Wednesday, March 12, 2025
25.7 C
Jayapura

Ingin Kuliah ke Kuliah Negeri, Nabung Untuk Bisa Beli Laptop

    Makin lama, makin banyak orang ngantri, tapi pemuda Papua itu masih saja dengan sabar melayani satu persatu hingga selesai. Sayapun sejenak tertegun, sambil mengawasi pemuda itu. Rasa penasaran muncul dan penuh tanya. Apa mungkin dia punya motivasi tersendiri sehingga bekerja sebagai penjual kopi?

   Sebuah profesi yang mungkin tidak banyak dilakoni oleh anak anak Papua pada umumnya.  Karena anak muda seusia dia semestinya ada di bangku sekolah atau kuliah jadi mahasiswa. Sayapun mendekat ingin mengetahuinya lebih jauh.

   “Kaka mau pesan apa?,”tanya pemuda  yang diketahui bernama Felix Numberi, Jumat (7/3).

“Boleh, saya pesan yang paling murah saja, yang 9000 itu,” ujarku memulai percakapan.

Baca Juga :  26 TPS di Papua Direkomendasikan PSU

Dia menjual aneka menu kopi yang menjadi  favorit seperti americano, arabica susu, kopi caramel, hingga teh leci non-kopi.

    Singkat cerita, Felix Numberi ternyata memiliki cita-cita ingin melanjutkan pendidikan tinggi keluar negeri. Dengan harapan, mendapatkan beasiswa full dari pemerintah. Awalnya, setelah lulus SMA tahun 2020 lalu, dia kemudian  datang ke Jayapura untuk mengikuti kursus bahasa Inggris di salah satu tempat kursus di Sentani.

    Setelah itu, Felix memilih bekerja serabutan, jadi kuli bangunan, penambang emas hingga saat ini menjual kopi keliling. Sebelum melanjutkan kuliah, dia ingin membeli laptop. “Saya nabung dulu supaya bisa beli laptop,” katanya.

Baca Juga :  Mobilitas  Masyarakat Terhambat, Anak Sekolah pun Binggung Mau Naik Apa

  Dia baru saja bekerja sekitar dua pekan sebagai penjual kopi, dari informasinya, dia akan digaji 1,6 juta plus bonus dari hasil penjualanya itu. Felix mengaku, ayah dan ibunya berprofesi sebagai ASN P3K. Keduanya baru diangkat pada 2017 lalu, sementara dia juga memiliki tiga saudaranya. Semuanya memiliki kemauan untuk sekolah. Namun keterbatasan ekonomi membuatnya memilih jalan berjuang sendiri.

   “Saya bilang ke orangtua, bapa mama fokus urus saudara yang lain, saya biar urus sendiri saja,”katanya lagi.

    Makin lama, makin banyak orang ngantri, tapi pemuda Papua itu masih saja dengan sabar melayani satu persatu hingga selesai. Sayapun sejenak tertegun, sambil mengawasi pemuda itu. Rasa penasaran muncul dan penuh tanya. Apa mungkin dia punya motivasi tersendiri sehingga bekerja sebagai penjual kopi?

   Sebuah profesi yang mungkin tidak banyak dilakoni oleh anak anak Papua pada umumnya.  Karena anak muda seusia dia semestinya ada di bangku sekolah atau kuliah jadi mahasiswa. Sayapun mendekat ingin mengetahuinya lebih jauh.

   “Kaka mau pesan apa?,”tanya pemuda  yang diketahui bernama Felix Numberi, Jumat (7/3).

“Boleh, saya pesan yang paling murah saja, yang 9000 itu,” ujarku memulai percakapan.

Baca Juga :  Cegah DBD, Pemkot Minta Warga Jaga Lingkungan

Dia menjual aneka menu kopi yang menjadi  favorit seperti americano, arabica susu, kopi caramel, hingga teh leci non-kopi.

    Singkat cerita, Felix Numberi ternyata memiliki cita-cita ingin melanjutkan pendidikan tinggi keluar negeri. Dengan harapan, mendapatkan beasiswa full dari pemerintah. Awalnya, setelah lulus SMA tahun 2020 lalu, dia kemudian  datang ke Jayapura untuk mengikuti kursus bahasa Inggris di salah satu tempat kursus di Sentani.

    Setelah itu, Felix memilih bekerja serabutan, jadi kuli bangunan, penambang emas hingga saat ini menjual kopi keliling. Sebelum melanjutkan kuliah, dia ingin membeli laptop. “Saya nabung dulu supaya bisa beli laptop,” katanya.

Baca Juga :  Awalnya Dipesan Kaesang, lalu Jadi Langganan Istana Bogor

  Dia baru saja bekerja sekitar dua pekan sebagai penjual kopi, dari informasinya, dia akan digaji 1,6 juta plus bonus dari hasil penjualanya itu. Felix mengaku, ayah dan ibunya berprofesi sebagai ASN P3K. Keduanya baru diangkat pada 2017 lalu, sementara dia juga memiliki tiga saudaranya. Semuanya memiliki kemauan untuk sekolah. Namun keterbatasan ekonomi membuatnya memilih jalan berjuang sendiri.

   “Saya bilang ke orangtua, bapa mama fokus urus saudara yang lain, saya biar urus sendiri saja,”katanya lagi.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya