Saturday, January 11, 2025
31.7 C
Jayapura

Pelatih Harus Miliki Strategi dan Program Kerja

Suasana Training Of Trainers (TOT) yang dilaksanakan KONI Papua di Hotel Sahid Jayapura, Rabu (30/3) kemarin.( FOTO : Humas KONI Papua for Cepos)

JAYAPURA-Pelatih legendaris Paulus L. Pesurnay dalam Training of Trainers (TOT) KONI Papua mengatakan, prestasi atlit berada di tangan pelatih Cabor masing-masing. 

Ia menuturkan, jika seorang pelatih ingin atletnya meraih prestasi maka harus punya strategi dan program kerja. Selain itu, seorang pelatih juga harus memiliki mimpi dan tujuan yang hebat untuk melahirkan seorang atlet jadi juara.

“Saya minta semua pelatih secara serius dapat mengikuti pelatihan, karena TOT ini sangat penting untuk diikuti pelatih dalam menyiapkan atlet juara di PON XX Tahun 2020,” ungkap Paulus L. Pesurney kepada awak media di sela-sela kegiatan TOT yang berlangsung di Hotel Sahid Jayapura, Rabu (30/3) kemarin.

Lebih lanjut Paulus L. Pesurney menjelaskan, dalam membentuk fisik seorang atlet tidak harus di lapangan yang bagus. Namun seorang atlet jika memang betul -betul ingin berprestasi kapan dan dimana saja bisa latihan fisik. 

“Saya sudah usia 78 tahun. Sebagai mantan atlet nasional sampai sekarang saya secara rutin tiap pagi melakukan olahraga ringan. Usia 78 tahun bukan menjadi alasan buat saya tidak olahraga,” kata Paulus yang merupakan atlet Nasional Tahun 1967.

Baca Juga :  Bertolak ke Jakarta, Tiga Pemain Muda Papua Ikut Seleksi

Paulus yang sengaja didatangkan oleh KONI Papua memberikan materi lebih condong pada “Kemampuan Gerak Dasar Manusia”. 

“Seorang pelatih barus punya mimpi dan tujuan untuk melahirkan seorang atlet berprestasi. Seorang pelatih harus punya mimpi atlet harus juara dunia. Tanpa mimpi dan motivasi ini jangan pernah berharap seorang pelatih bisa melahirkan atlet juara. motifasi disertai latihan rutin akan melahirkan atlet juara,” jelasnya.

Ia mengatakan, beberapa kelemahan atlet Indonesia saat ini terletak pada daya tahan dan kekuatan. 

“Kelemahan pelatih Indonesia pada persepsi yang salah, pelatih Indonesia menginginkan atletnya cepat-cepat menang. Padahal fisik memiliki keterbatasan. Kecepatan hanya 10 persen. Tingkat daya tahan tubuh dikesampingkan, sehingga jangan salah bila daya tahan fisik atlet Indonesia cepat menurun alias tidak kuat,” jelasnya.

Menurut Paulus, untuk menjadikan seorang atlet jadi juara ada 10 prinsif latihan, diantaranya harus ada hubungan yang optimal antara pembebanan dan pemulihan prinsip super kompensasi, pembebanan yang progresif, pembinaan jangka panjang, pembinaan dengan periodesasi, hubungan oftimal fisik dan tehnik kecabangan olahraga. selain itu, hubungan antara pembinaan yang khusus dan bertambahnya latihan-latihan spesialis, latihan yang bervariasi baik isi metode termasuk pula norma-norma beban latihan, pelatihan individualitas, pelatihan pengukuran pengembangan prestasi dan yang terakhir  pengulangan.

Baca Juga :  Turunkan Pemain Sesuai Evaluasi Latihan

   “Penyebab atlet tidak maju atau tidak berprestasi, bukan dari atlet, tetapi faktor utama ada di pelatih. Jadilah pelatih yang unggul, oleh karena itu, seorang pelatih harus memiliki strategi, sebab tanpa punya strategi jangan coba-coba jadi pelatih,” jelasnya.

Dirinya menjelaskan, pembinaan training itu harus punya periodisasi yakni prencanaan yang disusun secara sistematis dan berkesinambungan. 

“Tidak ada latihan hanya sekali dua kali seorang atlet jadi juara, jadi 10 prinsip ini menjadi patokan bagi seorang pelatih untuk mencapai prestasi,”pungkasnya. (eri/tho)

Suasana Training Of Trainers (TOT) yang dilaksanakan KONI Papua di Hotel Sahid Jayapura, Rabu (30/3) kemarin.( FOTO : Humas KONI Papua for Cepos)

JAYAPURA-Pelatih legendaris Paulus L. Pesurnay dalam Training of Trainers (TOT) KONI Papua mengatakan, prestasi atlit berada di tangan pelatih Cabor masing-masing. 

Ia menuturkan, jika seorang pelatih ingin atletnya meraih prestasi maka harus punya strategi dan program kerja. Selain itu, seorang pelatih juga harus memiliki mimpi dan tujuan yang hebat untuk melahirkan seorang atlet jadi juara.

“Saya minta semua pelatih secara serius dapat mengikuti pelatihan, karena TOT ini sangat penting untuk diikuti pelatih dalam menyiapkan atlet juara di PON XX Tahun 2020,” ungkap Paulus L. Pesurney kepada awak media di sela-sela kegiatan TOT yang berlangsung di Hotel Sahid Jayapura, Rabu (30/3) kemarin.

Lebih lanjut Paulus L. Pesurney menjelaskan, dalam membentuk fisik seorang atlet tidak harus di lapangan yang bagus. Namun seorang atlet jika memang betul -betul ingin berprestasi kapan dan dimana saja bisa latihan fisik. 

“Saya sudah usia 78 tahun. Sebagai mantan atlet nasional sampai sekarang saya secara rutin tiap pagi melakukan olahraga ringan. Usia 78 tahun bukan menjadi alasan buat saya tidak olahraga,” kata Paulus yang merupakan atlet Nasional Tahun 1967.

Baca Juga :  KONI Siap Kirim Tim Sepakbola ke Luar Negeri

Paulus yang sengaja didatangkan oleh KONI Papua memberikan materi lebih condong pada “Kemampuan Gerak Dasar Manusia”. 

“Seorang pelatih barus punya mimpi dan tujuan untuk melahirkan seorang atlet berprestasi. Seorang pelatih harus punya mimpi atlet harus juara dunia. Tanpa mimpi dan motivasi ini jangan pernah berharap seorang pelatih bisa melahirkan atlet juara. motifasi disertai latihan rutin akan melahirkan atlet juara,” jelasnya.

Ia mengatakan, beberapa kelemahan atlet Indonesia saat ini terletak pada daya tahan dan kekuatan. 

“Kelemahan pelatih Indonesia pada persepsi yang salah, pelatih Indonesia menginginkan atletnya cepat-cepat menang. Padahal fisik memiliki keterbatasan. Kecepatan hanya 10 persen. Tingkat daya tahan tubuh dikesampingkan, sehingga jangan salah bila daya tahan fisik atlet Indonesia cepat menurun alias tidak kuat,” jelasnya.

Menurut Paulus, untuk menjadikan seorang atlet jadi juara ada 10 prinsif latihan, diantaranya harus ada hubungan yang optimal antara pembebanan dan pemulihan prinsip super kompensasi, pembebanan yang progresif, pembinaan jangka panjang, pembinaan dengan periodesasi, hubungan oftimal fisik dan tehnik kecabangan olahraga. selain itu, hubungan antara pembinaan yang khusus dan bertambahnya latihan-latihan spesialis, latihan yang bervariasi baik isi metode termasuk pula norma-norma beban latihan, pelatihan individualitas, pelatihan pengukuran pengembangan prestasi dan yang terakhir  pengulangan.

Baca Juga :  46 Cabor akan Dipertandingkan di PON XX

   “Penyebab atlet tidak maju atau tidak berprestasi, bukan dari atlet, tetapi faktor utama ada di pelatih. Jadilah pelatih yang unggul, oleh karena itu, seorang pelatih harus memiliki strategi, sebab tanpa punya strategi jangan coba-coba jadi pelatih,” jelasnya.

Dirinya menjelaskan, pembinaan training itu harus punya periodisasi yakni prencanaan yang disusun secara sistematis dan berkesinambungan. 

“Tidak ada latihan hanya sekali dua kali seorang atlet jadi juara, jadi 10 prinsip ini menjadi patokan bagi seorang pelatih untuk mencapai prestasi,”pungkasnya. (eri/tho)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya