Thursday, May 9, 2024
26.7 C
Jayapura

Zonasi Vegetasi Pantai Rusak,  Bila Tak Diseriusi Abrasi Makin Merajalela    

   Tepian pasir pantai yang dulunya aman, kini pelan – pelan hilang dan terjadi kemunduran bibir pantai. Malah beberapa waktu lalu dampak dari abrasi dan intrusi air laut membuat makam adat milik warga juga harus dipindahkan ke lokasi yang lebih aman.

    Kata Yehuda abrasi terjadi tak lepas dari kondisi perubahan iklim dimana saat ini ketinggian air laut terlihat lebih tinggi.  Selain itu kondisi angin membuat ombak menghantam pinggiran lebih kencang.

“Ini diperparah dengan zonasi vegetasi yang perlahan – lahan hilang akibat pembangunan tadi padahal ilalang atau semak dan rumpun lainnya di pinggir pantai ini memiliki fungsi masing – masing,” bebernya.

   Kata Yehuda bila zonasi vegetasi ini hilang salah satu atau sebagian, maka itu akan memicu abrasi.

“Mengapa?  Itu karena sistem perakaran vegetasi itu yang menjaga kestabilan morfologi pantai,” beber Yehuda.

Baca Juga :  Di Atas  Terlihat Indah, di Bawah Jadi Lokasi Pesta Miras dan Disebut Angker

  Dengan vegetasi yang rusak, maka dosen Geografi ini ia tak heran jika muncul dampak lain diantaranya banyak pohon yang tumbang akibat abrasi maupun angin kencang. Yehuda merupakan salah satu dosen Uncen yang sudah bolak balik melakukan penelitian di lokasi teluk ini  dan Ia menyebut solusinya yang bisa dilakukan ada dua cara, yaitu mitigasi struktural dan campuran.

   “Mitigasi struktur yaitu dengan rekayasa sipil dengan membuat Jetty dengan bahan – bahan ramah lingkungan. Kedua, mitigasi campuran yaitu disetiap Jeti juga ditanam kembali beragam vegetasi akar dalam sepanjang pesisir Holtekamp,” tutupnya.

   Menurutnya, jika dilihat kondisi teluk maka sifat fisik atau tipologinya tergolong pesisir sekunder. Artinya pesisir ini dibentuk oleh sedimentasi dari darat dan dari laut pada masa lalu dan kestabilannya dikontrol oleh beragam jenis tumbuhan dengan tingkat kerapatan vegetasi yang berbeda – beda.

Baca Juga :  Pasca Beberapa Korban Tenggelam, Sepi di Holtekamp Ramai di Hamadi 

“Jenis vegetasi pesisir itu dapat dilihat dari tipologi vegetasi tajuk vegetasinya. Ada tipologi tajuk membentuk piramida yang  artinya jenis rambatan selalu berada di depan arus pantai kemudian diikuti jenis perdu, pandanus, palm, kayu – kayu dengan system akar dalam.

“Setelah itu turun lagi ke jenis palm, pandanus, perdu dan rambatan hingga rawa belakang. Itu zonasi vegetasi pesisir Holtekamp dan Skouw yang menjadi hasil studi saya sejak tahun 2019 lalu,” katanya.

  Jadi apabila zonasi vegetasi ini hilang salah satu atau sebagian, maka ketika musim ombak dan air pasang maka ini akan memicu abrasi.

“Mengapa?  Karena sistem perakaran vegetasi itu yang menjaga kestabilan morfologi pantai. Bila vegetasi akar dalam jenis kayu-kayuan seperti bintangur, ketapang, cemara sudah habis ditebang, maka itu menganggu kemampuannya menahan abrasi dan intrusi air laut,” imbuhnya.

   Tepian pasir pantai yang dulunya aman, kini pelan – pelan hilang dan terjadi kemunduran bibir pantai. Malah beberapa waktu lalu dampak dari abrasi dan intrusi air laut membuat makam adat milik warga juga harus dipindahkan ke lokasi yang lebih aman.

    Kata Yehuda abrasi terjadi tak lepas dari kondisi perubahan iklim dimana saat ini ketinggian air laut terlihat lebih tinggi.  Selain itu kondisi angin membuat ombak menghantam pinggiran lebih kencang.

“Ini diperparah dengan zonasi vegetasi yang perlahan – lahan hilang akibat pembangunan tadi padahal ilalang atau semak dan rumpun lainnya di pinggir pantai ini memiliki fungsi masing – masing,” bebernya.

   Kata Yehuda bila zonasi vegetasi ini hilang salah satu atau sebagian, maka itu akan memicu abrasi.

“Mengapa?  Itu karena sistem perakaran vegetasi itu yang menjaga kestabilan morfologi pantai,” beber Yehuda.

Baca Juga :  Temuan Inspektorat Paling Banyak Soal Pajak

  Dengan vegetasi yang rusak, maka dosen Geografi ini ia tak heran jika muncul dampak lain diantaranya banyak pohon yang tumbang akibat abrasi maupun angin kencang. Yehuda merupakan salah satu dosen Uncen yang sudah bolak balik melakukan penelitian di lokasi teluk ini  dan Ia menyebut solusinya yang bisa dilakukan ada dua cara, yaitu mitigasi struktural dan campuran.

   “Mitigasi struktur yaitu dengan rekayasa sipil dengan membuat Jetty dengan bahan – bahan ramah lingkungan. Kedua, mitigasi campuran yaitu disetiap Jeti juga ditanam kembali beragam vegetasi akar dalam sepanjang pesisir Holtekamp,” tutupnya.

   Menurutnya, jika dilihat kondisi teluk maka sifat fisik atau tipologinya tergolong pesisir sekunder. Artinya pesisir ini dibentuk oleh sedimentasi dari darat dan dari laut pada masa lalu dan kestabilannya dikontrol oleh beragam jenis tumbuhan dengan tingkat kerapatan vegetasi yang berbeda – beda.

Baca Juga :  Otak dan Udang Goreng Favorit Inggit Garnasih

“Jenis vegetasi pesisir itu dapat dilihat dari tipologi vegetasi tajuk vegetasinya. Ada tipologi tajuk membentuk piramida yang  artinya jenis rambatan selalu berada di depan arus pantai kemudian diikuti jenis perdu, pandanus, palm, kayu – kayu dengan system akar dalam.

“Setelah itu turun lagi ke jenis palm, pandanus, perdu dan rambatan hingga rawa belakang. Itu zonasi vegetasi pesisir Holtekamp dan Skouw yang menjadi hasil studi saya sejak tahun 2019 lalu,” katanya.

  Jadi apabila zonasi vegetasi ini hilang salah satu atau sebagian, maka ketika musim ombak dan air pasang maka ini akan memicu abrasi.

“Mengapa?  Karena sistem perakaran vegetasi itu yang menjaga kestabilan morfologi pantai. Bila vegetasi akar dalam jenis kayu-kayuan seperti bintangur, ketapang, cemara sudah habis ditebang, maka itu menganggu kemampuannya menahan abrasi dan intrusi air laut,” imbuhnya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya