Salah satu pedagang mengaku sudah berjualan selama 10 tahun di Pasar Ampera, namun ada yang sudah 17 tahun. Bahkan ketika mereka masih remaja hingga kini sudah menikah dan memiliki anak masih berkutat dengan jualan. Meneruskan jualan orang tuanya. Sepinya pembeli dikeluhkan pedagang. Satu indikatornya adalah setelah angkutan kota tak lagi melewati jalur tempat mereka berjualan.
Pembeli yang datang hanya satu dua orang saja dalam sehari. “Pendapatan tak seperti dulu, sepi sekali,” ucap Jamila yang sudah berjualan selama 10 tahun di Pasar Ampera. Meski sepi, dan beberapa ruko termasuk PKL terlihat tutup namun Jamila mengaku masih betah berada di lokasinya saat ini. Sebab, disinilah tempatnya mengumpulkan pundi-pundi rupiah.
Di tengah sepinya pembeli, Jamila ternyata belum mau berjualan dengan memanfaatkan teknologi yang ada layaknya penjualan online atau live di TikTok. Ia justru mengaku merasa nyaman dengan berjualan seperti saat ini. Bahkan, pelanggan tetap pun ia tak punya. “Kami menunggu rejeki setiap hari dan meski tak ada pelanggan khusus namun kami harus pastikan bahwa setiap hari harus tetap berjualan,” kata Jamila.
“Jika ada pembeli kita layani, namun jika tidak ada kami tetap duduk menunggu hingga waktunya pulang,” ungkapnya yang sesekali dibarengi dengan candaan. Jamila, dan pedagang lainnya mengiginkan perubahan yang lebih baik di Pasar Ampera. Yang salah satunya taksi (angkot) bisa melintasi Pasar Ampera.
Ya, lokasi ini dulunya masih sering dilewati taxi dan pembeli masih mau turun untuk berbelanja. Namun setelah rute ditiadakan ternyata pembeli juga enggan untuk mampir. Soal permintaan angkot kembali melintas di Pasar Ampera, Jamila dan pedagang lainnya sudah menyampaikan aspirasinya kepada para calon kepala daerah saat kampanye pada 2024 lalu.
Ia pun berharap, aspirasi yang pernah disampaikan itu bisa direalisasikan seiring dengan telah dilantiknya Wali Kota dan Wakil Wali Kota Jayapura. “Dulu, pengunjungnya ramai karena angkot lewat sini. Tapi sekarang sepi sekali,” ujarnya. Untuk sehari para pedagang hanya bisa meraup penjualan di angka ratusan ribu, sedangkan dulu bisa mencapai jutaan. Sepinya Pasar Ampera juga dikeluhkan PKL lainnya, Ruswanti, ibu tiga anak yang sudah 17 tahun berjualan di Pasar Ampera.
Kata Rianti, dulu Pasar Ampera ramai. Namun, seiring berjalannya waktu terlebih ketika angkot tak lagi melintas di tempat jualan mereka, pasar itu menjadi sepi. “Dulu ramai, sekarang sepi. Mungkin karena sudah banyak orang yang jualan sehingga di sini sepi, sudah beda dengan tahun-tahun sebelumnya,” imbuhnya. Hanya ia menyatakan masih aan tetap berjualam meski situasinya tak sebagus dulu karena harus bertahan hidup. “Tidak apa-apa, kami jalani saja,” tutupnya. (*)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos