Mencermati Balita Beresiko Stunting dan Upaya Mengatasinya di Tanah Papua
Setiap pemerintah daerah, termasuk di Papua, diinstrusikan oleh pemerintah pusat untuk serius menangani stunting di wilayah masing-masing. Penegasan ini penting, karena untuk mewujudkan generasi berkualitas harus ada perhatian sejak dini.
Laporan: Carolus Daot
Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Papua Nerius Auparai menyampaikan berdasarkan data sistem elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (PPGBM) hingga September tahun 2023 lalu, 4.691 anak di bawah umur 5 tahun atau Balita di Papua dan 3 Daerah Otonom Baru (DOB) yakni Papua Tengah, Papua Selatan dan Papua Pegunungan mengalami resiko stunting.
Hal ini dipicu karena beberapa faktor, diantaranya minimnya pasokan makanan bergizi bagi Ibu hamil, dalam 1.000 hari pertama kehidupan, kemudian rendahnya kesadaran pola hidup yang sehat, pola asuh yang tidak berjalan baik, serta fasilitas kesehatan yang terbatas.
Tidak hanya itu resiko stunting bagi balita ini juga terjadi karena gangguan kesehatan pada ibu hamil. Dimana menurutnya banyak Ibu hamil yang mengalami anemia atau kurang darah serta anak terpapar penyakit menular atau infeksi berulang, seperti diare, malaria, infeksi saluran pernapasan akut, dan tuberkulosis.
“Kendala utama tingginya stunting baik Balita termasuk juga dewasa, karena pemahaman tentang gisi keluarga masih sangat renda,” ujarnya kepada Cendrawasih pos, di ruang kerjanya, Jumat (5/1).