Friday, November 22, 2024
25.7 C
Jayapura

Ayah Anak Yatim di Sumatera Bertemu Pengumpul Sampah di Teluk Youtefa 

Cerita Petronela Merauje, Aktifis Lingkungan dari Kampung Engros yang Menerima Penghargaan Insan Pancasila 2024 (Bagian 2-Habis)

Balai Sarbini Jakarta menjadi saksi dari apresiasi yang diberikan lembaga negara untuk seorang tokoh perempuan dari kampung. Petronela Merauje belajar banyak disitu.

Laporan : Abdel Gamel Naser – Jayapura

Euforia yang membanggakan dari penyerahan penghargaan dan apresiasi yang diberikan BPIP di Balai Sarbini, Jakarta. Perasaan minder atau kurang percaya diri masih terasa saat diundang dan berdiri di tengah – tengah para tokoh besar dengan segudang prestasi.

Tak hanya yang masuk pada kategori Insan Pancasila tetapi juga Ikon Pancasila dimana sejumlah nama kondang seperti Ebiet G Ade, Guruh Soekarno Putra dan juga H Rusli Bintang ikut dipanggil dan berdiri satu panggung. Petronela sendiri masuk pada kategori Insan Pancasila bersama 9 orang lainnya.

Dari 10 orang peraih Insan Pancasila, yang paling senior dari usia adalah D Zawawi Imron. Seorang pekerja seni dan budaya yang sudah aktif sejak jaman Bung Karno. Ia malah hafal kutipan pidato Bung karno yang menggebu – gebu.  Aktifitas seninya ini kerap digunakan untuk menyuarakan keadilan dan kemanusiaan.

Namun dari semua tokoh hebat ini nama Petronela justru menjadi orang pertama yang disebut dan dipanggil naik ke atas panggung. Video singkatnya juga menjadi opening dari keseluruhan video yang ada sehingga terasa sekali penghargaan yang diberikan untuk perwakilan Papua saat itu.

Moment penganugerahan Insan dan Ikon Pancasila ini semakin berbobot karena dihadiri Wakil Presiden Tri Sutrisno,  Wamenag, Saiful Ahmad,   Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Abdullah Azwar Anas dan mantan  Wakil Ketua MPR dan  juga mantan Menteri Agama, Lukman Hakim.

Baca Juga :  Menginap di Bibir Kawah Bawa Kubis dan Bawang Merah

Selain itu ada juga tokoh lain yang mendapat penghargaan ikon Pancasila yakni Ebiet G Ade, Guruh Soekarno Putra, H Rusli Bintang dan beberapa sosok lainnya.  Kepala BPIP Yudian Wahyudi menyampaikan bahwa penganugerahan ini merupakan yang ketujuh sejak pertama kali diselenggarakan tahun 2017 oleh unit kerja yang berubah menjadi badan.

Yudian menyebut penghargaan diberikan kepada sosok yang menginspirasi tidak hanya ditingkat nasional tetapi juga internasional. Semula hanya 4 bidang namun kini ada 5 bidang dengan 9 juri untuk menambah tingkat objektifitas. Dan para ikon serta insan Pancasila ini diharapkan bisa menjadi  panutan dan inspirasi untuk membangun dan mencintai Indonesia.

“Ini yang menjadi alasan BPIP mendorong nilai – nilai perjuangan untuk terus hadir.  Kami berharap penghargaan dan penganugerahan ini bisa menjadi pemicu pengakselerasian diseluruh lapisan masyarakat,” tambahnya.

Ia juga menjelaskan bahwa gedung Balai Sarbini ini merupakan gedung sejarah yang awalnya dibangun oleh Presiden Soekarno tahun 1965 untuk legiun veteran pejuang Indonesia kala itu. Penganugerahan  di Balai Sarbini agar mengingat semua perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan pejuang tempo dulu.

Petronela mengatakan bahwa setelah menerima penghargaan ini ia menyimpulkan bahwa ternyata di luar sana (luar Papua) ada banyak sekali sosok hebat yang telah berkontribusi besar untuk bangsa ini namun tetap terlihat merendah. “Saya kagum sekali. Ada sosok Cucu Saidah, aktifis disabilitas yang membuat kaki tangan dan alat bantu gerak lainnya untuk disabilitas kemudian ada pak Rusli Bintang yang dijuluki ayah anak yatim berhati dermawan,” beber Petronela.

Baca Juga :  Buku Seri Pertama Cerita Rakyat Port Numbay Dilaunching

H Rusli ini sendiri berasal  dari keluarga tidak mampu namun berhasil membuat 5 universitas. Ia bahkan dijuluki sebagai orang tua bagi anak – anak tak mampu di Sumatera. Termasuk H.Lukman Hakim yang pernah menjabat sebagai menteri agama, anggota DPR dan wakil Ketua MPR.

Ia juga menerima penghargaan sebagai ikon Pancasila. Begitu juga Ebit G Ade menggunakan karya menyuarakan aspirasi dan kegelisahan di tengah masyarakat.  “Saya kagum, mereka orang – orang hebat dengan banyak prestasi tapi sangat tenang, rendah hati dan mau berbagi cerita. Mereka juga akui kagum dengan Papua dan berharap satu saat bisa berkontribusi untuk Papua,  itu luar biasa sekali,” tutup Petronela.

Disini Petronela bercermin bahwa ada banyak hal yang harus dibuat untuk tanah kelahirannya sebab usia tidak menunggu untuk hal – hal positif. “Bayangkan saja, pak Rusli ini bisa membangun 3 universitas dengan latar belakang orang tidak mampu dulunya.

Ia juga dijuluki ayah anak yatim untuk anak – anak di Sumatera dan saya sendiri hanya pengumpul sampah di Teluk Youtefa  yang kemudian dibuat menjadi sesuatu yang bermanfaat. Tapi sekali lagi Tuhan baik, mempertemukan saya dengan orang – orang hebat lainnya. Jujur saya belajar banyak disini,” tutup Petronela.  (*/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Cerita Petronela Merauje, Aktifis Lingkungan dari Kampung Engros yang Menerima Penghargaan Insan Pancasila 2024 (Bagian 2-Habis)

Balai Sarbini Jakarta menjadi saksi dari apresiasi yang diberikan lembaga negara untuk seorang tokoh perempuan dari kampung. Petronela Merauje belajar banyak disitu.

Laporan : Abdel Gamel Naser – Jayapura

Euforia yang membanggakan dari penyerahan penghargaan dan apresiasi yang diberikan BPIP di Balai Sarbini, Jakarta. Perasaan minder atau kurang percaya diri masih terasa saat diundang dan berdiri di tengah – tengah para tokoh besar dengan segudang prestasi.

Tak hanya yang masuk pada kategori Insan Pancasila tetapi juga Ikon Pancasila dimana sejumlah nama kondang seperti Ebiet G Ade, Guruh Soekarno Putra dan juga H Rusli Bintang ikut dipanggil dan berdiri satu panggung. Petronela sendiri masuk pada kategori Insan Pancasila bersama 9 orang lainnya.

Dari 10 orang peraih Insan Pancasila, yang paling senior dari usia adalah D Zawawi Imron. Seorang pekerja seni dan budaya yang sudah aktif sejak jaman Bung Karno. Ia malah hafal kutipan pidato Bung karno yang menggebu – gebu.  Aktifitas seninya ini kerap digunakan untuk menyuarakan keadilan dan kemanusiaan.

Namun dari semua tokoh hebat ini nama Petronela justru menjadi orang pertama yang disebut dan dipanggil naik ke atas panggung. Video singkatnya juga menjadi opening dari keseluruhan video yang ada sehingga terasa sekali penghargaan yang diberikan untuk perwakilan Papua saat itu.

Moment penganugerahan Insan dan Ikon Pancasila ini semakin berbobot karena dihadiri Wakil Presiden Tri Sutrisno,  Wamenag, Saiful Ahmad,   Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Abdullah Azwar Anas dan mantan  Wakil Ketua MPR dan  juga mantan Menteri Agama, Lukman Hakim.

Baca Juga :  Hati-hati, Bawa Sajam Bisa Kena Pidana 10 Tahun

Selain itu ada juga tokoh lain yang mendapat penghargaan ikon Pancasila yakni Ebiet G Ade, Guruh Soekarno Putra, H Rusli Bintang dan beberapa sosok lainnya.  Kepala BPIP Yudian Wahyudi menyampaikan bahwa penganugerahan ini merupakan yang ketujuh sejak pertama kali diselenggarakan tahun 2017 oleh unit kerja yang berubah menjadi badan.

Yudian menyebut penghargaan diberikan kepada sosok yang menginspirasi tidak hanya ditingkat nasional tetapi juga internasional. Semula hanya 4 bidang namun kini ada 5 bidang dengan 9 juri untuk menambah tingkat objektifitas. Dan para ikon serta insan Pancasila ini diharapkan bisa menjadi  panutan dan inspirasi untuk membangun dan mencintai Indonesia.

“Ini yang menjadi alasan BPIP mendorong nilai – nilai perjuangan untuk terus hadir.  Kami berharap penghargaan dan penganugerahan ini bisa menjadi pemicu pengakselerasian diseluruh lapisan masyarakat,” tambahnya.

Ia juga menjelaskan bahwa gedung Balai Sarbini ini merupakan gedung sejarah yang awalnya dibangun oleh Presiden Soekarno tahun 1965 untuk legiun veteran pejuang Indonesia kala itu. Penganugerahan  di Balai Sarbini agar mengingat semua perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan pejuang tempo dulu.

Petronela mengatakan bahwa setelah menerima penghargaan ini ia menyimpulkan bahwa ternyata di luar sana (luar Papua) ada banyak sekali sosok hebat yang telah berkontribusi besar untuk bangsa ini namun tetap terlihat merendah. “Saya kagum sekali. Ada sosok Cucu Saidah, aktifis disabilitas yang membuat kaki tangan dan alat bantu gerak lainnya untuk disabilitas kemudian ada pak Rusli Bintang yang dijuluki ayah anak yatim berhati dermawan,” beber Petronela.

Baca Juga :  Buku Seri Pertama Cerita Rakyat Port Numbay Dilaunching

H Rusli ini sendiri berasal  dari keluarga tidak mampu namun berhasil membuat 5 universitas. Ia bahkan dijuluki sebagai orang tua bagi anak – anak tak mampu di Sumatera. Termasuk H.Lukman Hakim yang pernah menjabat sebagai menteri agama, anggota DPR dan wakil Ketua MPR.

Ia juga menerima penghargaan sebagai ikon Pancasila. Begitu juga Ebit G Ade menggunakan karya menyuarakan aspirasi dan kegelisahan di tengah masyarakat.  “Saya kagum, mereka orang – orang hebat dengan banyak prestasi tapi sangat tenang, rendah hati dan mau berbagi cerita. Mereka juga akui kagum dengan Papua dan berharap satu saat bisa berkontribusi untuk Papua,  itu luar biasa sekali,” tutup Petronela.

Disini Petronela bercermin bahwa ada banyak hal yang harus dibuat untuk tanah kelahirannya sebab usia tidak menunggu untuk hal – hal positif. “Bayangkan saja, pak Rusli ini bisa membangun 3 universitas dengan latar belakang orang tidak mampu dulunya.

Ia juga dijuluki ayah anak yatim untuk anak – anak di Sumatera dan saya sendiri hanya pengumpul sampah di Teluk Youtefa  yang kemudian dibuat menjadi sesuatu yang bermanfaat. Tapi sekali lagi Tuhan baik, mempertemukan saya dengan orang – orang hebat lainnya. Jujur saya belajar banyak disini,” tutup Petronela.  (*/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya