Melihat Persiapan Masyarakat Tionghoa Menyambut Hari Raya Imlek
Perayaan tahun baru Imlek tahun ini, sedikit berbeda dari biasanya. Sebab, Imlek tahun ini bertempatan dengan penghunjung masa kampanye dan memasuki masa tenang, sehingga tak memungkinkan untuk acara yang mengumpulkan orang banyak dengan tarian barongsai.
Laporan: Yohana_Jayapura
Tahun Baru Imlek 2575 yang jatuh pada hari Sabtu (10/2) mendatang, merupakan perayaan tahun baru yang dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, tak terkecuali yang ada di Indonesia. Bahkan untuk daerah Indonesia Timur seperti di Papua, Kota Jayapura dan sekitarnya, perayaan Imlek selalu dirayakan dengan meriah.
Baik itu pertunjukan barongsai hingga perayaan Chap Goh Meh menjadi sebuah pertunjukan yang selalu dinantikan untuk perayaan Imlek di Jayapura. Partisipasi dari semua masyarakat yang sering menyaksikan barognsai, membuat perayaan Imlek di Jayapura semakin berwarna.
Bahkan tidak kalah serunya, anak-anak Papua juga ikut berpartisipasi dalam mempelajari permainan atau tarian Barongsai, yang konon tarian ini dilakukan untuk mengusir roh jahat.
Perayaan ini telah ada sejak zaman dahulu dan terus dirayakan hingga saat ini. Perhitungan tahun baru Imlek berdasarkan sistem penanggalan China yang juga dikenal sebagai kalender Lunar.Meski tahun ini perayaan tahun baru Imlek bertepatan pada masa minggu tenang, tetapi tidak akan mengurangi makna dari perayaan Imlek itu sendiri.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Koordinator Wilayah Paguyuban Sosial Marga Thionghoa Indonesia (PSMTI) di Papua, Ishak Montolalu saat ditemui kediamannya yakni di Jln. Ardipura, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, tepatnya berhadapan dengan Sekolah Kalam Kudus Jayapura.
Saat Cenderawasih Pos bertandang di kediamannya, suasana persiapan Imlek sudaht erasa. Rumah bertembok tinggi sekitar 5 meter, dengan cat tembok berwarna abu-abu itu, telah dihiasi lampion-lampion cantik bernuansa merah sudah tertata rapi di setiap tiang pagar rumah.
Setelah menunggu sekitar kurang lebih 15 menit, pria berambut putih, bertopi songko lengkap dengan baju seragam kerukunan Tionghoa itu mempersilahkan untuk duduk di sofa santai yang terletak di depan kami.