Sementara empat orang lainnya, TNI belum memastikan keberadaannya. Olah karena itu, Komnas HAM mendesak Satgas Habema segera memberitahu keberadaan empat orang yang belum ditemukan.
”Kita juga sedang melakukan pendalaman bahwa tak ada perlawanan yang dilakukan masyarakat saat itu. Berdasarkan informasi yang kami dapatkan, korban ini dikumpulkan, diabsen lalu ada yang ditembak di depan masyarakat lainnya,” ungkapnya.
Komnas HAM juga menyoroti bahwa penyerangan yang dilakukan TNI saat itu di waktu subuh, dilakukan di dalam honai pemukiman warga. ”Ini sangat kita sayangkan, operasi yang kemudian mengakibatkan jatuhnya korban dari masyarakat sipil,” ujarnya.
Menurut Frits, operasi yang dilakukan hanya menambah daftar panjang kekerasan di atas tanah Papua. Sepengetahuan Frits, ini kali kedua Satgas Habema melakukan operasi di waktu subuh, di pemukiman warga. Dimana kali pertama, korbannya adalah anak kecil yang kena tembak.
Atas peristiwa-peristiwa yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, Komnas memprotes cara-cara operasi yang dilakukan TNI, yang dinilai tidak beradab. ”Jika sekelas TNI melakukan operasi yang ”buruk” seperti ini, maka ini tidak akan menyelesaikan masalah, justru menimbulkan dendam di tengah masyarakat. Dan ini, kali kedua operasi ”buruk” yang dilakukan oleh Satgas Habema,” katanya.