idul Fitri 

  Dikatakan, dalam    festival ini ada 5  tarian yang     ditampilkan antara lain arware tersebut. Arware ini  juga dilakukan,  saat salah satu   pihak  melakukan kesalahan.     Pada festival ini, hadir   sebanyak 180  warga  PNG  yang  merupakan  Suku  Kanum. ‘’Kalau   di PNG,   untuk Suku Kanumnya   lebih  banyak. Karena mereka  menggunakan  5  bahasa. Tapi kalau  di  Indonesia, hanya dari 8 kampung di 2 distrik dengan 2 bahasa   yang digunakan,’’   katanya.   

   Bupati  Merauke  Frederikus Gebze, SE, membuka langsung festival budaya yag berlangsung selama  2 hari  tersebut.  Menurut bupati  Frederikus  Gebze, festival  Kanum ini merupakan  rangkaian  dari visi misi pemerintahan Frederikus  Gebze-Sularso   yang tadinya pariwisata  menjadi penyangga  namun  sekarang terbalik dimana  pariwisata masuk dalam visi misi utama.      

  “Untuk itu visi misi ini menjadi festival Animha, manusia  sejati  yang terdiri dari Festival Kanum, Festival Yeinan, Festival Ndambu, festival Kandara, Festival  Sagu Sept  dan  beberapa  festival di tanah Animha yang akan dikemas dalam  kenyamanan,  kemewahan atau kekhususan dalam mendesain sebuah   parawisata  untuk mendatangkan manca negara  atau kunjungan dari masyarakat lainnya di Kabupaten Merauke,’’ katanya.  

Baca Juga :  Dewan Setujui Hibah Lahan 4 Hektar ke Perum Bulog

   Pada   festival   ini,   juga   seekor babi  dibunuh dengan cara ditoki secara adat. Toki secara  adat ini dilakukan bupati  Merauke Frederikus Gebze, kemudian utusan  dari Kementerian  Polhukam  dan Badan Nasional  Pengelolaan Perbatasan  RI. Termasuk  Sekretaris  Badan Pengelolaan Perbatasan Kabupaten Merauke Rekianus Samkakai, S.STP. Menurut    Rekianus  Samkakai, toki  secara adat   ini  juga mengandung  tanggung jawab  adanya perhatian lewat  program dan kegiatan   untuk wilayah perbatasan.

  “Kami harapkan   dengan hadirnya  bapak-bapak dari Kementerian Polhukam dan BNPP  memberikan perhatian  lewat program dan kegiatan  untuk   wilayah perbatasan di Kabupaten   Merauke,’’ tandas  Rekianus Samkakai berharap. (ulo/tri)  

Berita Terbaru

Artikel Lainnya