Saturday, April 27, 2024
33.7 C
Jayapura

Menkeu Diminta Bertanggungjawab Atas Kerancuan Anggaran Daerah

JAYAPURA – Hingga kini keuangan pemerintah Provinsi Papua masih berkutat dengan anggaran yang bermasalah. DPR Papua juga ikut merasakan ini dan menganggap bahwa tidak bisa jika pemerintah Provinsi Papua menyelesaikan sendiri mengingat kebijakan diputus dari pemerintah pusat.

Bagaimana tidak, setelah Daerah Otonomi Baru (DOB) disahkan anggaran yang duluunya utuh dikelola pemerintah Papua kini langsung dipotong dan dibagikan ke provinsi DOB. Ketua DPR Papua, Jhon Banua Rouw melihat Pemprov agak kelimpungan karena  diterapkan mendadak dan tanpa meminta pertimbangan dari provinsi induk. Sementara hitung – hitungan APBD telah ditetapkan sebelumnya dengan porsi yang masih normal alias belum ada pembagian anggaran.

“Ini semua kesalahan menteri keuangan, dana dibagi langsung ke provinsi baru sementara semua beban daerah masih dipikul pemerintah provinsi induk,” kata  Jhony di kantor DPRP belum lama ini. Beberapa contoh konkrit dampak dari pembagian anggaran yang tannpa  koordinasi ini kata Jhony adalah sector pendidikan. Banyak persoalan yang akhirnya muncul akibat ploting anggaran yang tak lagi diterima utuh melainkan sudah mengalami penurunan drastis.

Baca Juga :  Jelang Nataru, Aktifitas THM dan Peredaran Miras Diperketat

Yang dulunya bisa mengelola sekitar Rp 8 triliun lebih  kini hanya mengelola sekitar Rp 2,1 triliun. “Soal pendidikan terkait beasiswa yang masih banyak masalah. Di APBD Papua tahun ini angkanya sangat kecil sementara mahasiswa ini perlu tetap dibiayai. Jika tidak maka terlambat studi atau gagal wisuda. Pemerintah yang buat mereka terlambat dan   kami yang harus diperhadapkan dengan persoalan ini,” kata Jhony.

DPR memastikan akan terus memperjuangkan agar pemerintah pusat ikut bertanggungjawab. “Kami masih di Jayapura hingga 27 Februari kemudian kami akan bertemu presiden sebab keputusan menteri keuangan sudah berjalan namun akhirnya banyak persoalan yang muncul,” imbuhnya.  Lalu aspek kesehatan sebagaimana sudah diketahui bersama ada 200 an tenaga kesehatan yang akhirnya dirumahkan kemudian  dana KPS di RSUD Dok II dan RSU Abepura juga mulai kehabisan anggaran.

Baca Juga :  Situasi di Besum Berangsur Kondusif

“Persoalannya adalah masyarakat hanya tahu mereka dilayani oleh  KPS tapi saat ini dana tersebut sudah habis  dan pasien  masih berdatangan dengan harapan diterima oleh KPS,”   imbuhnya. Dari persoalan  ini DPRP sempat memunculkan wacana untuk menggunakan dana cadangan yang penggunaannya harus melihat sejumlah indicator salah satunya urgensi. “Sementara masih kami tahan dulu tapi jika tak ada solusi mau tidak mau harus dibuat kesepakatan untuk menggunakan dana cadangan ini karena pasien tidak menunggu anggaran atau apa,” tutupnya. (ade/wen)

JAYAPURA – Hingga kini keuangan pemerintah Provinsi Papua masih berkutat dengan anggaran yang bermasalah. DPR Papua juga ikut merasakan ini dan menganggap bahwa tidak bisa jika pemerintah Provinsi Papua menyelesaikan sendiri mengingat kebijakan diputus dari pemerintah pusat.

Bagaimana tidak, setelah Daerah Otonomi Baru (DOB) disahkan anggaran yang duluunya utuh dikelola pemerintah Papua kini langsung dipotong dan dibagikan ke provinsi DOB. Ketua DPR Papua, Jhon Banua Rouw melihat Pemprov agak kelimpungan karena  diterapkan mendadak dan tanpa meminta pertimbangan dari provinsi induk. Sementara hitung – hitungan APBD telah ditetapkan sebelumnya dengan porsi yang masih normal alias belum ada pembagian anggaran.

“Ini semua kesalahan menteri keuangan, dana dibagi langsung ke provinsi baru sementara semua beban daerah masih dipikul pemerintah provinsi induk,” kata  Jhony di kantor DPRP belum lama ini. Beberapa contoh konkrit dampak dari pembagian anggaran yang tannpa  koordinasi ini kata Jhony adalah sector pendidikan. Banyak persoalan yang akhirnya muncul akibat ploting anggaran yang tak lagi diterima utuh melainkan sudah mengalami penurunan drastis.

Baca Juga :  Gagal Lanjutkan Tren Positif

Yang dulunya bisa mengelola sekitar Rp 8 triliun lebih  kini hanya mengelola sekitar Rp 2,1 triliun. “Soal pendidikan terkait beasiswa yang masih banyak masalah. Di APBD Papua tahun ini angkanya sangat kecil sementara mahasiswa ini perlu tetap dibiayai. Jika tidak maka terlambat studi atau gagal wisuda. Pemerintah yang buat mereka terlambat dan   kami yang harus diperhadapkan dengan persoalan ini,” kata Jhony.

DPR memastikan akan terus memperjuangkan agar pemerintah pusat ikut bertanggungjawab. “Kami masih di Jayapura hingga 27 Februari kemudian kami akan bertemu presiden sebab keputusan menteri keuangan sudah berjalan namun akhirnya banyak persoalan yang muncul,” imbuhnya.  Lalu aspek kesehatan sebagaimana sudah diketahui bersama ada 200 an tenaga kesehatan yang akhirnya dirumahkan kemudian  dana KPS di RSUD Dok II dan RSU Abepura juga mulai kehabisan anggaran.

Baca Juga :  Hujan Deras, Jalan Kemiri Kembali Banjir

“Persoalannya adalah masyarakat hanya tahu mereka dilayani oleh  KPS tapi saat ini dana tersebut sudah habis  dan pasien  masih berdatangan dengan harapan diterima oleh KPS,”   imbuhnya. Dari persoalan  ini DPRP sempat memunculkan wacana untuk menggunakan dana cadangan yang penggunaannya harus melihat sejumlah indicator salah satunya urgensi. “Sementara masih kami tahan dulu tapi jika tak ada solusi mau tidak mau harus dibuat kesepakatan untuk menggunakan dana cadangan ini karena pasien tidak menunggu anggaran atau apa,” tutupnya. (ade/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya