Friday, November 22, 2024
25.7 C
Jayapura

Kehilangan Kekayaan Folklor Bagaikan Sebuah Perpustakaan yang terbakar

Seniman kedua karya seni ini membagikan jati diri kedua masyarakat yang mempunyai hubungan intim dengan Sang Pencipta, alam, dan sesama manusia.

   “Karya karya ini dahulunya marak dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat Papua lama, namun kini seakan sudah mulai tumpul,” kata alumni S3 (Ilmu Sastra) UGM itu.

  Karakter dan jati diri saling berkaitan erat. Karakter yang kuat biasanya berasal dari jati diri yang baik dan jelas. Ketika seseorang memahami jati dirinya sebagai bagian dari leluhurnya, ia lebih mampu membentuk karakter yang konsisten dan positif yang disesuaikan dengan masa hidupnya untuk menapaki masa depannya.

   “Inilah yang ingin saya garisbawahi bahwa folklor dapat menjadi sumber seni budaya yang merefkseikan identitas dan karya seni itu sendiri dapat digunakan sebagai sumber pendidikan karakter orang Papua,” tegas istri dari mantan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua Dr. James Modouw ini.

Baca Juga :  Sebelum Melaut, Nelayan Bisa Cek Cuaca dan Prakiraan Ikan di Laut

  Bahkan dari hasil penelitian terbarunya, tentang pembelajaran matematika melalui pembangunan honai di Wamena. Dahulunya pembuatan honai memang,  tidak melakukan pengukuran secara matematis secara akurat, tetapi pada praktiknya, mereka dapat membangun honai dengan presisi ukuran yang tepat, seperti diameter lantai,  tinggi dinding dan atap honai.    

   Semua dapat berdiri kokoh, lurus, tidak miring ke kanan dan ke kiri. Praktik seperti ini dapat dilakukan karena proses kebiasaan yang terus-menerus yang dilatari oleh kesungguhan, ketekunan, kesabaran, dan semangat pantang menyerah.

  “Kenyataan ini sangat berbeda dengan karakter generasi muda yang cenderung menyukai proses yang instant, tidak sabar dan mudah menyerah,” katanya.

Baca Juga :  Tingkatkan Minat Baca, Mulai Galakkan Pojok Baca Digital di Kampung

   Diapun mengegaskan Papua memiliki kekayaan folklor yang sudah mulai tidak dikenali oleh sebagian masyarakat, terutama generasi muda. Oleh sebab itu, folklor Papua sebagai legasi perlu dilestarikan karena sebagai produk sosial-budaya masyarakat lama, esensinya relevan dengan kehidupan masa kini dan masa mendatang.

   “Pesan saya untuk generasi muda Papua, warisan budaya perlu digali dan diseminasi melalui karya estetis. Munculkanlah identitas leluhur dan teruslah menjadi kepanjangan tangan Tuhan untuk membangun sesama melalui karya seni yang terus menari tanpa henti,” pungkasnya. (*/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Seniman kedua karya seni ini membagikan jati diri kedua masyarakat yang mempunyai hubungan intim dengan Sang Pencipta, alam, dan sesama manusia.

   “Karya karya ini dahulunya marak dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat Papua lama, namun kini seakan sudah mulai tumpul,” kata alumni S3 (Ilmu Sastra) UGM itu.

  Karakter dan jati diri saling berkaitan erat. Karakter yang kuat biasanya berasal dari jati diri yang baik dan jelas. Ketika seseorang memahami jati dirinya sebagai bagian dari leluhurnya, ia lebih mampu membentuk karakter yang konsisten dan positif yang disesuaikan dengan masa hidupnya untuk menapaki masa depannya.

   “Inilah yang ingin saya garisbawahi bahwa folklor dapat menjadi sumber seni budaya yang merefkseikan identitas dan karya seni itu sendiri dapat digunakan sebagai sumber pendidikan karakter orang Papua,” tegas istri dari mantan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Papua Dr. James Modouw ini.

Baca Juga :  Pemerintahan Dimulai Sejak 1918, Telah Berganti Nama Berkali-kali

  Bahkan dari hasil penelitian terbarunya, tentang pembelajaran matematika melalui pembangunan honai di Wamena. Dahulunya pembuatan honai memang,  tidak melakukan pengukuran secara matematis secara akurat, tetapi pada praktiknya, mereka dapat membangun honai dengan presisi ukuran yang tepat, seperti diameter lantai,  tinggi dinding dan atap honai.    

   Semua dapat berdiri kokoh, lurus, tidak miring ke kanan dan ke kiri. Praktik seperti ini dapat dilakukan karena proses kebiasaan yang terus-menerus yang dilatari oleh kesungguhan, ketekunan, kesabaran, dan semangat pantang menyerah.

  “Kenyataan ini sangat berbeda dengan karakter generasi muda yang cenderung menyukai proses yang instant, tidak sabar dan mudah menyerah,” katanya.

Baca Juga :  Dampak Longsor di Hamadi,  Arus Jalan Kendaraan Dialihkan

   Diapun mengegaskan Papua memiliki kekayaan folklor yang sudah mulai tidak dikenali oleh sebagian masyarakat, terutama generasi muda. Oleh sebab itu, folklor Papua sebagai legasi perlu dilestarikan karena sebagai produk sosial-budaya masyarakat lama, esensinya relevan dengan kehidupan masa kini dan masa mendatang.

   “Pesan saya untuk generasi muda Papua, warisan budaya perlu digali dan diseminasi melalui karya estetis. Munculkanlah identitas leluhur dan teruslah menjadi kepanjangan tangan Tuhan untuk membangun sesama melalui karya seni yang terus menari tanpa henti,” pungkasnya. (*/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya