Saturday, April 27, 2024
33.7 C
Jayapura

Doa Bersama dan  1000 Lilin untuk Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan

WAMENA–Duka dari Stadion Kanjuruhan Malang, Provinsi Jawa Timur dalam pertandingan sepak bola yang mempertemukan Arema Malang menghadapi Persebaya Surabaya yang mengakibatkan 131 orang meninggal dunia, juga dirasakan di Jayawijaya yang ditandai dengan doa bersama serta menyalakan 1000 lilin.

Doa bersama yang diprakarsai oleh LPP RRI Wamena menghadirkan suporter sepak bola dan organisasi kepemudaan, mereka memberikan dukungan moril kepada keluarga korban dari insiden tersebut, sebab duka yang dirasakan merupakan duka bersama, tak ada pertandingan sepak bola yang lebih berharga dari nyawa manusia.

   Kapolres Jayawijaya AKBP. Hesman Napitupulu, SH , SIK, MH menyatakan, doa bersama yang dirangkaikan dengan pemasangan 1000 lilin ini merupakan rasa belasungkawa atas insiden yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang 1 Oktober kemarin.

“Dari kejadian tersebut mengakibatkan meninggalnya 131 orang dari masyarakat maupun personel anggota Polri, tentu ini menjadi perhatian dan duka cita yang mendalam sebagai umat beragama untuk mendoakan,”ungkapnya Sabtu (8/10) saat ditemui di Lapangan Kantor LPP RRI Wamena.

Baca Juga :  Cari Solusi Beasiswa Billy Mambrasar Temui Kemendagri

Menurutnya, dengan adanya insiden ini maka tentu akan menjadi evaluasi dalam pelaksanaan tugas di lapangan, khususnya kepolisian dan juga evaluasi bagi masyarakat agar tidak bertindak untuk menimbulkan hal yang tak diinginkan dan juga harus bisa menahan diri.

“Semoga ini menjadi kejadian yang terakhir, tindakan yang diambil aparat juga harus sesuai dengan SOP yang telah ditentukan pada saat di lapangan,” bebernya.

Ditempat yang sama, Kepala LPP RRI Wamena Thom Herbert Mole menyatakan, dalam insiden itu, ada 131 orang yang meninggal dunia dan masih ada 59 orang yang masih dirawat di rumah sakit yang ada di Kota Malang, doa bersama ini sebagai bentuk keprihatinan dan duka cita yang mendalam atas tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang.

Baca Juga :  Cegah Curanmor, Polres Jayawijaya Terapkan Strong Point

Sementara itu, Ketua The Mazman Korwil Wamena, Ilham Kadir Andi Tjori menyatakan, rivalitas dalam sebuah pertandingan sepak bola itu hanya 2×45 menit, rivalitas tak dibangun seumur hidup, terlebih untuk yang ada di Kota Wamena, sehingga dengan doa bersama dan 1000 lilin ini untuk menghilangkan sekat-sekat itu.

“Kita yang berada di Kota Wamena akan menjadi contoh untuk saudara -saudara kita yang ada di luar Papua, karena kami tidak ada rivalitas, baik itu dari suporter sepak bola, maupun organisasi yang ada,”bebernya.

Ia menyatakan, apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Kota Malang bisa diusut tuntas, mencari pertanggungjawaban dari tragedi yang menewaskan 131 orang,  tak boleh juga hanya menyalahkan satu pihak saja, tetapi semua harus bertanggungjawab,  dari penyelenggara , PT Liga Indonesia, juga harus ikut bertanggungjawab.(jo/tho)

WAMENA–Duka dari Stadion Kanjuruhan Malang, Provinsi Jawa Timur dalam pertandingan sepak bola yang mempertemukan Arema Malang menghadapi Persebaya Surabaya yang mengakibatkan 131 orang meninggal dunia, juga dirasakan di Jayawijaya yang ditandai dengan doa bersama serta menyalakan 1000 lilin.

Doa bersama yang diprakarsai oleh LPP RRI Wamena menghadirkan suporter sepak bola dan organisasi kepemudaan, mereka memberikan dukungan moril kepada keluarga korban dari insiden tersebut, sebab duka yang dirasakan merupakan duka bersama, tak ada pertandingan sepak bola yang lebih berharga dari nyawa manusia.

   Kapolres Jayawijaya AKBP. Hesman Napitupulu, SH , SIK, MH menyatakan, doa bersama yang dirangkaikan dengan pemasangan 1000 lilin ini merupakan rasa belasungkawa atas insiden yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang 1 Oktober kemarin.

“Dari kejadian tersebut mengakibatkan meninggalnya 131 orang dari masyarakat maupun personel anggota Polri, tentu ini menjadi perhatian dan duka cita yang mendalam sebagai umat beragama untuk mendoakan,”ungkapnya Sabtu (8/10) saat ditemui di Lapangan Kantor LPP RRI Wamena.

Baca Juga :  Tiga Doktor Berebut Kursi Rektor Uncen

Menurutnya, dengan adanya insiden ini maka tentu akan menjadi evaluasi dalam pelaksanaan tugas di lapangan, khususnya kepolisian dan juga evaluasi bagi masyarakat agar tidak bertindak untuk menimbulkan hal yang tak diinginkan dan juga harus bisa menahan diri.

“Semoga ini menjadi kejadian yang terakhir, tindakan yang diambil aparat juga harus sesuai dengan SOP yang telah ditentukan pada saat di lapangan,” bebernya.

Ditempat yang sama, Kepala LPP RRI Wamena Thom Herbert Mole menyatakan, dalam insiden itu, ada 131 orang yang meninggal dunia dan masih ada 59 orang yang masih dirawat di rumah sakit yang ada di Kota Malang, doa bersama ini sebagai bentuk keprihatinan dan duka cita yang mendalam atas tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang.

Baca Juga :  Perayaan Jumat Agung Tetap Patuhi Prokes

Sementara itu, Ketua The Mazman Korwil Wamena, Ilham Kadir Andi Tjori menyatakan, rivalitas dalam sebuah pertandingan sepak bola itu hanya 2×45 menit, rivalitas tak dibangun seumur hidup, terlebih untuk yang ada di Kota Wamena, sehingga dengan doa bersama dan 1000 lilin ini untuk menghilangkan sekat-sekat itu.

“Kita yang berada di Kota Wamena akan menjadi contoh untuk saudara -saudara kita yang ada di luar Papua, karena kami tidak ada rivalitas, baik itu dari suporter sepak bola, maupun organisasi yang ada,”bebernya.

Ia menyatakan, apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Kota Malang bisa diusut tuntas, mencari pertanggungjawaban dari tragedi yang menewaskan 131 orang,  tak boleh juga hanya menyalahkan satu pihak saja, tetapi semua harus bertanggungjawab,  dari penyelenggara , PT Liga Indonesia, juga harus ikut bertanggungjawab.(jo/tho)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya