Friday, April 26, 2024
32.7 C
Jayapura

56 Tahun Berkarya di Papua, Pastor Frans Lieshout Tutup Usia

Jenazah Pastor Frans Lieshout, OFM., saat disemayamkan di salah satu biara di Amsterdam, Belanda, Jumat (1/5). (FOTO: Ino For Cepos)

JAYAPURA-Berita duka datang dari seluruh umat Katolik di Papua, dimana Pastor Frans Lieshout, OFM yang telah mengabdikan hidupnya menjadi misionaris telah meninggal dunia di tanah kelahirannya di Belanda, Jumat (1/5). 

Pastor kelahiran 15 Januari 1935 ini telah menghabiskan waktunya selama 56 tahun untuk mengabdi di tanah Papua sejak tahun 1963. Sebagian besar hidupnya dihabiskan di Lembah Baliem Wamena Kabupaten Jayawijaya, kurang lebih 26 tahun.

Vredigando Engelberto Namsa, OFM mengatakan bahwa Pastor Frans Lieshout menjadi misionaris di Papua pada tahun 1963 dan memulai masa tugasnya di Waris, Kabupaten Keerom. Tugas ini pada dasarnya sebagai bagian dari penyesuaian sebelum berkarya. Setelah itu, pada tahun 1963-1964 menjadi Sekretaris II di Keuskupan Jayapura.

Lebih lanjut Namsa menjelaskana, pada tahun 1964-1967 Pastor Frans Lieshout menjadi Pastor Paroki di Paroki Musatfa Balim.  Setelah itu pada tahun 1967-1973, ditugaskan menjadi Pastor Paroki di Bilogay Kabupaten Intan Jaya dan selanjutnya pada tahu 1973-1983 menjadi Rektor SPG Taruna Bhakti (sekarang dikenal sebagai SMA Taruna Bhakti). 

Baca Juga :  Sonya Bara, Harumkan Nama Papua di Italia

Pada tahun 1985-1996 Pastor Frans Lieshout menjadi Pastor Dekan Dekenat Jayapura yang merangkap sebagai Dosen STFT Fajar Timur. Setelah itu, pada tahun 2002-2007 ditugaskan sebagai pastor Paroki  di Paroki Biak. 

Pada tahun 2007-2019 memasuki masa pensiun. Sebagai bentuk kencintaannya kepada orang Balim, Pastor Frans Lieshout memutuskan untuk kembali ke Balim dan tinggal di sana untuk menikmati masa pensiunnya,” jelasnya melalui siaran pers yang diterima cenderawasih pos, Sabtu (2/5).

Namsa mengatakan, selama tinggal di Lembah Baliem, Pastor Frans Lieshout telah menulis buku Sejarah Gereja Katolik di Lembah Baliem, Kamus Bahasa Baliem, dan buku-buku yang lainnya. Penulisan karya ini dibantu oleh petugas pastoral di Lembah Baliem.

Baca Juga :  Berbagai Pihak Kecam Kejadian di Kiwirok

“Pada tanggal 17 Oktober 2019 Pastor Frans Lieshout pamit dari Lembah Baliem untuk pulang kembali ke Belanda. Pada tanggal 28 Oktober 2019 Pastor Frans Lieshout resmi meninggalkan Papua untuk selanjutnya kembali ke Negeri Kincir Angin Belanda,” katanya.

Namsa menyatakan, Pastor Frans Lieshout telah berkarya di Papua selama 56 tahun. Ini merupakan sebuah waktu berkarya yang begitu lama, sehingga Pastor Frans Lieshout banyak mengenal orang Papua dan orang Papua banyak yang mengenalnya, bahkan mencintainya layak sebagai seorang bapak sendiri di bumi cenderawasih.

“Terima kasih Pastor Frans Lieshout, terima kasih untuk jasa baikmu dan terima kasih untuk contoh hidup yang engkau berikan kepada semua umat Katolik di Papua dan terima kasih atas karya dan pengabdianmu di tanah Papua,” ucapnya. (bet/nat) 

Jenazah Pastor Frans Lieshout, OFM., saat disemayamkan di salah satu biara di Amsterdam, Belanda, Jumat (1/5). (FOTO: Ino For Cepos)

JAYAPURA-Berita duka datang dari seluruh umat Katolik di Papua, dimana Pastor Frans Lieshout, OFM yang telah mengabdikan hidupnya menjadi misionaris telah meninggal dunia di tanah kelahirannya di Belanda, Jumat (1/5). 

Pastor kelahiran 15 Januari 1935 ini telah menghabiskan waktunya selama 56 tahun untuk mengabdi di tanah Papua sejak tahun 1963. Sebagian besar hidupnya dihabiskan di Lembah Baliem Wamena Kabupaten Jayawijaya, kurang lebih 26 tahun.

Vredigando Engelberto Namsa, OFM mengatakan bahwa Pastor Frans Lieshout menjadi misionaris di Papua pada tahun 1963 dan memulai masa tugasnya di Waris, Kabupaten Keerom. Tugas ini pada dasarnya sebagai bagian dari penyesuaian sebelum berkarya. Setelah itu, pada tahun 1963-1964 menjadi Sekretaris II di Keuskupan Jayapura.

Lebih lanjut Namsa menjelaskana, pada tahun 1964-1967 Pastor Frans Lieshout menjadi Pastor Paroki di Paroki Musatfa Balim.  Setelah itu pada tahun 1967-1973, ditugaskan menjadi Pastor Paroki di Bilogay Kabupaten Intan Jaya dan selanjutnya pada tahu 1973-1983 menjadi Rektor SPG Taruna Bhakti (sekarang dikenal sebagai SMA Taruna Bhakti). 

Baca Juga :  Berbagai Pihak Kecam Kejadian di Kiwirok

Pada tahun 1985-1996 Pastor Frans Lieshout menjadi Pastor Dekan Dekenat Jayapura yang merangkap sebagai Dosen STFT Fajar Timur. Setelah itu, pada tahun 2002-2007 ditugaskan sebagai pastor Paroki  di Paroki Biak. 

Pada tahun 2007-2019 memasuki masa pensiun. Sebagai bentuk kencintaannya kepada orang Balim, Pastor Frans Lieshout memutuskan untuk kembali ke Balim dan tinggal di sana untuk menikmati masa pensiunnya,” jelasnya melalui siaran pers yang diterima cenderawasih pos, Sabtu (2/5).

Namsa mengatakan, selama tinggal di Lembah Baliem, Pastor Frans Lieshout telah menulis buku Sejarah Gereja Katolik di Lembah Baliem, Kamus Bahasa Baliem, dan buku-buku yang lainnya. Penulisan karya ini dibantu oleh petugas pastoral di Lembah Baliem.

Baca Juga :  Kontak Tembak di Intan Jaya, Satu Prajurit TNI Gugur

“Pada tanggal 17 Oktober 2019 Pastor Frans Lieshout pamit dari Lembah Baliem untuk pulang kembali ke Belanda. Pada tanggal 28 Oktober 2019 Pastor Frans Lieshout resmi meninggalkan Papua untuk selanjutnya kembali ke Negeri Kincir Angin Belanda,” katanya.

Namsa menyatakan, Pastor Frans Lieshout telah berkarya di Papua selama 56 tahun. Ini merupakan sebuah waktu berkarya yang begitu lama, sehingga Pastor Frans Lieshout banyak mengenal orang Papua dan orang Papua banyak yang mengenalnya, bahkan mencintainya layak sebagai seorang bapak sendiri di bumi cenderawasih.

“Terima kasih Pastor Frans Lieshout, terima kasih untuk jasa baikmu dan terima kasih untuk contoh hidup yang engkau berikan kepada semua umat Katolik di Papua dan terima kasih atas karya dan pengabdianmu di tanah Papua,” ucapnya. (bet/nat) 

Berita Terbaru

Artikel Lainnya