“Sampai saat ini, belum ada Caleg yang datang menanyakan kabar kami atau sebatas bertanya kendala apa yang kami hadapi. Harusnya kan Caleg itu menyampaikan visi misinya biar kami warga yakin untuk mencoblos mereka,” ucap Sukartini, salah satu penjual kelontong di Pasar Youtefa.
Sukartini mengaku jika dirinya sebatas mengenal Caleg melalui baliho yang dipajang di setiap sudut jalan.
Sementara itu, salah satu masyarakat bernama Irma, mengaku sistem kampanye dengan menggunakan baliho sebenarnya bagus untuk reminder buat familiar. Hanya saja, kurang efektif jika Calegnya tak turun langsung ke masyarakat untuk menyampaikan visi misinya.
“Sebab di baliho yang kelihatan hanya wajah para Caleg, namun tidak dengan visi misinya,” ucap warga Hamadi ini.
Warga lainnya, Theresia, menyebut sistem kampanye Pemilu, jika sekedar mengandalkan baliho hanya menimbulkan masalah baru di masyarakat, yaitu sampah.
“Kita tahu sendiri bahwa bahan dari baliho itu adalah VPC yang sulit terurai, sekarang kan sudah zaman digital. Kenapa para Caleg kita tidak beralih mengikuti perkembangan zaman,” tanyanya.
Selain itu, kata dia, dalam berkampanye tidak efektif jika para Caleg sekedar mengandalkan baliho lalu dipajang si setiap sudut jalan. “Mereka harus turun ke lapangan, sampaikan visi misi ke masyarakat yang akan memilih mereka. Dan sampaikan juga gagasan gagasan yang akan dibuat, jangan malah memajang foto tersenyum di baliho yang bagi saya tidak ada manfaatnya,” tegasnya. (*/tri)
Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos