Salju tersebut diduga peninggalan zaman es yang bertahan karena suhu di puncak gunung yang minus.Gunung Carstensz juga masuk dalam lokasi Taman Nasional Lorentz yang telah diakui UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia. Nama Carstenzs Pyramid ditemukan oleh penjelajah asal Belanda Jan Carstenszoon pada tahun 1623 ketika berlayar di Laut Arafuru. Meski demikian, orang yang pertama kali berhasil mencapai area bersalju di Gunung Carstenzs adalah Hendrik A. Lorentz pada 1909.
Dari nama keduanya akhirnya muncul nama Cartenz dan Lorenz. Sedangkan orang yang pertama kali menginjak puncak adalah Heinrich Harrer bersama Philip Temple, Russel Kippax, dan Albertus Huizenga. Sebelum Harrer, Philip Temple adalah orang yang memetakan jalur, merintis akses, dan menjadi penunjuk jalan. Namun, karena keterbatasan logistik, Temple bergabung dalam ekspedisi yang dipimpin Harrer.
Berbeda dengan pendakian modern pada 90-an, ekspedisi pendakian Harrer di Puncak Carstenz menggunakan teknik rock climbing. Pendaki melakukan rapelling sekitar 20 meter di sisi selatan Carstensz Pyramid, lantas melewati celah sempit, sebelum melakukan rock climbing setinggi 600 meter untuk mencapai punggungan (summit ridge) menjelang puncak.
Sedangkan orang yang mengubah jalur pendakian Carstenzs menjadi saat ini adalah pendaki legendaris Selandia Baru yang memimpin Adventure Consultants Rob Hall dan Ripto Mulyono dari Treakmate Adventure Indonesia. Merekalah yang memasang memasang tali sepanjang 20 meter melintasi jurang sedalam 600 meter sebelum mencapai punggungan Carstenzs.Jembatan tersebut dikenal di kalangan pendaki gunung sebagai Jembatan Tyrolean atau tyrolean traverse.
Jembatan tersebut diperbaiki Franky Kowaas dan tim pemandu gunung asal Manado pada 2007 sehingga memudahkan pendaki menyeberangi patahan tebing. Jalur Pendakian Carstenz Pyramid. Untuk mendaki ke Carstenz Pyramid sendiri saat ini masih menggunakan tiga jalur yakni Jalur Sugapa, jalur Freeport dan Lembah Kuning.
Para pendaki harus naik pesawat dari Timika atau Nabire ke Distrik Sugapa di Kabupaten Intan Jaya. Dari Kampung Ugimba di Sugapa yang berada di ketinggian 2.100 mdpl tersebut, pendaki harus berjalan kaki selama satu-dua minggu melewati tanjakan dan turunan di sepanjang jalur New Zealand Pass, termasuk melintasi Sungai Kemabu dan Sungai Nabu yang berarus deras.
Ujung dari New Zealand Pass adalah Lembah Danau-Danau yang berada di ketinggian 4.261 mdpl. Lembah yang memiliki puluhan danau gletser ini berada persis di kaki piramida Puncak Carstensz. Untuk bisa menuju puncak, pendaki harus melakukan teknik pendakian jumaring di tebing tegak lurus 80 derajat setinggi 600 meter dengan menggunakan jumaring (ascender dan descender) yang mengandalkan seutas tali untuk mencapai punggungan (summit ridge).
Keuntungan dari perjalanan ini adalah aklimatisasi atau pembiasaan tubuh terhadap ketinggian berlangsung lebih baik. Karena pendaki naik secara bertahap dari ketinggian 2.000 meter ke 4.000 meter dalam waktu 1-2 minggu. Sedangkan untuk Jalur Freeport pendaki mengawali perjalanan dari Timika lantas naik bus ke Tembagapura selama 5 jam.
Dilanjutkan dengan naik trem milik Freeport ke Grasberg dan naik mobil selama 20 menit ke Bali Dump. Dari Bali Dump, pendaki berjalan kaki selama dua jam ke Lembah Danau-Danau. Ini adalah rute perjalanan yang sangat berisiko AMS karena pendaki naik dari ketinggian 200 mdpl di Timika ke Grasberg yang berada di ketinggian 4.285 mdpl dalam hitungan jam.