Saturday, April 20, 2024
24.7 C
Jayapura

Kawer: Perang di Papua, Tapi Ingin Jadi Pahlawan Disana

JAYAPURA-Praktisi Hukum.dan Pemerhati Perdamaian Gustaf R Kawer mengatakan dampak Perang dapat meningkatkan kekacauan, kemiskinan,dan sakit penyakit , “wabah” perang ini ada dimana-mana termasuk paling banyak di negara dunia ketiga seperti Indonesia yang juga menjajar Papua. Dikatakan sebagai salah satu negara dunia ketika Indonesia  gemar berperang melawan rakyatnya sendiri dan paling banyak dan terlama yang ada di Papua. “Perang itu telah ada sejak tahun 1961 (Sejak Trikora dikumandangkan) sampai saat ini (60 Tahun lebih), bukti dari perang masih terjadi di Papua hingga terkini adalah kekacauan masih terjadi di Puncak Jaya, Intan Jaya, Nduga, dan hampir merata di beberapa daerah di pegunungan,termasuk  yang terjadi di Maybrat, Papua Barat,” katanya kepada Cenderawasih Pos, di Kotaraja, Rabu, (02/3).
Baca Juga :  Teriakan "Tolak DOB" di Gapura Uncen Dikawal Ketat Aparat
Dikatakan Gustaf yang juga berprofesi sebagai  Pengacara Papua itu bahwa kemiskininan di Papua juga mencapai angka tertinggi di republik ini, begitu juga penduduknya tingkat kesehatannya sangat rendah, yang paling memprihatinkan situasi ini dialami oleh pengungsi-pengungsi dibeberapa daerah konflik yang angkanya mencapai kurang lebih 60.000 orang. “Perhatian kita kini di Perang antara Rusia VS Ukraina, Indonesia menurut wacana di beberapa media ingin tampil sebagai negara yang berperan mendukung perdamaian dunia dengan berinisiatif menjadi media “mediator” bagi perang ini, Pemerintah Indonesia ingin menunjukan kepada negara lain sebagai pihak yang mempunyai andil untuk menciptakan perdamaian dunia,” katanya. Lanjutnya saat ramai perhatian dunia untuk perang Rusia VS Ukraina, ratusan prajurit TNI dari beberapa daerah di Indonesia dikirim ke perbatasan Papua dan Papua New Guinea dan beberapa daerah di pegunungan, ditambah pasukan organik dan non organik maka telah ada puluhan ribu pasukan yang ada di Papua.
Baca Juga :  Pelaku Pembunuhan Hj Nurjani Terungkap
“Jika negara ini ingin tampil menciptakan perdamaian dunia, seharusnya yg ditunjukan didaerah ini bukan mengirim puluhan ribu pasukan, tetapi cukup mengirim puluhan atau ratusan dokter dan tenaga pendidikan di daerah konflik untuk menjawab problem kesehatan dan pendidikan yang tentunya berdampak bagi peningkatan pembangunan dan kesejahteraan di Papua,” katanya. Bahkan ia menabahkan  negara ini gemar dengan sinetron yang mematikan akal sehat ketimbang objektif sengan persoalan.” Perang di sini tapi ingin jadi pahlawan di sana,” katanya, (fia/oel).
JAYAPURA-Praktisi Hukum.dan Pemerhati Perdamaian Gustaf R Kawer mengatakan dampak Perang dapat meningkatkan kekacauan, kemiskinan,dan sakit penyakit , “wabah” perang ini ada dimana-mana termasuk paling banyak di negara dunia ketiga seperti Indonesia yang juga menjajar Papua. Dikatakan sebagai salah satu negara dunia ketika Indonesia  gemar berperang melawan rakyatnya sendiri dan paling banyak dan terlama yang ada di Papua. “Perang itu telah ada sejak tahun 1961 (Sejak Trikora dikumandangkan) sampai saat ini (60 Tahun lebih), bukti dari perang masih terjadi di Papua hingga terkini adalah kekacauan masih terjadi di Puncak Jaya, Intan Jaya, Nduga, dan hampir merata di beberapa daerah di pegunungan,termasuk  yang terjadi di Maybrat, Papua Barat,” katanya kepada Cenderawasih Pos, di Kotaraja, Rabu, (02/3).
Baca Juga :  Teriakan "Tolak DOB" di Gapura Uncen Dikawal Ketat Aparat
Dikatakan Gustaf yang juga berprofesi sebagai  Pengacara Papua itu bahwa kemiskininan di Papua juga mencapai angka tertinggi di republik ini, begitu juga penduduknya tingkat kesehatannya sangat rendah, yang paling memprihatinkan situasi ini dialami oleh pengungsi-pengungsi dibeberapa daerah konflik yang angkanya mencapai kurang lebih 60.000 orang. “Perhatian kita kini di Perang antara Rusia VS Ukraina, Indonesia menurut wacana di beberapa media ingin tampil sebagai negara yang berperan mendukung perdamaian dunia dengan berinisiatif menjadi media “mediator” bagi perang ini, Pemerintah Indonesia ingin menunjukan kepada negara lain sebagai pihak yang mempunyai andil untuk menciptakan perdamaian dunia,” katanya. Lanjutnya saat ramai perhatian dunia untuk perang Rusia VS Ukraina, ratusan prajurit TNI dari beberapa daerah di Indonesia dikirim ke perbatasan Papua dan Papua New Guinea dan beberapa daerah di pegunungan, ditambah pasukan organik dan non organik maka telah ada puluhan ribu pasukan yang ada di Papua.
Baca Juga :  Temukan Banyak Indikasi Penyalahgunaan Dana Desa
“Jika negara ini ingin tampil menciptakan perdamaian dunia, seharusnya yg ditunjukan didaerah ini bukan mengirim puluhan ribu pasukan, tetapi cukup mengirim puluhan atau ratusan dokter dan tenaga pendidikan di daerah konflik untuk menjawab problem kesehatan dan pendidikan yang tentunya berdampak bagi peningkatan pembangunan dan kesejahteraan di Papua,” katanya. Bahkan ia menabahkan  negara ini gemar dengan sinetron yang mematikan akal sehat ketimbang objektif sengan persoalan.” Perang di sini tapi ingin jadi pahlawan di sana,” katanya, (fia/oel).

Berita Terbaru

Artikel Lainnya