Friday, June 20, 2025
24.7 C
Jayapura

Guru Korban Penyerangan KKB Jalani Pemulihan Psikologis

JAYAPURA-Sejumlah guru dari Yayasan Serafim yang menjadi korban penyerangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, mengikuti kegiatan Training as Healing yang digelar di Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Papua.

Pelatihan yang berlangsung sejak Selasa (17/6) hingga Kamis (19/6) ini merupakan bentuk pemulihan psikologis bagi para guru yang mengalami trauma pasca insiden kekerasan yang terjadi pada 21 Maret 2025 lalu.

Kegiatan tersebut digagas oleh Direktorat Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Kemendikbudristek bekerja sama dengan Korps Relawan Bencana Himpunan Psikologi Indonesia (KRESNA HIMPSI).

Pelatihan ini dibuka secara resmi oleh Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama, Kemenko PMK, Ojat Darojat. Ia menyebut bahwa Training as Healing merupakan program strategis untuk memberikan penguatan bagi guru-guru yang bertugas di daerah rentan konflik.

Baca Juga :  Asosiasi Nelayan Yakin BTM-CK Bisa Atasi Persoalan Mereka

“Peristiwa di Anggruk sangat melukai kita semua. Dengan kegiatan ini, kami ingin memberikan penguatan kepada para guru agar trauma yang mereka alami tidak mematahkan semangat mereka, tapi justru memotivasi untuk terus mengabdi dan meningkatkan kualitas SDM Papua,” ujar Ojat.

Sementara itu, Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Kemendikbudristek, Saryadi, mengatakan bahwa pelatihan ini merupakan bentuk dukungan terhadap para guru penyintas. Ia menyebut insiden di Anggruk sangat berdampak terhadap proses pembelajaran di Yahukimo.

“Program ini tidak hanya bertujuan menghilangkan trauma, tetapi juga menjadikan para guru sebagai agen pemulih bagi guru-guru lainnya yang mungkin mengalami peristiwa serupa,” jelasnya.

Saryadi menambahkan, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Yahukimo untuk memastikan rehabilitasi layanan pendidikan berjalan baik dan aman. Ia berharap berbagai pihak ikut serta dalam mencegah terulangnya kekerasan terhadap tenaga pendidik di Papua.

Baca Juga :  Rela Nginap dan Rayakan Natal di Teras Kantor Gubernur Demi Sebuah Kepastian

“Kejadian seperti ini sangat berdampak pada pendidikan anak-anak kita. Karena itu, kami mengajak semua pihak untuk berperan aktif menciptakan lingkungan belajar yang aman dan damai,” harapnya.

JAYAPURA-Sejumlah guru dari Yayasan Serafim yang menjadi korban penyerangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, mengikuti kegiatan Training as Healing yang digelar di Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Papua.

Pelatihan yang berlangsung sejak Selasa (17/6) hingga Kamis (19/6) ini merupakan bentuk pemulihan psikologis bagi para guru yang mengalami trauma pasca insiden kekerasan yang terjadi pada 21 Maret 2025 lalu.

Kegiatan tersebut digagas oleh Direktorat Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Kemendikbudristek bekerja sama dengan Korps Relawan Bencana Himpunan Psikologi Indonesia (KRESNA HIMPSI).

Pelatihan ini dibuka secara resmi oleh Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama, Kemenko PMK, Ojat Darojat. Ia menyebut bahwa Training as Healing merupakan program strategis untuk memberikan penguatan bagi guru-guru yang bertugas di daerah rentan konflik.

Baca Juga :  Bawa Pesan Semangat, Dan Buktikan Papua Mampu Selenggarakan PON XX

“Peristiwa di Anggruk sangat melukai kita semua. Dengan kegiatan ini, kami ingin memberikan penguatan kepada para guru agar trauma yang mereka alami tidak mematahkan semangat mereka, tapi justru memotivasi untuk terus mengabdi dan meningkatkan kualitas SDM Papua,” ujar Ojat.

Sementara itu, Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Kemendikbudristek, Saryadi, mengatakan bahwa pelatihan ini merupakan bentuk dukungan terhadap para guru penyintas. Ia menyebut insiden di Anggruk sangat berdampak terhadap proses pembelajaran di Yahukimo.

“Program ini tidak hanya bertujuan menghilangkan trauma, tetapi juga menjadikan para guru sebagai agen pemulih bagi guru-guru lainnya yang mungkin mengalami peristiwa serupa,” jelasnya.

Saryadi menambahkan, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Yahukimo untuk memastikan rehabilitasi layanan pendidikan berjalan baik dan aman. Ia berharap berbagai pihak ikut serta dalam mencegah terulangnya kekerasan terhadap tenaga pendidik di Papua.

Baca Juga :  Buat Pesta Tanpa Izin Polresta Delapan Orang Diamankan

“Kejadian seperti ini sangat berdampak pada pendidikan anak-anak kita. Karena itu, kami mengajak semua pihak untuk berperan aktif menciptakan lingkungan belajar yang aman dan damai,” harapnya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/