Sunday, November 24, 2024
28.7 C
Jayapura

Disinyalir Dilakukan Oleh Kelompok DPO

JAYAPURA – Pasca penyerangan yang dilakukan terhadap rombongan TNI yang mengerjakan pembangunan jembatan, hingga Jumat (21/1)  pihak TNI masih berduka. Bagaimana tidak, salah satu korban yang gugur adalah putera asli Raja Ampat yang menjadi kebanggaan keluarga.

Bahkan kabarnya pihak keluarga tidak terima dengan kejadian ini. Hanya dari berbagai upaya yang dilakukan oleh kelompok berseberangan ini, menurut Panglima Kodam XVIII/Kasuari, Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa, S.E., M.Tr.(Han) memastikan tidak menyulutkan semangat dalam mempertahankan kedaulatan NKRI di tanah Papua Barat.

“Selangkah pun kami tak mundur dengan serangan ini, kami akan tetap berjuang untuk mempertahankan kedaulatan NKRI,” tegas Pangdam Cantiasa seperti rilis yang disampaikan Kapendam XVIII/Kasuari, Kolonel Arm Hendra Pesireron, S.Sos., kemarin (21/1).

Mereka juga menyampaikan bahwa kelompok yang melakukan penyerangan adalah Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua yang selama ini beroperasi diwilayah Distrik Aifat Timur, Kabupaten Maybrat, Papua Barat. KST sendiri istilah yang digunakan oleh TNI sedangkan untuk kepolisian biasa menggunakan sebutan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Baca Juga :  Keceriaan Wajah anak-anak Pasca Tak Ada Kontak Tembak di Intan Jaya

Sementara itu, menurut Kapendam Hendra Pesireron, keluarga besar Kodam XVIII/Kasuari berduka atas wafatnya Sersan Dua Miskel Rumbiak dalam serangan tersebut. “Kami kehilangan satu putra asli Papua dari Raja Ampat, marga Rumbiak Saereri,yang mengabdi untuk tanah dan masyarakatnya namun diperlakukan tidak manusiawi oleh KST Papua,” ujar Kapendam mengutip pernyataan Panglima Kodam Kasuari.

Pangdam mengatakan, Sersan Dua Miskel Rumbiak bersama empat anggota korban luka-luka, diserang saat sedang melaksanakan tugas pembinaan teritorial untuk kepentingan masyarakat lokal di Distrik Aifat Timur.

“Prajurit Yonzipur 20/PPA sedang membangun sarana jembatan penyeberangan, satu-satunya akses penghubung antara kampung Fan Khario dan kampung Kamat di Distrik Aifat Timur, Kabupaten Maybrat, tapi mereka lalu diserang KST Papua,” ujar Kapendam.

Untuk kelompoknya sendiri disinyalir dilakukan oleh kelompok yang sama yaitu Komite Nasional Papua Barat (KNPB) yang masuk dalam status DPO (Daftar Pencarian Orang). “Kuat dugaan kami ke situ. Ini KNPB Maybrat yang sudah berstatus DPO pasca-penyerangan Pos Koramil persiapan di Kampung Kisor September 2021 lalu,” sambung Pasireron.

Baca Juga :  Langkah Pemulihan Harus Segera Dilakukan di Bibida

Sekilas Kapendam menjelaskan bahwa prajurit Batalyon Zeni Tempur 20/Pawbili Pelle Alang atau disingkat Yonzipur 20/PPA merupakan Batalyon Zeni organik Kodam XVIII/Kasuari. Nama satuan ini diambil dari bahasa daerah setempat, yakni Pawbili yang artinya membangun dan Pelle artinya bertempur serta Alang memiliki arti Prajurit, yang dimaknai sebagai prajurit yang siap bertempur dan membangun.

Sementara pasca peristiwa penyerangan tersebut, Kasdam XVIII/Kasuari, Brigjen TNI Djoko Andoko langsung bergegas mewakili Pangdam menuju ke Sorong. Dalam tinjauannya, Kasdam didampingi Danrem 181/PVT, Asintel, Asops, Kazidam dan Dandim 1802/Sorong untuk melihat secara langsung kondisi para prajurit yang menjadi korban penyerangan dari KST Papua yang sementara ini di rawat di RS AL Sorong. (ade/nat)

JAYAPURA – Pasca penyerangan yang dilakukan terhadap rombongan TNI yang mengerjakan pembangunan jembatan, hingga Jumat (21/1)  pihak TNI masih berduka. Bagaimana tidak, salah satu korban yang gugur adalah putera asli Raja Ampat yang menjadi kebanggaan keluarga.

Bahkan kabarnya pihak keluarga tidak terima dengan kejadian ini. Hanya dari berbagai upaya yang dilakukan oleh kelompok berseberangan ini, menurut Panglima Kodam XVIII/Kasuari, Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa, S.E., M.Tr.(Han) memastikan tidak menyulutkan semangat dalam mempertahankan kedaulatan NKRI di tanah Papua Barat.

“Selangkah pun kami tak mundur dengan serangan ini, kami akan tetap berjuang untuk mempertahankan kedaulatan NKRI,” tegas Pangdam Cantiasa seperti rilis yang disampaikan Kapendam XVIII/Kasuari, Kolonel Arm Hendra Pesireron, S.Sos., kemarin (21/1).

Mereka juga menyampaikan bahwa kelompok yang melakukan penyerangan adalah Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua yang selama ini beroperasi diwilayah Distrik Aifat Timur, Kabupaten Maybrat, Papua Barat. KST sendiri istilah yang digunakan oleh TNI sedangkan untuk kepolisian biasa menggunakan sebutan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Baca Juga :  Ilaga Menyala Lagi

Sementara itu, menurut Kapendam Hendra Pesireron, keluarga besar Kodam XVIII/Kasuari berduka atas wafatnya Sersan Dua Miskel Rumbiak dalam serangan tersebut. “Kami kehilangan satu putra asli Papua dari Raja Ampat, marga Rumbiak Saereri,yang mengabdi untuk tanah dan masyarakatnya namun diperlakukan tidak manusiawi oleh KST Papua,” ujar Kapendam mengutip pernyataan Panglima Kodam Kasuari.

Pangdam mengatakan, Sersan Dua Miskel Rumbiak bersama empat anggota korban luka-luka, diserang saat sedang melaksanakan tugas pembinaan teritorial untuk kepentingan masyarakat lokal di Distrik Aifat Timur.

“Prajurit Yonzipur 20/PPA sedang membangun sarana jembatan penyeberangan, satu-satunya akses penghubung antara kampung Fan Khario dan kampung Kamat di Distrik Aifat Timur, Kabupaten Maybrat, tapi mereka lalu diserang KST Papua,” ujar Kapendam.

Untuk kelompoknya sendiri disinyalir dilakukan oleh kelompok yang sama yaitu Komite Nasional Papua Barat (KNPB) yang masuk dalam status DPO (Daftar Pencarian Orang). “Kuat dugaan kami ke situ. Ini KNPB Maybrat yang sudah berstatus DPO pasca-penyerangan Pos Koramil persiapan di Kampung Kisor September 2021 lalu,” sambung Pasireron.

Baca Juga :  Varian Delta Masih Tetap Jadi Ancaman

Sekilas Kapendam menjelaskan bahwa prajurit Batalyon Zeni Tempur 20/Pawbili Pelle Alang atau disingkat Yonzipur 20/PPA merupakan Batalyon Zeni organik Kodam XVIII/Kasuari. Nama satuan ini diambil dari bahasa daerah setempat, yakni Pawbili yang artinya membangun dan Pelle artinya bertempur serta Alang memiliki arti Prajurit, yang dimaknai sebagai prajurit yang siap bertempur dan membangun.

Sementara pasca peristiwa penyerangan tersebut, Kasdam XVIII/Kasuari, Brigjen TNI Djoko Andoko langsung bergegas mewakili Pangdam menuju ke Sorong. Dalam tinjauannya, Kasdam didampingi Danrem 181/PVT, Asintel, Asops, Kazidam dan Dandim 1802/Sorong untuk melihat secara langsung kondisi para prajurit yang menjadi korban penyerangan dari KST Papua yang sementara ini di rawat di RS AL Sorong. (ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya