Saturday, April 27, 2024
24.7 C
Jayapura

Petani Keluhkan Tidak Tersedianya BBM

Petani di Kampung  Muram Sari, Distrik  Semangga  saat  melakukan  dialog dengan bupati Merauke Frederikus  Gebze terkait dengan  masalah   ketersediaan  BBM bagi petani, Kamis (23/4). (FOTO: Sulo/Cepos )

MERAUKE-Petani di Merauke mengeluhkan   tidak tersedianya   BBM  baik  Solar  maupun premium  bagi  petani,  sehingga  menyulitkan  para petani   saat mengolah sawah  maupun ketika   panen  tiba.  Pasalnya,     saat  ini    hampir  semua  mengunakan    alat mesin   pertanian  (alsintan).

   Keluhan   ini  disampaikan petani di hadapan  Bupati  Merauke  Frederikus  Gebze, SE, M.Si   saat melakukan  panen  raya  rendengan  di Kampung  Muram Sari, Semangga Merauke.    Bahkan  menurut  petani setempat, bahwa   pernah  hampir  membawa  semua  mesin  pertanian   seperti jonder, handtraktor  ke lingkaran  Brawijaya  sebagai bentuk protes karena    petani kesulitan   mendapatkan  BBM. Kalauun ada, sudah dengan harga nonsubsidi  yakni  Rp 10.000  perliter.  

Baca Juga :  Hari Pertama Operasi, Puluhan Kendaraan Terjaring 

  “Kami harap  kepada Bupati Merauke  untuk  dapat membantu  kami petani  dan bisa memperhatikan  soal kebutuhan  BBM ini. Karena   ini   menjadi  persoalan  setiap tahunnya,’’ kata   seorang  petani.   

  Menurutnya, membawa  jerigen  ke  SPBU tidak  diperbolehkan, bahkan dilarang.   Menurut petani,  bahwa jika petani  menggunakan  BBM  non  subsidi    itu sangat  berat   bagi petani. Pasalnya, saat ini biaya   operasional  setiap hektarnya  rata-rata sekitar Rp 17 juta.    

   Menanggapi  hal tersebut, Bupati Merauke Frederikus  Gebze  meminta  Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Merauke  untuk menghitung seluruh kebutuhan BBM Solar tersebut   setiap   wilayah mulai dari pengolahan  lahan, panen  sampai  pada pengeringan. Sehingga dari kebutuhan  petani tersebut  dapat  diusulkan  ke BP Migas untuk kuota khusus BBM bagi petani.   

Baca Juga :  Harus Bangga Gunakan Produk Buatan Indonesia    

   “Pertama, harus   dihitung  luas  lahan  yang akan diolah  sesuai  dengan target yang  dicapai.   Untuk  setiap hektar, berapa liter BBM  yang  akan dihabiskan. Dari situ bisa  dihitung  berapa  kebutuhan   BBM  setiap  tahunnya,’’tandasnya. (ulo/tri)   

Petani di Kampung  Muram Sari, Distrik  Semangga  saat  melakukan  dialog dengan bupati Merauke Frederikus  Gebze terkait dengan  masalah   ketersediaan  BBM bagi petani, Kamis (23/4). (FOTO: Sulo/Cepos )

MERAUKE-Petani di Merauke mengeluhkan   tidak tersedianya   BBM  baik  Solar  maupun premium  bagi  petani,  sehingga  menyulitkan  para petani   saat mengolah sawah  maupun ketika   panen  tiba.  Pasalnya,     saat  ini    hampir  semua  mengunakan    alat mesin   pertanian  (alsintan).

   Keluhan   ini  disampaikan petani di hadapan  Bupati  Merauke  Frederikus  Gebze, SE, M.Si   saat melakukan  panen  raya  rendengan  di Kampung  Muram Sari, Semangga Merauke.    Bahkan  menurut  petani setempat, bahwa   pernah  hampir  membawa  semua  mesin  pertanian   seperti jonder, handtraktor  ke lingkaran  Brawijaya  sebagai bentuk protes karena    petani kesulitan   mendapatkan  BBM. Kalauun ada, sudah dengan harga nonsubsidi  yakni  Rp 10.000  perliter.  

Baca Juga :  Hari Pertama Operasi, Puluhan Kendaraan Terjaring 

  “Kami harap  kepada Bupati Merauke  untuk  dapat membantu  kami petani  dan bisa memperhatikan  soal kebutuhan  BBM ini. Karena   ini   menjadi  persoalan  setiap tahunnya,’’ kata   seorang  petani.   

  Menurutnya, membawa  jerigen  ke  SPBU tidak  diperbolehkan, bahkan dilarang.   Menurut petani,  bahwa jika petani  menggunakan  BBM  non  subsidi    itu sangat  berat   bagi petani. Pasalnya, saat ini biaya   operasional  setiap hektarnya  rata-rata sekitar Rp 17 juta.    

   Menanggapi  hal tersebut, Bupati Merauke Frederikus  Gebze  meminta  Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Merauke  untuk menghitung seluruh kebutuhan BBM Solar tersebut   setiap   wilayah mulai dari pengolahan  lahan, panen  sampai  pada pengeringan. Sehingga dari kebutuhan  petani tersebut  dapat  diusulkan  ke BP Migas untuk kuota khusus BBM bagi petani.   

Baca Juga :  Pelaku Pembunuhan di Jalan Irian Seringgu Divonis 5 Tahun

   “Pertama, harus   dihitung  luas  lahan  yang akan diolah  sesuai  dengan target yang  dicapai.   Untuk  setiap hektar, berapa liter BBM  yang  akan dihabiskan. Dari situ bisa  dihitung  berapa  kebutuhan   BBM  setiap  tahunnya,’’tandasnya. (ulo/tri)   

Berita Terbaru

Artikel Lainnya