Saturday, April 20, 2024
31.7 C
Jayapura

Ada Kucing yang Separo Badan Melepuh, Anggota Komunitas Dikira Petugas Vaksin

Mengikuti Kegiatan Street Feeding yang Digagas Pecinta Kucing Bersama Komsos Jayapura

Hal menarik dilakukan beberapa pecinta kucing di Jayapura dengan menggandeng Komunitas Sosial Jayapura pekan kemarin. Mereka mencari kucing liar dan memberikan makan. Ada juga yang diobati tanpa harus dibayar. Hal baru ini direspon warga sampai-sampai dikira petugas vaksin. 

Laporan: Abdel Gamel Naser – Jayapura

Banyaknya populasi kucing liar atau kucing kampung yang tidak dipelihara di Jayapura. Lokasi yang paling banyak ditemukan justru di tempat – tempat yang kurang sehat. Semisal di tempat sampah, lapak – lapak pasar hingga pinggiran jalan.

   Populasi kucing memang sulit diprediksi, kadang ada yang suka memelihara dan merawat, namun  banyak juga yang  memilih membuang begitu saja. Biasanya dalam kondisi masih anakan kemudian diisi ke dalam karton lalu diletakkan di tempat-tempat yang disebutkan di atas tadi.

  Keberadaan kucing-kucing ini bagi pecinta kucing tentu menjadi hal yang lumrah, namun ada juga warga yang menganggap mereka adalah pengganggu. Nah ada satu kegiatan sosial yang menyentuh langsung kucing kurang beruntung ini yaitu Street Feeding.

  Meski tidak merawat secara menyeluruh, namun paling tidak ada nilai kebaikan yang dilakukan dan yang terpenting adalah menumbuhkan rasa peduli. Street Feeding merupakan kegiatan memberikan makan kepada hewan liar atau hewan jalanan yang tidak berpemilik.

  Hewan liar tersebut bisa berupa anjing maupun kucing. Karena kedua hewan ini tak memiliki tuan, maka tak heran banyak dijumpai kondisi hewan ini terlantar dengan kondisi yang kurang baik. Dalam Street Feeding yang dilakukan adalah hunting atau mencari hewan kurang beruntung tadi untuk diberi makan, termasuk diperiksa kesehatan hewannya jika saat itu melibatkan dokter hewan. Untuk kota-kota besar aktifitas ini sudah memiliki komunitas sendiri, namun di Jayapura nampaknya hanya dilakukan oleh kelompok pecinta kucing.

  Pada kegiatan perdana yang diinisiasi oleh pecinta kucing dengan melibatkan komunitas sosial Jayapura ini, lokasi Street Feeding yang dipilih adalah Pasar Ikan Hamadi. Disini ditemukan ada puluhan ekor kucing yang diterlantarkan dengan berbagai kondisi. Ada yang scabies, cat flu, kurang gizi dan jamuran. Namun pada umumnya kucing  liar juga ditemukan mengalami sakit cacingan dan diare.

Baca Juga :  Delapan Bus Siap Melayani, Kenaikan Tarif Rp 10 Ribu Hingga Rp 25 Ribu

  “Sangat menarik karena bagi kami ini hal baru dan kami menemukan banyak sekali kucing yang tidak dirawat hingga sakit,” kata Irfan koordinator Komunitas Sosial (Komsos) Jayapura belum lama ini.

   Ia menyebut selama ini ia hanya tahu soal kucing di rumahnya, yang setiap hari cukup diberi makan. Namun dari kegiatan ini, ia akhirnya paham bahwa ada penanganan lebih yang sepatutnya dilakukan.

  “Sampai-sampai seperti itu, harus dijaga kesehatannya, diperiksa jika sakit dan diberi  semua yang layak sebagai makhluk hidup,” akunya.

   Dalam Street Feeding ini kondisi kucing yang paling banyak ditemukan adalah kurang gizi sehingga saat kucing kucing tersebut diberi makanan kucing terlihat lahap. “Ada banyak yang sakit tadi. Ada yang matanya sudah tertutup karena bernanah, ada juga yang scabies termasuk sebagian wajahnya rusak akibat disiksa. Ini kondisi yang kurang baik untuk mereka,” jelas Roja Safitri, Ketua Cat Lover Jayapura.

   Pemilik Roja Pet Shop ini menyampaikan bahwa untuk melakukan Street Feeding paling tidak ada sejumlah hal yang harus disiapkan. Yang utama adalah makanan kucing baik yang kering (Dry Food) maupun yang basah (Wet Food), vitamin, obat – obatan, tempat atau wadah makan dan minum untuk kucing.

  “Tempat makan atau wadah ini penting karena meski statusnya kucing liar mereka juga perlu dihormati sebagai mahluk hidup, sehingga makanan yang diberikan diletakkan di dalam wadah  dan sebisa mungkin tidak mengandung bahan kimia seperti stereofoam. Ini nantinya berkaitan dengan kesejahteraan hewan,”  beber wanita yang akrab disapa Pipit ini.

  Selain itu dikatakan membangun komunikasi dengan warga juga penting guna membangun kesadaran dan kepedulian terhadap kucing sehingga ke depannya para pecinta kucing tak perlu lagi repot-repot untuk mencari satu persatu kucing liar. “Ada banyak lorong dan banyak sekali kucing liar. Kondisinya sangat memprihatinkan. Waktu dikasi makan ia terlihat lahap sekali, seperti tidak pernah menemukan makanan seperti ini (Dry Food),” kata Nur Kholik satu peserta Street Feeding. Ada juga yang ditemukan diantara celah celah ban motor, di bawah kontainer sampah  hingga pojokan gudang yang memang sangat kotor.

    “Tadi saya temukan kucing dewasa yang sebagian wajahnya hancur, kayaknya disiram air panas. Dia lari waktu kami dekati dan nampaknya trauma dengan manusia,” cerita Nur.

Baca Juga :  Banyak Fasilitas yang Mulai Rusak,  Pengelolaan Harus Optimal

   Lalu ada juga kucing kembar yang kedua matanya tertutup. Kedua-duanya sakit mata jadi saat dikasih makan ia hanya terbantu lewat penciuman dan makan dalam keadaan mata tertutup,” ujar Irfan, salah satu wartawan di Jayapura yang juga pecinta kucing ras. Saat memasuki lorong – lorong terlihat banyak warga yang masih bingung mengingat kegiatan ini baru pertama kali dilihat.

   “Ini harus bayar atau bagaimana pak,” celetuk satu wanita paro baya saat rumahnya dilintasi. Ada juga yang mengira para komunitas ini dari dinas kesehatan, namun sempat bingung mengapa kucing liar yang diurus. Lalu ada juga yang berlarian karena mengira sebagai petugas vaksin. “Tadi ada yang berhamburan dan tutup pintu, mereka pikir kami  petugas yang datang untuk vaksin,” sambung Nur lagi.

   Pipit menambahkan bahwa saat melakukan Street Feeding sebisa mungkin saat memberi makan itu menggunakan alas. Semisal piring kertas jadi selain bersih, tidak berceceran dan juga tidak terkontaminasi penyakit dari lantai.

“Meski liar, kucing – kucing ini tetap patut diberi sesuatu yang layak. Tidak asal memberi makan tapi ada bentuk penghormatan,” imbuhnya.

  Lalu Pipit juga menyampaikan bahwa jika ingin memelihara kucing ras maka sebisa mungkin memelihara dan merawat kucing kampung dulu, karena sama – sama kucing dan bisa belajar dari kucing kampung untuk menumbuhkan kepedulian.

  Sementara Esron Pakpahan dari Komsos sempat membawa dua anakan kucing yang kondisinya cukup memprihatinkan. Ia mengatakan banyak belajar dari kegiatan Street Feeding tersebut dan meski baru, namun ia sepakat bahwa kucing juga perlu mendapatkan kesejahteraan yang layak. Tidak harus dibuang  apalagi disiksa.

“Ini yang kadang salah, kebanyakan memang kucing yang dibuang. Berbeda dengan anjing yang tetap dipelihara. Tapi saya setuju bahwa jangan menyiksa jika tak mau memelihara dan disini kami belajar banyak hewan seperti kucing bisa dirawat dan diperhatikan mengapa yang lain tidak. Kami  memulai dari hal kecil makanya tadi saya bawa pulang dua ekor untuk dirawat,” imbuhnya. (*/tri)

Mengikuti Kegiatan Street Feeding yang Digagas Pecinta Kucing Bersama Komsos Jayapura

Hal menarik dilakukan beberapa pecinta kucing di Jayapura dengan menggandeng Komunitas Sosial Jayapura pekan kemarin. Mereka mencari kucing liar dan memberikan makan. Ada juga yang diobati tanpa harus dibayar. Hal baru ini direspon warga sampai-sampai dikira petugas vaksin. 

Laporan: Abdel Gamel Naser – Jayapura

Banyaknya populasi kucing liar atau kucing kampung yang tidak dipelihara di Jayapura. Lokasi yang paling banyak ditemukan justru di tempat – tempat yang kurang sehat. Semisal di tempat sampah, lapak – lapak pasar hingga pinggiran jalan.

   Populasi kucing memang sulit diprediksi, kadang ada yang suka memelihara dan merawat, namun  banyak juga yang  memilih membuang begitu saja. Biasanya dalam kondisi masih anakan kemudian diisi ke dalam karton lalu diletakkan di tempat-tempat yang disebutkan di atas tadi.

  Keberadaan kucing-kucing ini bagi pecinta kucing tentu menjadi hal yang lumrah, namun ada juga warga yang menganggap mereka adalah pengganggu. Nah ada satu kegiatan sosial yang menyentuh langsung kucing kurang beruntung ini yaitu Street Feeding.

  Meski tidak merawat secara menyeluruh, namun paling tidak ada nilai kebaikan yang dilakukan dan yang terpenting adalah menumbuhkan rasa peduli. Street Feeding merupakan kegiatan memberikan makan kepada hewan liar atau hewan jalanan yang tidak berpemilik.

  Hewan liar tersebut bisa berupa anjing maupun kucing. Karena kedua hewan ini tak memiliki tuan, maka tak heran banyak dijumpai kondisi hewan ini terlantar dengan kondisi yang kurang baik. Dalam Street Feeding yang dilakukan adalah hunting atau mencari hewan kurang beruntung tadi untuk diberi makan, termasuk diperiksa kesehatan hewannya jika saat itu melibatkan dokter hewan. Untuk kota-kota besar aktifitas ini sudah memiliki komunitas sendiri, namun di Jayapura nampaknya hanya dilakukan oleh kelompok pecinta kucing.

  Pada kegiatan perdana yang diinisiasi oleh pecinta kucing dengan melibatkan komunitas sosial Jayapura ini, lokasi Street Feeding yang dipilih adalah Pasar Ikan Hamadi. Disini ditemukan ada puluhan ekor kucing yang diterlantarkan dengan berbagai kondisi. Ada yang scabies, cat flu, kurang gizi dan jamuran. Namun pada umumnya kucing  liar juga ditemukan mengalami sakit cacingan dan diare.

Baca Juga :  Pakai Bahan dan Bumbu yang Selalu Baru

  “Sangat menarik karena bagi kami ini hal baru dan kami menemukan banyak sekali kucing yang tidak dirawat hingga sakit,” kata Irfan koordinator Komunitas Sosial (Komsos) Jayapura belum lama ini.

   Ia menyebut selama ini ia hanya tahu soal kucing di rumahnya, yang setiap hari cukup diberi makan. Namun dari kegiatan ini, ia akhirnya paham bahwa ada penanganan lebih yang sepatutnya dilakukan.

  “Sampai-sampai seperti itu, harus dijaga kesehatannya, diperiksa jika sakit dan diberi  semua yang layak sebagai makhluk hidup,” akunya.

   Dalam Street Feeding ini kondisi kucing yang paling banyak ditemukan adalah kurang gizi sehingga saat kucing kucing tersebut diberi makanan kucing terlihat lahap. “Ada banyak yang sakit tadi. Ada yang matanya sudah tertutup karena bernanah, ada juga yang scabies termasuk sebagian wajahnya rusak akibat disiksa. Ini kondisi yang kurang baik untuk mereka,” jelas Roja Safitri, Ketua Cat Lover Jayapura.

   Pemilik Roja Pet Shop ini menyampaikan bahwa untuk melakukan Street Feeding paling tidak ada sejumlah hal yang harus disiapkan. Yang utama adalah makanan kucing baik yang kering (Dry Food) maupun yang basah (Wet Food), vitamin, obat – obatan, tempat atau wadah makan dan minum untuk kucing.

  “Tempat makan atau wadah ini penting karena meski statusnya kucing liar mereka juga perlu dihormati sebagai mahluk hidup, sehingga makanan yang diberikan diletakkan di dalam wadah  dan sebisa mungkin tidak mengandung bahan kimia seperti stereofoam. Ini nantinya berkaitan dengan kesejahteraan hewan,”  beber wanita yang akrab disapa Pipit ini.

  Selain itu dikatakan membangun komunikasi dengan warga juga penting guna membangun kesadaran dan kepedulian terhadap kucing sehingga ke depannya para pecinta kucing tak perlu lagi repot-repot untuk mencari satu persatu kucing liar. “Ada banyak lorong dan banyak sekali kucing liar. Kondisinya sangat memprihatinkan. Waktu dikasi makan ia terlihat lahap sekali, seperti tidak pernah menemukan makanan seperti ini (Dry Food),” kata Nur Kholik satu peserta Street Feeding. Ada juga yang ditemukan diantara celah celah ban motor, di bawah kontainer sampah  hingga pojokan gudang yang memang sangat kotor.

    “Tadi saya temukan kucing dewasa yang sebagian wajahnya hancur, kayaknya disiram air panas. Dia lari waktu kami dekati dan nampaknya trauma dengan manusia,” cerita Nur.

Baca Juga :  Buku Pelajaran Tak Sempat Terbawa Mengungsi, Hanya Beberapa Diktat

   Lalu ada juga kucing kembar yang kedua matanya tertutup. Kedua-duanya sakit mata jadi saat dikasih makan ia hanya terbantu lewat penciuman dan makan dalam keadaan mata tertutup,” ujar Irfan, salah satu wartawan di Jayapura yang juga pecinta kucing ras. Saat memasuki lorong – lorong terlihat banyak warga yang masih bingung mengingat kegiatan ini baru pertama kali dilihat.

   “Ini harus bayar atau bagaimana pak,” celetuk satu wanita paro baya saat rumahnya dilintasi. Ada juga yang mengira para komunitas ini dari dinas kesehatan, namun sempat bingung mengapa kucing liar yang diurus. Lalu ada juga yang berlarian karena mengira sebagai petugas vaksin. “Tadi ada yang berhamburan dan tutup pintu, mereka pikir kami  petugas yang datang untuk vaksin,” sambung Nur lagi.

   Pipit menambahkan bahwa saat melakukan Street Feeding sebisa mungkin saat memberi makan itu menggunakan alas. Semisal piring kertas jadi selain bersih, tidak berceceran dan juga tidak terkontaminasi penyakit dari lantai.

“Meski liar, kucing – kucing ini tetap patut diberi sesuatu yang layak. Tidak asal memberi makan tapi ada bentuk penghormatan,” imbuhnya.

  Lalu Pipit juga menyampaikan bahwa jika ingin memelihara kucing ras maka sebisa mungkin memelihara dan merawat kucing kampung dulu, karena sama – sama kucing dan bisa belajar dari kucing kampung untuk menumbuhkan kepedulian.

  Sementara Esron Pakpahan dari Komsos sempat membawa dua anakan kucing yang kondisinya cukup memprihatinkan. Ia mengatakan banyak belajar dari kegiatan Street Feeding tersebut dan meski baru, namun ia sepakat bahwa kucing juga perlu mendapatkan kesejahteraan yang layak. Tidak harus dibuang  apalagi disiksa.

“Ini yang kadang salah, kebanyakan memang kucing yang dibuang. Berbeda dengan anjing yang tetap dipelihara. Tapi saya setuju bahwa jangan menyiksa jika tak mau memelihara dan disini kami belajar banyak hewan seperti kucing bisa dirawat dan diperhatikan mengapa yang lain tidak. Kami  memulai dari hal kecil makanya tadi saya bawa pulang dua ekor untuk dirawat,” imbuhnya. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya