Wednesday, December 25, 2024
28.7 C
Jayapura

Kelembutan Bumbu Kacangnya Pikat Dua Presiden

Gado-Gado Direksi, Hidangan Fusion dari Tiga Suku Bangsa (13)

Gado-gado sering dianggap kuliner asli Betawi. Namun, nyatanya kelezatan jenis kuliner itu bisa diterima indra pengecap mayoritas suku bangsa di Indonesia. Termasuk dua presiden yang berlatar belakang bukan dari Betawi. Yakni, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri yang berdarah Jawa.

ILHAM DWI WANCOKO, Jakarta

Di antara sekian banyak kuliner legendaris Jakarta, rasanya tidaklah lengkap kalau belum mencicipi Gado-Gado Direksi. Berbagai jenis sayur yang direbus itu bak keberagaman di Jakarta. Yang lantas disatukan dengan kelembutan bumbu kacang tanah yang mewakili tanah air.

Jawa Pos mencicipi sendiri bagaimana nikmatnya gado-gado buatan Giok Lie. Giok adalah pemilik Gado-Gado Direksi. Gado-Gado Direksi bisa dijumpai di Kantin Fortuna, Jalan Pintu Besar Selatan, Jakarta Barat. Di lokasi itu, Gado-Gado Direksi menempati gerai paling depan dekat pintu masuk.

Bulan lalu Jawa Pos berkesempatan mencicipinya. Untuk menghidangkan satu porsi gado-gado, ternyata waktu yang dibutuhkan meraciknya tidak lebih dari tiga menit. Dalam sebuah piring terdapat berbagai sayuran hijau, bumbu kacang cokelat disiramkan di atasnya. Sebagai kondimennya ada dua jenis kerupuk. Yakni, kerupuk udang dan emping.

Ada kejutan yang dirasakan dalam satu suapan Gado-Gado Direksi. Bukan sayurnya, bukan pula kerupuknya. Melainkan bumbu kacangnya. Sungguh maknyus kalau kata praktisi kuliner mendiang Bondan Winarno. Kelembutan bumbu kacangnya dikombinasi rasanya yang supergurih seperti menyisipkan kacang mete dalam bumbu.

Penggunaan kacang mete untuk mempertegas rasa gurih dalam banyak makanan di Jakarta sudah dilakukan banyak penjual kuliner. Misalnya, dalam ketoprak atau makanan berbumbu kacang lainnya. Tapi, prediksi itu salah total. ’’Semuanya kacang tanah, tanpa kacang mete,’’ tutur Giok.

Baca Juga :  Tercatat 33 Keluhan Masyarakat yang Masuk, Mulai Soal Infrastruktur hingga Gaji

Lalu, bagaimana rasa lembut dan sensasi mirip kacang mete itu muncul? Giok menuturkan, kemungkinan karena cara meraciknya yang tetap berpegang pada metode tradisional. ’’Tanpa diblender, semua kacang tanah itu dilembutkan dengan cobek. Dengan penuh kesabaran dan dicampur dengan air dan bumbu lainnya,’’ tutur Giok.

Soal kemungkinan adanya bumbu spesial dalam Gado-Gado Direksi, Giok hanya menyebut bahwa gado-gado yang dibuatnya sama sejak dua generasi lalu. Resep dari ibunya yang bernama Sinta Dewi, 75, hingga sekarang diteruskan Giok Lie. ’’Sejak ibu saya, semua tetap sama,’’ ungkap ibu berusia 54 tahun tersebut. Resep Gado-Gado Direksi itu terus dipertahankan selalu sama sejak 1967.

Dalam 100 Maknyus Jakarta yang ditulis mendiang Bondan Winarno bersama Lidia Tanod dan Harry Nazarudin disebutkan bahwa gado-gado berakar dari dapur kaum peranakan Tionghoa. Yang kemudian ada pengaruh dari dua bangsa lain.

’’Pecel di Jawa berisi rebusan kacang panjang, bayam/kangkung, taoge, kadang labu siam. Lalu dicampur dengan telur rebus, kentang rebus, tahu, dan tempe goreng seperti sla ala Belanda,’’ tulis Bondan. Karena itu, menurut mendiang Bondan, gado-gado adalah kuliner fusion tiga suku bangsa di tanah air.

Nah, kelezatan Gado-Gado Direksi bisa sampai ke dua pemimpin negeri ini lewat proses getok tular. Gus Dur dan Megawati tidak ujug-ujug datang ke kedai milik Giok itu. Ada ’’pesan berantai’’ dari orang-orang di sekitar presiden keempat dan kelima Indonesia tersebut.

Giok menceritakan saat keduanya masih menjabat, ada salah seorang bos yang menjadi pelanggan gado-gadonya itu. Bos tersebut memesan gado-gado dalam porsi yang banyak. Bos itu mengatakan bahwa gado-gado tersebut akan diantarkannya ke Megawati. ’’Begitulah cerita bagaimana Ibu Megawati mencicipinya,’’ ungkap Giok.

Baca Juga :  Tangani 862 Satuan Pendidikan, Dalam Lima Tahun Terakhir 4000 Guru Berijazah S1

Beda lagi dengan Gus Dur. Saat masih menjabat presiden, ternyata diam-diam ada seorang anggota Pasukan Pengawal Presiden (Paspamres) yang datang ke warungnya. Dia menuturkan, lelaki berperawakan tegap itu lantas memesan beberapa porsi. ’’Setelah selesai, pembeli itu bilang ini pesanan Presiden Gus Dur,’’ ujar Giok dengan nada bangga.

Di sisi lain, Gado-Gado Direksi memiliki sejarahnya sendiri soal namanya. Giok mengatakan, pada awalnya warung yang dijalankan ibunya itu tanpa nama. Hanya sebuah warung gado-gado biasa yang tidak dikenal.

Kemudian, di antara para pelanggan gado-gado, ada seorang lelaki yang hampir tiap hari membeli. Penampilan si pembeli tersebut spesial. Yakni, berpakaian sangat rapi dan necis. ’’Saya awalnya belum tahu siapa dia,’’ tutur Giok.

Namun, setelah menjadi pelanggan lama, barulah diketahui bahwa lelaki itu merupakan seorang direksi Bank Exim. Hal itu pun baru disadari Giok setelah saat sang direksi tersebut menyuruh bawahannya membeli gado-gado. ’’Bawahannya yang cerita kalau direksi itu suka sekali gado-gado ini,’’ jelas Giok.

Saking dekatnya, pelanggan tersebut akhirnya menanyakan nama gado-gado kesukaannya itu. Tentu saja Giok bingung menjawab karena belum ada namanya. ’’Kemudian direksi itu sendiri yang malah mengusulkan namanya Gado-Gado Direksi,’’ tutur Giok.

Usulan nyentrik itu kemudian diakui menjadi nama gado-gado tersebut. Pemiliknya dan semua pelanggan akhirnya menyebutnya dengan Gado-Gado Direksi karena disukai seorang direksi. Eh, tapi bisa jadi ke depan namanya berubah jadi Gado-Gado Presiden. Sebab, presiden Indonesia ternyata juga menggemarinya. Siapa tahu. (*/c7/dra/JPG)

Gado-Gado Direksi, Hidangan Fusion dari Tiga Suku Bangsa (13)

Gado-gado sering dianggap kuliner asli Betawi. Namun, nyatanya kelezatan jenis kuliner itu bisa diterima indra pengecap mayoritas suku bangsa di Indonesia. Termasuk dua presiden yang berlatar belakang bukan dari Betawi. Yakni, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri yang berdarah Jawa.

ILHAM DWI WANCOKO, Jakarta

Di antara sekian banyak kuliner legendaris Jakarta, rasanya tidaklah lengkap kalau belum mencicipi Gado-Gado Direksi. Berbagai jenis sayur yang direbus itu bak keberagaman di Jakarta. Yang lantas disatukan dengan kelembutan bumbu kacang tanah yang mewakili tanah air.

Jawa Pos mencicipi sendiri bagaimana nikmatnya gado-gado buatan Giok Lie. Giok adalah pemilik Gado-Gado Direksi. Gado-Gado Direksi bisa dijumpai di Kantin Fortuna, Jalan Pintu Besar Selatan, Jakarta Barat. Di lokasi itu, Gado-Gado Direksi menempati gerai paling depan dekat pintu masuk.

Bulan lalu Jawa Pos berkesempatan mencicipinya. Untuk menghidangkan satu porsi gado-gado, ternyata waktu yang dibutuhkan meraciknya tidak lebih dari tiga menit. Dalam sebuah piring terdapat berbagai sayuran hijau, bumbu kacang cokelat disiramkan di atasnya. Sebagai kondimennya ada dua jenis kerupuk. Yakni, kerupuk udang dan emping.

Ada kejutan yang dirasakan dalam satu suapan Gado-Gado Direksi. Bukan sayurnya, bukan pula kerupuknya. Melainkan bumbu kacangnya. Sungguh maknyus kalau kata praktisi kuliner mendiang Bondan Winarno. Kelembutan bumbu kacangnya dikombinasi rasanya yang supergurih seperti menyisipkan kacang mete dalam bumbu.

Penggunaan kacang mete untuk mempertegas rasa gurih dalam banyak makanan di Jakarta sudah dilakukan banyak penjual kuliner. Misalnya, dalam ketoprak atau makanan berbumbu kacang lainnya. Tapi, prediksi itu salah total. ’’Semuanya kacang tanah, tanpa kacang mete,’’ tutur Giok.

Baca Juga :  Rahul Yikwa Ingin Jadi TNI, Ketua Kelas dan Siswa yang Rajin di Sekolah

Lalu, bagaimana rasa lembut dan sensasi mirip kacang mete itu muncul? Giok menuturkan, kemungkinan karena cara meraciknya yang tetap berpegang pada metode tradisional. ’’Tanpa diblender, semua kacang tanah itu dilembutkan dengan cobek. Dengan penuh kesabaran dan dicampur dengan air dan bumbu lainnya,’’ tutur Giok.

Soal kemungkinan adanya bumbu spesial dalam Gado-Gado Direksi, Giok hanya menyebut bahwa gado-gado yang dibuatnya sama sejak dua generasi lalu. Resep dari ibunya yang bernama Sinta Dewi, 75, hingga sekarang diteruskan Giok Lie. ’’Sejak ibu saya, semua tetap sama,’’ ungkap ibu berusia 54 tahun tersebut. Resep Gado-Gado Direksi itu terus dipertahankan selalu sama sejak 1967.

Dalam 100 Maknyus Jakarta yang ditulis mendiang Bondan Winarno bersama Lidia Tanod dan Harry Nazarudin disebutkan bahwa gado-gado berakar dari dapur kaum peranakan Tionghoa. Yang kemudian ada pengaruh dari dua bangsa lain.

’’Pecel di Jawa berisi rebusan kacang panjang, bayam/kangkung, taoge, kadang labu siam. Lalu dicampur dengan telur rebus, kentang rebus, tahu, dan tempe goreng seperti sla ala Belanda,’’ tulis Bondan. Karena itu, menurut mendiang Bondan, gado-gado adalah kuliner fusion tiga suku bangsa di tanah air.

Nah, kelezatan Gado-Gado Direksi bisa sampai ke dua pemimpin negeri ini lewat proses getok tular. Gus Dur dan Megawati tidak ujug-ujug datang ke kedai milik Giok itu. Ada ’’pesan berantai’’ dari orang-orang di sekitar presiden keempat dan kelima Indonesia tersebut.

Giok menceritakan saat keduanya masih menjabat, ada salah seorang bos yang menjadi pelanggan gado-gadonya itu. Bos tersebut memesan gado-gado dalam porsi yang banyak. Bos itu mengatakan bahwa gado-gado tersebut akan diantarkannya ke Megawati. ’’Begitulah cerita bagaimana Ibu Megawati mencicipinya,’’ ungkap Giok.

Baca Juga :  Jelang Pemilu Tak Ada Atraksi Barongsai, Tetap Buat Meriah Saat Chap Goh Meh

Beda lagi dengan Gus Dur. Saat masih menjabat presiden, ternyata diam-diam ada seorang anggota Pasukan Pengawal Presiden (Paspamres) yang datang ke warungnya. Dia menuturkan, lelaki berperawakan tegap itu lantas memesan beberapa porsi. ’’Setelah selesai, pembeli itu bilang ini pesanan Presiden Gus Dur,’’ ujar Giok dengan nada bangga.

Di sisi lain, Gado-Gado Direksi memiliki sejarahnya sendiri soal namanya. Giok mengatakan, pada awalnya warung yang dijalankan ibunya itu tanpa nama. Hanya sebuah warung gado-gado biasa yang tidak dikenal.

Kemudian, di antara para pelanggan gado-gado, ada seorang lelaki yang hampir tiap hari membeli. Penampilan si pembeli tersebut spesial. Yakni, berpakaian sangat rapi dan necis. ’’Saya awalnya belum tahu siapa dia,’’ tutur Giok.

Namun, setelah menjadi pelanggan lama, barulah diketahui bahwa lelaki itu merupakan seorang direksi Bank Exim. Hal itu pun baru disadari Giok setelah saat sang direksi tersebut menyuruh bawahannya membeli gado-gado. ’’Bawahannya yang cerita kalau direksi itu suka sekali gado-gado ini,’’ jelas Giok.

Saking dekatnya, pelanggan tersebut akhirnya menanyakan nama gado-gado kesukaannya itu. Tentu saja Giok bingung menjawab karena belum ada namanya. ’’Kemudian direksi itu sendiri yang malah mengusulkan namanya Gado-Gado Direksi,’’ tutur Giok.

Usulan nyentrik itu kemudian diakui menjadi nama gado-gado tersebut. Pemiliknya dan semua pelanggan akhirnya menyebutnya dengan Gado-Gado Direksi karena disukai seorang direksi. Eh, tapi bisa jadi ke depan namanya berubah jadi Gado-Gado Presiden. Sebab, presiden Indonesia ternyata juga menggemarinya. Siapa tahu. (*/c7/dra/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya