Thursday, April 25, 2024
31.7 C
Jayapura

Gedung Sudah Dipesan, Undangan Telah Disebar

Yang Kehilangan Orang-Orang Terkasih dalam Tragedi Sriwijaya (3-Habis)  

Acara pernikaha Mulyadi, ketua umum PB HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) 2015–2017, dan Makrufatul Yeti Srianingsih pada November 2020.

Mulyadi P. Tamsir yang baru menikah November lalu mengabari sang ayah bahwa istrinya hamil sehari sebelum balik ke Pontianak. Di ibu kota Kalbar itu pula, Ihsan Adhlan Hakim dan Putri Wahyuni hendak menggelar resepsi pernikahan mereka.  

HANYA lewat telepon, tapi Ponijan bisa merasakan sekali kegembiraan sang anak, Mulyadi P. Tamsir. Mulyadi mengabarkan bahwa sang istri sedang mengandung. 

’’Kami di keluarga jelas ikut gembira mendengar kabar itu,” kata Ponijan yang sehari-hari tinggal di Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar), kepada Pontianak Post.

Mulyadi, ketua umum PB HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) 2015–2017, dan Makrufatul Yeti Srianingsih menikah pada November 2020. Keesokan hari setelah mengabari sang ayah itu (9/1), bersama istri, Khasanah (mertua), dan Andi Syifa Kamila (adik angkat), Mulyadi bermaksud balik ke Pontianak. Tiket Sriwijaya Air pun sudah di tangan.  

Pada hari yang sama, Ihsan Adhlan Hakim beserta istrinya, Putri Wahyuni, juga hendak menuju Pontianak. Hajatan besar menanti: resepsi pernikahan mereka pada 16 Januari. 

Een, sapaan Adhlan, dan Putri sudah menikah pada 7 Maret 2020 di Pekanbaru, Riau, kampung halaman Putri. Resepsi dalam istilah warga Pontianak pada 16 Januari nanti itu berupa ngunduh mantu alias hajatan yang diadakan keluarga mempelai pria. 

Acara tersebut berkali-kali tertunda karena pandemi. Tapi, kali ini bisa dibilang 90 persen sudah siap. ’’Gedung resepsi di Pontianak Convention Center juga sudah dipesan dan mendapat izin. Termasuk sebagian undangan juga telah disebar,” kata Nasir, ayah Een, saat ditemui Pontianak Post di kediamannya di kawasan Jalan Tabrani Ahmad, Pontianak.   

Baca Juga :  Hari ini, Persipura Dijadwalkan Kembali Latihan

Semula Een dan Putri direncanakan datang pada Minggu (10/1). Sebab, baru Putri yang mendapat surat keterangan negatif tes usap (swab) PCR. Sementara itu, Een belum dapat. Een mencari tempat tes PCR lain hingga akhirnya dapat dan dia bisa pulang ke Pontianak lebih awal sehari pada Sabtu (9/1). 

Sesampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, Een dan Putri mendapat informasi bahwa pesawat yang akan mereka tumpangi delay atau ditunda keberangkatannya hingga pukul 13.20 WIB. ’’Jadi, dia dari pagi sudah menunggu di bandara. Sambil menunggu itu, ternyata masih delay lagi, sampai pukul 14.00 WIB baru naik pesawat. Pas sudah dalam pesawat, dia menelepon adiknya minta jemput,” terang Nasir.

Sekitar pukul 16.00, setelah salat asar, Nasir pergi ke pintu kedatangan domestik Bandara Supadio, Pontianak. Dia bertanya kepada petugas yang berjaga mengenai kabar kedatangan pesawat NAM Air dari Jakarta. ’’Petugas bilang, NAM Air tidak ada yang dari Jakarta, Pak, yang ada Sriwijaya. Saya cek oh benar Sriwijaya SJ182, tiketnya kan di-posting ke saya,” paparnya. 

Baca Juga :  Suru-suru Kondusif, 1.000 Warga di 6 Kampung Masih Mengungsi

Dari keterangan di sana, jadwal keberangkatan untuk pesawat tersebut ditunda. Setelah itu, berkali-kali Nasir kembali bertanya ke petugas, tapi belum ada jawaban pasti. Sampai di bandara, mulai berdatangan kerabat-kerabat penumpang lain yang menanyakan hal sama.

’’Lalu dia (kerabat penumpang lain) buka flight radar, sekitar lima menitan dari pesawat take off sampai ke titik tertentu pesawat berhenti, itu yang dikatakan lost contact di situ,” ujarnya.

Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta–Pontianak, pesawat yang ditumpangi Een dan Putri serta Mulyadi, Yety, Khasanah, dan Andi lost contact empat menit setelah take off dari Bandara Soekarno-Hatta. Dan, kemudian jatuh di perairan Kepulauan Seribu. 

Kontak telepon Een sesaat sebelum boarding, juga kontak Mulyadi dengan sang ayah untuk mengabari istrinya tengah hamil pun, seperti jadi ’’salam perpisahan”. 

Ponijan tahu kabar duka itu dari kawan-kawan Mulyadi di Pontianak. Nasir yang sempat berjam-jam berada dalam kebingungan di bandara mendapat kepastian soal jatuhnya pesawat tersebut dari maskapai. 

’’Saya pasrah, hanya bisa berdoa sembari berharap mukjizat,” kata Ponijan dengan agak terbata-bata. 

Sembari berusaha ikhlas, jauh di dalam hatinya, Nasir juga tetap berdoa semoga ada keajaiban. ’’Kami hanya bisa mendoakan semua korban, khususnya anak saya, diampuni dosanya, mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT,” katanya dengan mata yang basah. (*/arf/bar/c7/ttg/JPG)

Yang Kehilangan Orang-Orang Terkasih dalam Tragedi Sriwijaya (3-Habis)  

Acara pernikaha Mulyadi, ketua umum PB HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) 2015–2017, dan Makrufatul Yeti Srianingsih pada November 2020.

Mulyadi P. Tamsir yang baru menikah November lalu mengabari sang ayah bahwa istrinya hamil sehari sebelum balik ke Pontianak. Di ibu kota Kalbar itu pula, Ihsan Adhlan Hakim dan Putri Wahyuni hendak menggelar resepsi pernikahan mereka.  

HANYA lewat telepon, tapi Ponijan bisa merasakan sekali kegembiraan sang anak, Mulyadi P. Tamsir. Mulyadi mengabarkan bahwa sang istri sedang mengandung. 

’’Kami di keluarga jelas ikut gembira mendengar kabar itu,” kata Ponijan yang sehari-hari tinggal di Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar), kepada Pontianak Post.

Mulyadi, ketua umum PB HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) 2015–2017, dan Makrufatul Yeti Srianingsih menikah pada November 2020. Keesokan hari setelah mengabari sang ayah itu (9/1), bersama istri, Khasanah (mertua), dan Andi Syifa Kamila (adik angkat), Mulyadi bermaksud balik ke Pontianak. Tiket Sriwijaya Air pun sudah di tangan.  

Pada hari yang sama, Ihsan Adhlan Hakim beserta istrinya, Putri Wahyuni, juga hendak menuju Pontianak. Hajatan besar menanti: resepsi pernikahan mereka pada 16 Januari. 

Een, sapaan Adhlan, dan Putri sudah menikah pada 7 Maret 2020 di Pekanbaru, Riau, kampung halaman Putri. Resepsi dalam istilah warga Pontianak pada 16 Januari nanti itu berupa ngunduh mantu alias hajatan yang diadakan keluarga mempelai pria. 

Acara tersebut berkali-kali tertunda karena pandemi. Tapi, kali ini bisa dibilang 90 persen sudah siap. ’’Gedung resepsi di Pontianak Convention Center juga sudah dipesan dan mendapat izin. Termasuk sebagian undangan juga telah disebar,” kata Nasir, ayah Een, saat ditemui Pontianak Post di kediamannya di kawasan Jalan Tabrani Ahmad, Pontianak.   

Baca Juga :  Hari ini, Persipura Dijadwalkan Kembali Latihan

Semula Een dan Putri direncanakan datang pada Minggu (10/1). Sebab, baru Putri yang mendapat surat keterangan negatif tes usap (swab) PCR. Sementara itu, Een belum dapat. Een mencari tempat tes PCR lain hingga akhirnya dapat dan dia bisa pulang ke Pontianak lebih awal sehari pada Sabtu (9/1). 

Sesampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, Een dan Putri mendapat informasi bahwa pesawat yang akan mereka tumpangi delay atau ditunda keberangkatannya hingga pukul 13.20 WIB. ’’Jadi, dia dari pagi sudah menunggu di bandara. Sambil menunggu itu, ternyata masih delay lagi, sampai pukul 14.00 WIB baru naik pesawat. Pas sudah dalam pesawat, dia menelepon adiknya minta jemput,” terang Nasir.

Sekitar pukul 16.00, setelah salat asar, Nasir pergi ke pintu kedatangan domestik Bandara Supadio, Pontianak. Dia bertanya kepada petugas yang berjaga mengenai kabar kedatangan pesawat NAM Air dari Jakarta. ’’Petugas bilang, NAM Air tidak ada yang dari Jakarta, Pak, yang ada Sriwijaya. Saya cek oh benar Sriwijaya SJ182, tiketnya kan di-posting ke saya,” paparnya. 

Baca Juga :  Marinus Yaung : Awas Jadi Bumerang

Dari keterangan di sana, jadwal keberangkatan untuk pesawat tersebut ditunda. Setelah itu, berkali-kali Nasir kembali bertanya ke petugas, tapi belum ada jawaban pasti. Sampai di bandara, mulai berdatangan kerabat-kerabat penumpang lain yang menanyakan hal sama.

’’Lalu dia (kerabat penumpang lain) buka flight radar, sekitar lima menitan dari pesawat take off sampai ke titik tertentu pesawat berhenti, itu yang dikatakan lost contact di situ,” ujarnya.

Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta–Pontianak, pesawat yang ditumpangi Een dan Putri serta Mulyadi, Yety, Khasanah, dan Andi lost contact empat menit setelah take off dari Bandara Soekarno-Hatta. Dan, kemudian jatuh di perairan Kepulauan Seribu. 

Kontak telepon Een sesaat sebelum boarding, juga kontak Mulyadi dengan sang ayah untuk mengabari istrinya tengah hamil pun, seperti jadi ’’salam perpisahan”. 

Ponijan tahu kabar duka itu dari kawan-kawan Mulyadi di Pontianak. Nasir yang sempat berjam-jam berada dalam kebingungan di bandara mendapat kepastian soal jatuhnya pesawat tersebut dari maskapai. 

’’Saya pasrah, hanya bisa berdoa sembari berharap mukjizat,” kata Ponijan dengan agak terbata-bata. 

Sembari berusaha ikhlas, jauh di dalam hatinya, Nasir juga tetap berdoa semoga ada keajaiban. ’’Kami hanya bisa mendoakan semua korban, khususnya anak saya, diampuni dosanya, mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT,” katanya dengan mata yang basah. (*/arf/bar/c7/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya