JAYAPURA-Direktur Lembaga bantuan Hukum (LBH) Papua, Emanuel Gobay menyebut bahwa jika melihat dari terbakarnya motor di garasi di halaman kantor LBH di Jalan Gerilyawan, Abepura, dirinya meyakini jika pelaku adalah sosok orang terlatih.
Pasalnya dari keterangan yang diperoleh saksi termasuk dengan barang bukti yang ditemukan di lokasi kejadian terbakarnya motor tersebut diyakini terbakarnya motor ini ada unsur kesengajaan. Emanuel sendiri sudah melaporkan kasusnya di Polda Papua. Saat menjalani pemeriksaan, dirinya dicecar 11 pertanyaan terutama terkait kronologis peristiwa.
“Iya kemarin saya sudah dimintai keterangan dan ada 11 pertanyaan yang diajukan,” kata Gobay saat ditemui di perempatan Perumnas I Waena, Selasa (10/5).
Ia menyebut bahwa pelaku terlatih karena ada kesaksian dari dua orang yang melintas di lokasi kejadian menyebut bahwa saat itu sekira pukul 04.00 WIT ada seorang pria yang keluar dari halaman kantor LBH Papua menggunakan sweater hoodie dan bermasker. Pria ini lari terburu-buru kemudian dijemput oleh seseorang yang membawa motor. “Masa di tempat pinggir jalan begini ia (pelaku) bisa melakukan aksi tanpa diketahui. Artinya ia sudah memahami dan ia mempelajari kapan harus beraksi dan tidak diketahui orang,” bebernya.
Selain itu pihaknya juga menemukan plastik yang di dalamnya ada sisa bahan bakar bensin kemudian dari tempat ditemukan plastik itu, pihaknya melihat rumput juga mengering seperti masak karena tersiram minyak. “Itu yang kami temukan di lokasi kejadian,” tambahnya.
Emanuel menceritakan bahwa ia awalnya menduga kantor LBH tertimpa pohon roboh karena terdengar bunyi yang cukup keras. Namun setelah terbangun ia coba keluar menuju halaman kantor dan saat itu Gobay mengaku melihat cahaya sangat terang berwarna kuning.
“Ternyata itu cahaya api dari motor yang terbakar. Saya awalnya terbangun mengira kantor kami tertimpa pohon ternyata dari ledakan motor,” imbuhnya.
Terkait aksi ini Gobay menyatakan bahwa itu bagian dari teror dan soal ini dikatakan bukan pertama ia terima, melainkan jauh – jauh hari ia pernah mendapatkan bentuk teror. “Itu beberapa tahun lalu ketika saya mengadvokasi 7 tapol dan di situ ada beberapa nomor tak dikenal yang mengirimkan pesan yang isinya seperti itu (teror) jadi bukan hal baru,” ungkapnya.
Meski demikian, Gobay tidak terlalu resah karena sudah menganggap ini bagian dari konsekuensi pekerjaan. “Kami pikir itu pekerjaan atau perbuatan orang – orang yang tidak paham tentang apa dan bagaimana pekerja HAM yang sebenarnya juga dibutuhkan banyak orang,” beber Gobay.
Namun ia berharap dari laporannya ini bisa ditindaklanjuti dan diungkap. “Harapan kami seperti itu agar tidak menjadi tindakan berulang bagi pekerja HAM,” tutupnya. (ade/nat)