Saturday, April 20, 2024
24.7 C
Jayapura

Menuju Raksasa Digital Setelah Tiongkok-India

Jokowi Minta OJK Kawal Tranformasi Sektor Keuangan Jadi Sehat

JAKARTA-Pandemi Covid-19 mempercepat gelombang digitalisasi. Tak terkecuali di sektor keuangan. Presiden Joko Widodo meminta otoritas jasa keuangan (OJK) untuk membangun ekosistem keuangan digital yang sehat.

Itu disampaikan presiden yang akrab disapa Jokowi dalam acara OJK Virtual Innovation Day kemarin (11/10). Dia melihat bank berbasis digital, asuransi digital, dan berbagai macam e-payment harus didukung. Selain itu, fenomena sharing ekonomi semakin marak dari ekonomi berbasis peer-to-peer hingga business-to-business. ”Tetapi pada saat yang sama saya juga memperoleh informasi banyak penipuan dan tindak pidana keuangan telah terjadi. Saya mendengar masyarakat bawah yang tertipu dan terjerat bunga tinggi oleh pinjaman online,” kata Jokowi.

Melihat perkembangan itu, mantan Wali Kota Solo meminta agar OJK mengawal tranformasi digital di sektor keuangan. Sehingga, ekosistem keuangan digital agar selalu sehat. ”Jika dikawal secara cepat dan tepat, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi raksasa digital setelah Tiongkok dan India. Serta. bisa membawa kita menjadi ekonomi terbesar dunia ketujuh di 2030,” tuturnya.

Baca Juga :  Dinas PUPR Papua Diapreasiasi Pemerintah Pusat

Pembiayaan financial technology, lanjut dia, juga harus didorong untuk kegiatan produktif. UMKM pun harus terbantu agar bisa melakukan transaksi digital. ”Saya titip kepada OJK dan para pelaku usaha dalam ekosistem ini untuk memastikan inklusi keuangan,” pinta Jokowi.

Ketua Dewan Komisoner OJK Wimboh Santoso menambahkan, kehadiran teknologi di seluruh aspek kehidupan masyarakat memberikan manfaat besar. Terutama dalam mempercepat aktivitas ekonomi, bisnis serta, pertukaran informasi. “Baik domestik maupun lintas negara,” ujarnya.

Perubahan preferensi dan perilaku digital itu mendorong tumbuhnya perusahaan rintisan (start-up) di sejumlah sektor prioritas. Seperti sektor kesehatan (healthtech), pertanian (agritech), pendidikan (edutech), dan keuangan (fintech). Hingga saat ini terdapat lebih dari 2.100 start-up di Indonesia.

“Per September 2021 terdapat 7 unicorn dan 2 decacorn yang telah merambah ke pasar ASEAN. Tumbuhnya inovasi ini tidak terlepas dari implementasi kebijakan akomodatif dan antisipatif melalui penerapan prinsip light touch and safe harbor,” papar Wimboh.

Baca Juga :  Mari Jaga Tali Persaudaraan

Sementara itu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, tren perkembangan ekonomi digital di Indonesia terus naik. RI bahkan menjadi salah satu pemain utama di kawasan Asia Tenggara.“41,9 persen transaksi ekonomi digital Asean berasal dari Indonesia dan transaksi di Indonesia per hari ini mencapai USD 44 miliar,’’ ujarnya.

Nilai transaksi digital  tersebut disumbangkan oleh sektor e-commerce, seperti edutech dan healthtech. Ke depan, transaksi e-commerce, perbankan digital, dan uang elektronik diproyeksi akan terus meningkat. Dia menyebutkan, pertumbuhan positif itu turut dipicu pergeseran perilaku masyarakat yang cenderung tinggi dalam pemanfaatan teknologi selama pandemi. Terlebih, RI memiliki bonus demografi yang didominasi generasi Z dan milenial dengan usia 8-39 tahun.

‘’Penduduk ini memiliki tingkat adopsi digital yang tinggi dan merupakan pengguna internet. Tentunya menggunakan ponsel atau media sosial,’’ katanya. (lyn/han/dee/JPG)

Jokowi Minta OJK Kawal Tranformasi Sektor Keuangan Jadi Sehat

JAKARTA-Pandemi Covid-19 mempercepat gelombang digitalisasi. Tak terkecuali di sektor keuangan. Presiden Joko Widodo meminta otoritas jasa keuangan (OJK) untuk membangun ekosistem keuangan digital yang sehat.

Itu disampaikan presiden yang akrab disapa Jokowi dalam acara OJK Virtual Innovation Day kemarin (11/10). Dia melihat bank berbasis digital, asuransi digital, dan berbagai macam e-payment harus didukung. Selain itu, fenomena sharing ekonomi semakin marak dari ekonomi berbasis peer-to-peer hingga business-to-business. ”Tetapi pada saat yang sama saya juga memperoleh informasi banyak penipuan dan tindak pidana keuangan telah terjadi. Saya mendengar masyarakat bawah yang tertipu dan terjerat bunga tinggi oleh pinjaman online,” kata Jokowi.

Melihat perkembangan itu, mantan Wali Kota Solo meminta agar OJK mengawal tranformasi digital di sektor keuangan. Sehingga, ekosistem keuangan digital agar selalu sehat. ”Jika dikawal secara cepat dan tepat, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi raksasa digital setelah Tiongkok dan India. Serta. bisa membawa kita menjadi ekonomi terbesar dunia ketujuh di 2030,” tuturnya.

Baca Juga :  Mari Jaga Tali Persaudaraan

Pembiayaan financial technology, lanjut dia, juga harus didorong untuk kegiatan produktif. UMKM pun harus terbantu agar bisa melakukan transaksi digital. ”Saya titip kepada OJK dan para pelaku usaha dalam ekosistem ini untuk memastikan inklusi keuangan,” pinta Jokowi.

Ketua Dewan Komisoner OJK Wimboh Santoso menambahkan, kehadiran teknologi di seluruh aspek kehidupan masyarakat memberikan manfaat besar. Terutama dalam mempercepat aktivitas ekonomi, bisnis serta, pertukaran informasi. “Baik domestik maupun lintas negara,” ujarnya.

Perubahan preferensi dan perilaku digital itu mendorong tumbuhnya perusahaan rintisan (start-up) di sejumlah sektor prioritas. Seperti sektor kesehatan (healthtech), pertanian (agritech), pendidikan (edutech), dan keuangan (fintech). Hingga saat ini terdapat lebih dari 2.100 start-up di Indonesia.

“Per September 2021 terdapat 7 unicorn dan 2 decacorn yang telah merambah ke pasar ASEAN. Tumbuhnya inovasi ini tidak terlepas dari implementasi kebijakan akomodatif dan antisipatif melalui penerapan prinsip light touch and safe harbor,” papar Wimboh.

Baca Juga :  Dinas PUPR Papua Diapreasiasi Pemerintah Pusat

Sementara itu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, tren perkembangan ekonomi digital di Indonesia terus naik. RI bahkan menjadi salah satu pemain utama di kawasan Asia Tenggara.“41,9 persen transaksi ekonomi digital Asean berasal dari Indonesia dan transaksi di Indonesia per hari ini mencapai USD 44 miliar,’’ ujarnya.

Nilai transaksi digital  tersebut disumbangkan oleh sektor e-commerce, seperti edutech dan healthtech. Ke depan, transaksi e-commerce, perbankan digital, dan uang elektronik diproyeksi akan terus meningkat. Dia menyebutkan, pertumbuhan positif itu turut dipicu pergeseran perilaku masyarakat yang cenderung tinggi dalam pemanfaatan teknologi selama pandemi. Terlebih, RI memiliki bonus demografi yang didominasi generasi Z dan milenial dengan usia 8-39 tahun.

‘’Penduduk ini memiliki tingkat adopsi digital yang tinggi dan merupakan pengguna internet. Tentunya menggunakan ponsel atau media sosial,’’ katanya. (lyn/han/dee/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya