JAYAPURA-Problema Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura yang masih terjadi hingga kini, kerap mengalami kekurangan bahan habis pakai (BHP) hingga obat-obatan yang kosong.
Kepala Unit Kemoterapi RSUD Jayapura, dr Jan Frits Siauta, mengaku daftar obat kemo dan BHP yang mengalami kekosongan diantaranya cisplating inj 50 mg, eksemestan (Nateran) tab 25, giotrif tab 40 mg, imatinib (Imatero) tab 100 mg, ifosfamid (holoxan) inj 1000 mg, tasigna caps 200 mg, zoladex 10.8mg, Zoladez 3.6 mg dan zoletro inj 4 mg.
“Kekosongan ini terjadi sejak Desember 2023 hingga saat ini, dengan alasan kekurangan dana,” ucap dr Jan kepada Cenderawasih Pos, Senin (19/2).
Menurut Jan, kekosongan obat tersebut sudah diketahui oleh Direktur RSUD Jayapura, drg. Aloysius Giyai, MKes, hanya saja belum ada respon.
“Direktur RSUD Jayapura sudah mengetahui persoalan ini, hanya saja tak punya dana. Padahal setiap saat kami selalu melaporkan stok obat,” kata Jan.
Karena kekosongan obat-obatan ini, Jan mengaku terpaksa pihaknya menolak beberapa pasien dan berpengaruh terhadap pelayanan pasien di RSUD Jayapura.
“Imbasnya kemoterapi terhadap pasien terhambat dan berakibat kanker tumbuh lagi, jika kanker tumbuh lagi maka stadiumnya berubah dan susah kita obati,” ujarnya.
Jan juga mengatakan akibat stok obat yang kosong, pasien sering dipulangkan, bahkan yang terjadi hari ini di Poli tak bisa berbuat apa apa.“Kami tak mungkin menyuruh pasien membeli obat dengan harga yang lumayan mahal,” tegasnya.
Menurut Jan, jika pemerintah dengan bangga mengatakan RSUD Jayapura merupakan rumah sakit rujukan dan terakreditasi paripurna. Harusnya pelayanannya sesuai dengan kebutuhan pasien.
“Jika RSUD Jayapura dikatakan sebagai RS Rujukan, harusnya pasien mendapatkan pengobatkan yang manusiawi, yang layak,” tegasnya. (fia/tri)
Dapatkan update berita pilihan setiap hari dari Cenderawasihpos.jawapos.com
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos