Thursday, July 24, 2025
25.6 C
Jayapura

Ketergantungan Masyarakat Adat Terhadap Hutan Terancam Akibat Perubahan Iklim

Pembukaan lahan dan perubahan iklim dapat menimbulkan tantangan serius bagi masyarakat adat di Yenggu Lama yang masih bergantung pada alam untuk pangan, ekonomi, dan budaya. Ketahanan pangan lokal, seperti produksi sagu, ubi, berbagai jenis sayuran dan buah, sumber protein terancam oleh perubahan pola cuaca yang mengganggu siklus tanam.

Selain itu, masalah sosial seperti tingginya kasus gizi buruk di Distrik Nimboran dan prevalensi stunting sebesar 13,3% di Kabupaten Jayapura pada tahun 2024 memperlihatkan betapa pentingnya keberlanjutan lingkungan dan ketahanan pangan yang kuat.

Perubahan iklim mempengaruhi produktivitas pertanian, memperburuk kondisi gizi dan kesehatan masyarakat yang sudah rentan.

Upaya intervensi ini membutuhkan pendekatan holistik yang mencakup pemberdayaan, edukasi, serta peningkatan partisipasi masyarakat adat dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaansumberdaya alamdanlahan.

Baca Juga :  Fasilitas Kuliah hingga Masalah Rumah Dinas Dosen Diminta Dibenahi

Rentetan persoalan yang timbul bukan saja sekedar permasalahan tumpang tindih perizinan pengelolaan hutan, tetapi lebih jauh dari itu yakni isu perubahan iklim yang belum dipahami oleh masyarakat secara mendalam.

Intervensi ini juga sangat penting untuk memastikan keberlanjutan ekologis dan sosial, sehingga masyarakat adat dapat lebih tangguh menghadapi dampak perubahan iklim di masa depan. Informasi awal tentang kondisi kampung Yenggu Lama dari aspek sosial, ekonomi, lingkungan dibutuhkan untuk pengambilan kebijakan pembangunan.

Studi Dampak Perubahan Iklim dengan metode SDGs melalui dukungan proyek NLGF VCA telah dilaksanakan oleh Yayasan Pengelolaan Alam Papua dimana kegiatan pengumpulan data berlangsung pada November 2024. Diseminasi hasil kajian SDGs akan dilakukan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak perubahan iklim, mempromosikan diversifikasi pangan lokal, dan menginisiasi langkah kolaboratif antara masyarakat adat, pemerintah, NGO, akademisi, dan komunitas lokal untuk solusi yang berkelanjutan.

Baca Juga :  Sejak 1961 Menjadi Daerah yang Aman, Kini Masyarakat Kampung Juga Ikut Menyesal

Pembukaan lahan dan perubahan iklim dapat menimbulkan tantangan serius bagi masyarakat adat di Yenggu Lama yang masih bergantung pada alam untuk pangan, ekonomi, dan budaya. Ketahanan pangan lokal, seperti produksi sagu, ubi, berbagai jenis sayuran dan buah, sumber protein terancam oleh perubahan pola cuaca yang mengganggu siklus tanam.

Selain itu, masalah sosial seperti tingginya kasus gizi buruk di Distrik Nimboran dan prevalensi stunting sebesar 13,3% di Kabupaten Jayapura pada tahun 2024 memperlihatkan betapa pentingnya keberlanjutan lingkungan dan ketahanan pangan yang kuat.

Perubahan iklim mempengaruhi produktivitas pertanian, memperburuk kondisi gizi dan kesehatan masyarakat yang sudah rentan.

Upaya intervensi ini membutuhkan pendekatan holistik yang mencakup pemberdayaan, edukasi, serta peningkatan partisipasi masyarakat adat dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaansumberdaya alamdanlahan.

Baca Juga :  Minta Inspektorat Hitung Kerugian Dugaan Korupsi Dana Desa Kampung Poo 

Rentetan persoalan yang timbul bukan saja sekedar permasalahan tumpang tindih perizinan pengelolaan hutan, tetapi lebih jauh dari itu yakni isu perubahan iklim yang belum dipahami oleh masyarakat secara mendalam.

Intervensi ini juga sangat penting untuk memastikan keberlanjutan ekologis dan sosial, sehingga masyarakat adat dapat lebih tangguh menghadapi dampak perubahan iklim di masa depan. Informasi awal tentang kondisi kampung Yenggu Lama dari aspek sosial, ekonomi, lingkungan dibutuhkan untuk pengambilan kebijakan pembangunan.

Studi Dampak Perubahan Iklim dengan metode SDGs melalui dukungan proyek NLGF VCA telah dilaksanakan oleh Yayasan Pengelolaan Alam Papua dimana kegiatan pengumpulan data berlangsung pada November 2024. Diseminasi hasil kajian SDGs akan dilakukan dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak perubahan iklim, mempromosikan diversifikasi pangan lokal, dan menginisiasi langkah kolaboratif antara masyarakat adat, pemerintah, NGO, akademisi, dan komunitas lokal untuk solusi yang berkelanjutan.

Baca Juga :  Harus Waspada, Jangan Bermain-main Saat Sudah Sepi

Berita Terbaru

Artikel Lainnya