Friday, November 28, 2025
32 C
Jayapura

Masyarakat Dua Distrik Usir TNI dan OPM

Tak Mau Lokasi Pemukiman Dijadikan Lokasi Perang

JAYAPURA – Buntut dari tewasnya warga bernama Mesak Asipalek (sipil), dan Prek Sarera (anggota Operasi Papua Merdeka) akibat kontak tembak antara TNI dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) pada 15 Juni 2025 lalu. Masyarakat di Distrik Tangma dan Distrik Ukha, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan melayangkan bentuk protes.

Mereka memasang sejumlah baliho yang isinya melarang ada kontak tembak antara TNI Polri dan OPM atau Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Warga menolak ada kontak tembak dan pertumpahan darah. Termasuk berisikan pernyataan sikap, terkait hak-hak masyarakat sipil dalam hukum humaniter internasional di wilayah konflik bersenjata.

Baca Juga :  Jokowi Lepas Rindu dengan Masyarakat Papua

Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP) yang dipimpin pembela Hak Asasi Manusia (HAM), Theo Hesegem mengatakan pemasangan baliho dilakukan karena masyarakat di Distrik Tangma dan Distrik Ukha hidup dalam kecemasan dan rasa trauma akibat kontak senjata antara TNI dan OPM di wilayah mereka.

Tak Mau Lokasi Pemukiman Dijadikan Lokasi Perang

JAYAPURA – Buntut dari tewasnya warga bernama Mesak Asipalek (sipil), dan Prek Sarera (anggota Operasi Papua Merdeka) akibat kontak tembak antara TNI dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) pada 15 Juni 2025 lalu. Masyarakat di Distrik Tangma dan Distrik Ukha, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan melayangkan bentuk protes.

Mereka memasang sejumlah baliho yang isinya melarang ada kontak tembak antara TNI Polri dan OPM atau Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB). Warga menolak ada kontak tembak dan pertumpahan darah. Termasuk berisikan pernyataan sikap, terkait hak-hak masyarakat sipil dalam hukum humaniter internasional di wilayah konflik bersenjata.

Baca Juga :  Isu Partai Coklat Bentuk Kemunduran Demokrasi.

Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua (YKKMP) yang dipimpin pembela Hak Asasi Manusia (HAM), Theo Hesegem mengatakan pemasangan baliho dilakukan karena masyarakat di Distrik Tangma dan Distrik Ukha hidup dalam kecemasan dan rasa trauma akibat kontak senjata antara TNI dan OPM di wilayah mereka.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya