MERAUKE-Dalam rangka mencapai eliminasi malaria tahun 2025 mendatang, Dinas Kesehatan Provinsi Papua bekerja sama dengan Unicef menggelar workshop analisis dan pemetaan malaria di Kabupaten Merauke selama 2 hari, mulai Kamis (19/8), kemarin.
Asisten Bidang Pemerintahan Umum Sekda Kabupaten Merauke Yacobus Duwiri, SE, M.Si membuka workshop menjelaskan bahwa malaria masih menjadi salah satu penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat khususnya di pedalaman. Apalagi di musim-musim tertentu sering muncul demam berdarah yang disebabkan oleh nyamuk demam berdarah.
Karena itu, ia meminta kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke agar pelayanan kepada masyarakat diperkuat baik di puskesmas-puskesmas maupun di puskesmas pembantu di seluruh wilayah Merauke.
“Tidak hanya pelayanan diperkuat tapi tenaga medis, peralatan dan obat perlu disiapkan dengan baik, sehingga kita tidak hanya melayani mereka tapi diikuti dengan peralatan dan pengobatan yang memadai. Kita harapkan pencengahan ini kita minimalisir sehingga tidak meningkat tapi dapat kita cegah,” tandasnya.
Penanggung jawab kegiatan Workshop Analisisi Situasi dan Pemetaan Malaria di Kabupaten Merauke Salvator Tharob, S.KM, menjelaskan bahwa malaria di Indonesia dalam 5 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup signifikan hingga 2019 yakni 29,44 persen. Namun pada tahun 2020 menunjukan adanya kecenderungan peningkatan mendekati 16 persen.
Peningkatan kasus 9,3 persen tahun 2020 terjadi di Papua. Selain itu, penyebaran malaria pada setiap kelompok umur perlu mendapatkan perhatian serius, karena dominasi kasus terjadi pada kelompok produktif. “Bonus demografi bukannya akan menjadi bonus pembangunan tapi akan menjadi ancaman bagi Provinsi Papua. Kasus pada bayi, balita dan ibu hamil akhirnya menjadi hambatan dalam pencegahan stunting jika malaria ini tidak tertangani dengan baik,” katanya.
Dikatakan, tingginya insiden malaria disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, keadaaan geografis yang beragam yakni perbukitan, lembah dan dataran yang dilalui sungai-sungai, sosial budaya masyarakat, tingkat pendidikan yang beragam bisa menjadi faktor pendukung peningkatan malaria dari tahun ke tahun.
“Salah satu upaya percepatan eliminasi malaria adalah pelibatan mitra potensial lintas sektor dalam penanggulangan malaria sesuai tupoksi masing-masing,” tambahnya. (ulo/tri)