Friday, April 26, 2024
33.7 C
Jayapura

Awas Gelombang Tinggi dan Banjir Rob!

JAYAPURA-Masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir pantai khususnya yang berada di pantai utara Papua mulai dari perairan Biak, Sarmi dan Jayapura, diminta untuk mewaspadai gelombang laut yang diperkirakan mencapai 2,5 hingga 6 meter.

Selain gelombang tinggi, warga juga diminta mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir Rob yaitu peristiwa naiknya permukaan laut atau air laut ke daratan yang disebabkan oleh air laut pasang.

Berdasarkan dari prakiraan cuaca BMKG Wilayah V Jayapura melalui Bidang Meteorologi Maritim Dok II Jayapura, gelombang air laut diperkirakan naik hingga 2.5-6.0 meter.

Kepala Bidang Meteorologi Maritim Dok II Jayapura, Heri Purnomo mengakui, wilayah perairan Utara Papua mengalami peningkatan ketinggian gelombang cukup

signifikan dalam beberapa waktu terakhir yakni berkisar antara 2.00-6.00 meter serta angin kencang yang mencapai 30 Km/jam. Hal ini disebabkan adanya percepatan angin  secara konsisten akibat masa transisi dari angin timuran ke angin baratan. Hal ini memberikan dampak terhadap peningkatan ketinggian gelombang serta dinamika pesisir berupa banjir pesisir atau Rob.

“Demikian juga potensi hujan masih sangat tinggi karena memasuki musim barat membawa banyak uap air dan kita perkirakan hujan hingga bulan Desember dan Januari, namun  itensitasnya tidak setiap hari. Tapi  tetap perlu diwaspadai khususnya para nelayan yang menangkap ikan di laut dan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai,” ungkapnya kepada Cenderawasih Pos, Rabu (8/12)kemarin.

Dijelaskan, untuk prospek tinggi gelombang perairan utara Papua  mulai tanggal 9 -12 Desember 2021. Sementara  untuk perairan selatan Biak dan Teluk Cenderawasih, perairan barat Biak, perairan utara Biak, dan perairan Jayapura-Sarmi, Samudera Pasifik utara Biak dan Samudera Pasifik utara Jayapura  tinggi gelombang diperkirakan dari mulai 1.5-6 meter.

Sementara pasang air laut tertinggi 1.4 meter dan surut terendah air laut 0.1 m. Sedangkan angin di wilayah Papua bagian Utara umumnya bertiup dari arah Barat Daya – Barat laut dengan kecepatan angin umumnya berkisar antara 05 – 30 Km/jam.

“Diimbau kepada masyarakat untuk  meningkatkan kewaspadaan akan potensi kejadian bencana hidrometeorologi apabila terjadi hujan lebat dan angin

kencang.  Harap juga diperhatikan risiko tinggi gelombang terhadap keselamatan pelayaran,” pintanya.

Sedangkan  para nelayan yang menangkap ikan di laut, Heri Purnomo juga meminta untuk memperhatikan gelombang air laut. Terutama untuk perahu nelayan (Kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 m) dan kapal tongkang (Kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 m), kapal fery (Kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 m) dan kapal ukuran besar seperti kapal Kargo/kapal pesiar (Kecepatan angin  lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4,0 m).

Baca Juga :  Tim Bid Dokses Kawal Korban Terdampak Banjir

Diakui, jika memang intensitas hujan lebat maka bisa berpotensi juga terhadap banjir di sejumlah titik di Kota Jayapura yang biasanya rawan banjir. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk tetap waspada dan hati hati termasuk yang tinggal di daerah rawan longsor.

Heri berharap masyarakat dan nelayan bisa mengetahui prediksi prakiran cuaca maka bisa dilihat melalui medsos, facebook atau media lainnya yang dikeluarkan secara resmi BMKG Wilayah V Jayapura.

Sementara itu, tinggi gelombang air laut yang terjadi saat ini berdampak pada naiknya harga ikan laut di Pasar Ikan Hamadi. Hal ini disebabkan hasil tangkapan nelayan tidak terlalu banyak. Selain itu, banyak nelayan yang memilih untuk tidak melaut.

Secara terpisah Wakil Wali Kota Jayapura, Ir. H. Rustan Saru, MM., meminta kewaspadaan warga kota dalam kaitannya dengan perubahan cuaca ekstrem yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Kota Jayapura.

“Di penghujung tahun 2021 ini, dimana curah hujan yang tinggi, disertai angin kencang, dan air laut yang pasang, sehingga menyebabkan banjir rob di daerah pesisir pantai yang rendah. Kita minta warga kota, termasuk yang tinggal di pesisir pantai untuk selalu waspada. Jangan sampai gelombang naik dan membahayakan keselamatan,” jelas Rustan Saru kepada Cenderawasih Pos, Rabu (8/12) kemarin.

Rustan Saru juga mengimbau para nelayan untuk selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan di laut.

“Nelayan harus pandai melihat situasi dan kondisi cuaca sebelum melaut, mulai dari angin, curah hujan, hingga gelombang laut. Kita harus selalu berhati-hati, sehingga jangan sampai nanti memakan korban jiwa. Sebab, perubahan cuaca ekstrem yang terjadi di akhir 2021 ini,” pintanya.

Seluruh warga Kota Jayapura juga diminta ekstra waspada, mengingat memasuki akhir tahun ini, Kota Jayapura terus-terusan diguyur hujan, terlebih di beberapa titik ada yang memiliki tingkat kerawanan banjir yang tinggi.

Bercermin dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, Rustan Saru telah meminta Dinas PUPR Kota Jayapura dan BPBD Kota Jayapura untuk melakukan pemetaan wilayah rawan banjir, baik di pemukiman, tebing atau lereng yang rawan terjadi longsor.

“Balai Sungai juga kita minta untuk melakukan pengerukkan sampah di saluran air, baik selokan, kali atau sungai. Ini sudah berjalan, seperti di Kali Acay yang telah dilakukan. Di sisi lain, kita minta lurah dan RT untuk dapat selalu mengingatkan warganya untuk tetap waspada,” terangnya.

Sekda Kota Jayapura, Dr. Frans Pekey, juga mengimbau seluruh warga terkait dengan cuaca ekstrem ini, mulai dari warga yang tinggal di lereng gunung, pinggir sungai, maupun di pinggir pantai di berbagai wilayah di Kota Jayapura.

“Lakukanlah tindakan antisipatif untuk lingkungan perumahan. Jaga kebersihan lingkungan, sehingga jangan sampai ada selokan maupun saluran pembuangan yang tersumbat dan menyebabkan banjir. Sedangkan yang tinggal di lereng harus selalu waspada terjadinya longsor,” ucap Frans Pekey.

Baca Juga :  Dua Senpi Diserahkan ke Kapolres

“Juga bagi mereka yang berkendara di jalan raya, waspada pohon tumbang akibat angin kecang. Senantiasa waspada terhadap perubahan iklim, perubahan cuaca ekstrem yang terjadi, khususnya di Kota Jayapura, di mana hujan deras disertai angin kencang,” pungkasnya.

Ketua Komisi B DPR Kota Jayapura, Giovano Patipawael, S.Kom., juga meminta masyarakat yang tinggal di daerah pesisir untuk meningkatkan kewaspadaan terkait perubahan iklim yang sedang terjadi.

Pasalnya belakangan ini ia melihat kondisi cuaca di Jayapura cepat sekali terjadi perubahan bahkan air laut yang pasang juga memiliki ketinggian yang tidak biasa. Meski bukan pertama kali namun ia tetap mememinta kondisi tersebut bisa disikapi dan diantisipasi.

“Harus diakui belakangan ini cuaca seperti sulit ditebak, terkadang hujan dan  beberapa saat kemudian terang. Situasi iklim yang tak menentu ini tidak bisa dianggap biasa karena sangat memungkinkan akan memberi dampak negatif. Kita tak ingin terjadi musibah kemudian ada korban jiwa maupun kerugian sehingga sedari awal  dari perubahan – perubahan ini patut untuk diantisipasi,” jelas Giovano saat ditemui di Entrop, Rabu (8/12).

Ia menyebut bahwa dari perubahan cuaca ini pihaknya juga mendapat informasi dari BMKG bahwa curah hujan akan tinggi dan harus diwaspadai sebab jangan sampai bersamaan dengan air pasang karena sudah barang tentu air akan meluap.

“Jadi khususnya di Pantai Holtekam saya lihat banyak kafe yang terdampak. Dulu  memang air sempat naik dan menutupi jalan   tapi di Pantai Hamadi, nah saat ini ada akses jalan di Holtekamp yang belum pernah terdampak dan kami harap tidak terjadi sebab kalau dilihat  posisi kafe di Holtekamp ini lebih rendah dari posisi badan jalan,” jelasnya.

Yang dirinya khawatirkan adalah ketika curah hujan tinggi sementara air juga pasang nah ini situasi bisa lebih buruk. Langkah antisipatif ini tak hanya disampaikan kepada masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir tetapi juga bagi mereka yang tinggal di daerah lereng atau perbukitan.

Warga yang bermukim di lereng dan perbukitan ini diakui tidak sedikit  dan Jayapura sudah beberapa kali belajar dari musibah yang pernah terjadi di Jayapura dan itu memakan korban tak sedikit. Bahkan tahun 2015 lalu Jayapura sempat lumpuh total karena banjir bandang.

“Saya pikir pihak BMKG juga perlu lebih intens menyampaikan informasi kepada masyarakat soal kondisi cuaca sebab kalau ada bencana alam kita  semua tidak bisa memprediksi jadi sebaiknya ada langkah antisipatif,” imbuhnya.(dil/gr/ade/nat)

JAYAPURA-Masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir pantai khususnya yang berada di pantai utara Papua mulai dari perairan Biak, Sarmi dan Jayapura, diminta untuk mewaspadai gelombang laut yang diperkirakan mencapai 2,5 hingga 6 meter.

Selain gelombang tinggi, warga juga diminta mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir Rob yaitu peristiwa naiknya permukaan laut atau air laut ke daratan yang disebabkan oleh air laut pasang.

Berdasarkan dari prakiraan cuaca BMKG Wilayah V Jayapura melalui Bidang Meteorologi Maritim Dok II Jayapura, gelombang air laut diperkirakan naik hingga 2.5-6.0 meter.

Kepala Bidang Meteorologi Maritim Dok II Jayapura, Heri Purnomo mengakui, wilayah perairan Utara Papua mengalami peningkatan ketinggian gelombang cukup

signifikan dalam beberapa waktu terakhir yakni berkisar antara 2.00-6.00 meter serta angin kencang yang mencapai 30 Km/jam. Hal ini disebabkan adanya percepatan angin  secara konsisten akibat masa transisi dari angin timuran ke angin baratan. Hal ini memberikan dampak terhadap peningkatan ketinggian gelombang serta dinamika pesisir berupa banjir pesisir atau Rob.

“Demikian juga potensi hujan masih sangat tinggi karena memasuki musim barat membawa banyak uap air dan kita perkirakan hujan hingga bulan Desember dan Januari, namun  itensitasnya tidak setiap hari. Tapi  tetap perlu diwaspadai khususnya para nelayan yang menangkap ikan di laut dan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai,” ungkapnya kepada Cenderawasih Pos, Rabu (8/12)kemarin.

Dijelaskan, untuk prospek tinggi gelombang perairan utara Papua  mulai tanggal 9 -12 Desember 2021. Sementara  untuk perairan selatan Biak dan Teluk Cenderawasih, perairan barat Biak, perairan utara Biak, dan perairan Jayapura-Sarmi, Samudera Pasifik utara Biak dan Samudera Pasifik utara Jayapura  tinggi gelombang diperkirakan dari mulai 1.5-6 meter.

Sementara pasang air laut tertinggi 1.4 meter dan surut terendah air laut 0.1 m. Sedangkan angin di wilayah Papua bagian Utara umumnya bertiup dari arah Barat Daya – Barat laut dengan kecepatan angin umumnya berkisar antara 05 – 30 Km/jam.

“Diimbau kepada masyarakat untuk  meningkatkan kewaspadaan akan potensi kejadian bencana hidrometeorologi apabila terjadi hujan lebat dan angin

kencang.  Harap juga diperhatikan risiko tinggi gelombang terhadap keselamatan pelayaran,” pintanya.

Sedangkan  para nelayan yang menangkap ikan di laut, Heri Purnomo juga meminta untuk memperhatikan gelombang air laut. Terutama untuk perahu nelayan (Kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 m) dan kapal tongkang (Kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 m), kapal fery (Kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 m) dan kapal ukuran besar seperti kapal Kargo/kapal pesiar (Kecepatan angin  lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4,0 m).

Baca Juga :  Gagalkan PSU Akan Ditangkap!

Diakui, jika memang intensitas hujan lebat maka bisa berpotensi juga terhadap banjir di sejumlah titik di Kota Jayapura yang biasanya rawan banjir. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk tetap waspada dan hati hati termasuk yang tinggal di daerah rawan longsor.

Heri berharap masyarakat dan nelayan bisa mengetahui prediksi prakiran cuaca maka bisa dilihat melalui medsos, facebook atau media lainnya yang dikeluarkan secara resmi BMKG Wilayah V Jayapura.

Sementara itu, tinggi gelombang air laut yang terjadi saat ini berdampak pada naiknya harga ikan laut di Pasar Ikan Hamadi. Hal ini disebabkan hasil tangkapan nelayan tidak terlalu banyak. Selain itu, banyak nelayan yang memilih untuk tidak melaut.

Secara terpisah Wakil Wali Kota Jayapura, Ir. H. Rustan Saru, MM., meminta kewaspadaan warga kota dalam kaitannya dengan perubahan cuaca ekstrem yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Kota Jayapura.

“Di penghujung tahun 2021 ini, dimana curah hujan yang tinggi, disertai angin kencang, dan air laut yang pasang, sehingga menyebabkan banjir rob di daerah pesisir pantai yang rendah. Kita minta warga kota, termasuk yang tinggal di pesisir pantai untuk selalu waspada. Jangan sampai gelombang naik dan membahayakan keselamatan,” jelas Rustan Saru kepada Cenderawasih Pos, Rabu (8/12) kemarin.

Rustan Saru juga mengimbau para nelayan untuk selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas penangkapan ikan di laut.

“Nelayan harus pandai melihat situasi dan kondisi cuaca sebelum melaut, mulai dari angin, curah hujan, hingga gelombang laut. Kita harus selalu berhati-hati, sehingga jangan sampai nanti memakan korban jiwa. Sebab, perubahan cuaca ekstrem yang terjadi di akhir 2021 ini,” pintanya.

Seluruh warga Kota Jayapura juga diminta ekstra waspada, mengingat memasuki akhir tahun ini, Kota Jayapura terus-terusan diguyur hujan, terlebih di beberapa titik ada yang memiliki tingkat kerawanan banjir yang tinggi.

Bercermin dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, Rustan Saru telah meminta Dinas PUPR Kota Jayapura dan BPBD Kota Jayapura untuk melakukan pemetaan wilayah rawan banjir, baik di pemukiman, tebing atau lereng yang rawan terjadi longsor.

“Balai Sungai juga kita minta untuk melakukan pengerukkan sampah di saluran air, baik selokan, kali atau sungai. Ini sudah berjalan, seperti di Kali Acay yang telah dilakukan. Di sisi lain, kita minta lurah dan RT untuk dapat selalu mengingatkan warganya untuk tetap waspada,” terangnya.

Sekda Kota Jayapura, Dr. Frans Pekey, juga mengimbau seluruh warga terkait dengan cuaca ekstrem ini, mulai dari warga yang tinggal di lereng gunung, pinggir sungai, maupun di pinggir pantai di berbagai wilayah di Kota Jayapura.

“Lakukanlah tindakan antisipatif untuk lingkungan perumahan. Jaga kebersihan lingkungan, sehingga jangan sampai ada selokan maupun saluran pembuangan yang tersumbat dan menyebabkan banjir. Sedangkan yang tinggal di lereng harus selalu waspada terjadinya longsor,” ucap Frans Pekey.

Baca Juga :  Pasca Banjir, Pedagang di Pasar Youtefa Berjualan di Luar

“Juga bagi mereka yang berkendara di jalan raya, waspada pohon tumbang akibat angin kecang. Senantiasa waspada terhadap perubahan iklim, perubahan cuaca ekstrem yang terjadi, khususnya di Kota Jayapura, di mana hujan deras disertai angin kencang,” pungkasnya.

Ketua Komisi B DPR Kota Jayapura, Giovano Patipawael, S.Kom., juga meminta masyarakat yang tinggal di daerah pesisir untuk meningkatkan kewaspadaan terkait perubahan iklim yang sedang terjadi.

Pasalnya belakangan ini ia melihat kondisi cuaca di Jayapura cepat sekali terjadi perubahan bahkan air laut yang pasang juga memiliki ketinggian yang tidak biasa. Meski bukan pertama kali namun ia tetap mememinta kondisi tersebut bisa disikapi dan diantisipasi.

“Harus diakui belakangan ini cuaca seperti sulit ditebak, terkadang hujan dan  beberapa saat kemudian terang. Situasi iklim yang tak menentu ini tidak bisa dianggap biasa karena sangat memungkinkan akan memberi dampak negatif. Kita tak ingin terjadi musibah kemudian ada korban jiwa maupun kerugian sehingga sedari awal  dari perubahan – perubahan ini patut untuk diantisipasi,” jelas Giovano saat ditemui di Entrop, Rabu (8/12).

Ia menyebut bahwa dari perubahan cuaca ini pihaknya juga mendapat informasi dari BMKG bahwa curah hujan akan tinggi dan harus diwaspadai sebab jangan sampai bersamaan dengan air pasang karena sudah barang tentu air akan meluap.

“Jadi khususnya di Pantai Holtekam saya lihat banyak kafe yang terdampak. Dulu  memang air sempat naik dan menutupi jalan   tapi di Pantai Hamadi, nah saat ini ada akses jalan di Holtekamp yang belum pernah terdampak dan kami harap tidak terjadi sebab kalau dilihat  posisi kafe di Holtekamp ini lebih rendah dari posisi badan jalan,” jelasnya.

Yang dirinya khawatirkan adalah ketika curah hujan tinggi sementara air juga pasang nah ini situasi bisa lebih buruk. Langkah antisipatif ini tak hanya disampaikan kepada masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir tetapi juga bagi mereka yang tinggal di daerah lereng atau perbukitan.

Warga yang bermukim di lereng dan perbukitan ini diakui tidak sedikit  dan Jayapura sudah beberapa kali belajar dari musibah yang pernah terjadi di Jayapura dan itu memakan korban tak sedikit. Bahkan tahun 2015 lalu Jayapura sempat lumpuh total karena banjir bandang.

“Saya pikir pihak BMKG juga perlu lebih intens menyampaikan informasi kepada masyarakat soal kondisi cuaca sebab kalau ada bencana alam kita  semua tidak bisa memprediksi jadi sebaiknya ada langkah antisipatif,” imbuhnya.(dil/gr/ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya