Monday, December 1, 2025
28.9 C
Jayapura

Dibalur Gunakan Lemak Babi, Arah Asap Menceritakan Kelakuan Saat Masih Hidup

Lalu ada istilah lainnya yakni Hai lukai Sewelogo yang artinya rumput yang dimasak saat proses harus lebih banyak. Tujuannya untuk menutup lokasi bakar batu dan tulang.Kemudian untuk posisi jenazah ternyata tak bisa diatur sembarangan. “Untuk kepala arahnya harus keluar honai artinya keluarga sudah pergi. Kalau kepala posisinya mengarah ke honai maka arwah tidak akan pergi. Akan gentayangan,” bebernya.

Dalam Warekma ada juga jeda yang mewajibkan seluruh anggota keluarga untuk beristirahat dan tidak melakukan aktifitas apapun. Ini disebut Welegar dan harus dilakukan. Istilah lainnya adalah Hai Yirili Palek atau proses bakar batu yang menunya ubi dan sisa potongan babi. Dan yang terakhir adalah Hai Nalowalik atau bakar batu penutupan Warekma.

Baca Juga :  Berharap Generasi Muda mampu Melestarikan Tarian Adat yang Ada di Tanah Papua

Sementara apabila dari bakar batu ada ubi yang tidak masak maka biasa warga akan melihat posisi ubi tersebut.

“Nanti dilihat arah mana dan keluarga yang masih hidup yang akan minta maaf atau membayar sebab ini biasa berkaitan dengan kesalahan atau tanggungan yang belum diselesaikan,” sambung Miki.

Hal lain yang juga menjadi kepercayaan masyarakat Hubula adalah selama berduka ada pantangan yang harus dijalani yakni tidak boleh mengganti baju selama berduka, tidak boleh ke kota, ke kebun dan hasil sumbangan dari keluarga yang datang tidak boleh ikut makan.

“Misal bakar batu setelah jenasah dibakar itu tidak boleh dimakan. Lalu tidak boleh mengganti baju selama 40 hari. Ibarat sedang berpuasa. Kemudian pihak keluarga juga harus menyiapkan makan untuk orang yang membawa babi dan yang memotong kayu. Harus siapkan potongan babi untuk mereka,” katanya.

Baca Juga :  Jadi Moment Bagi Orang Tua Mengenalkan Pahlawan Sejati Bagi Anak-anak

Lalu ada istilah lainnya yakni Hai lukai Sewelogo yang artinya rumput yang dimasak saat proses harus lebih banyak. Tujuannya untuk menutup lokasi bakar batu dan tulang.Kemudian untuk posisi jenazah ternyata tak bisa diatur sembarangan. “Untuk kepala arahnya harus keluar honai artinya keluarga sudah pergi. Kalau kepala posisinya mengarah ke honai maka arwah tidak akan pergi. Akan gentayangan,” bebernya.

Dalam Warekma ada juga jeda yang mewajibkan seluruh anggota keluarga untuk beristirahat dan tidak melakukan aktifitas apapun. Ini disebut Welegar dan harus dilakukan. Istilah lainnya adalah Hai Yirili Palek atau proses bakar batu yang menunya ubi dan sisa potongan babi. Dan yang terakhir adalah Hai Nalowalik atau bakar batu penutupan Warekma.

Baca Juga :  TPU Dipalang, Pemakaman Puluhan Jenasah Dialihkan

Sementara apabila dari bakar batu ada ubi yang tidak masak maka biasa warga akan melihat posisi ubi tersebut.

“Nanti dilihat arah mana dan keluarga yang masih hidup yang akan minta maaf atau membayar sebab ini biasa berkaitan dengan kesalahan atau tanggungan yang belum diselesaikan,” sambung Miki.

Hal lain yang juga menjadi kepercayaan masyarakat Hubula adalah selama berduka ada pantangan yang harus dijalani yakni tidak boleh mengganti baju selama berduka, tidak boleh ke kota, ke kebun dan hasil sumbangan dari keluarga yang datang tidak boleh ikut makan.

“Misal bakar batu setelah jenasah dibakar itu tidak boleh dimakan. Lalu tidak boleh mengganti baju selama 40 hari. Ibarat sedang berpuasa. Kemudian pihak keluarga juga harus menyiapkan makan untuk orang yang membawa babi dan yang memotong kayu. Harus siapkan potongan babi untuk mereka,” katanya.

Baca Juga :  Usai Latih Mebeler Masyarakat Adat, DKLH Papua Beri Bantuan Peralatan

Berita Terbaru

Artikel Lainnya