
Pengungsi Berkurang, Frekuensi Penerbangan Hercules akan Dikurangi
SENTANI– Pengungsi dari Wa ena ke Ja apur terus be tambah s tiap ari. Tercatat hingga Kamis (3/1 ) kemarin sebanyak .076 orang yang mengungsi meninggalkan Wamena, Kabupaten Jayawij ya menuju Jayapura.
Komandan Lanud Silas Papare, Marsekal Pertama Marsma) NI, Tri Bowo Budi Santoso, menungapkan bahwa kemarin merupakan hari ke sebelas pihakny melakukan evakuasi para pengungsi dari Wamena ke Jayapura .
“Hari ini (kemarin,red) kita laksanakan 7 sort penerbangan dengan mengangkut 1.006 orang pengungsi dari Wamena ke Jayapura.
Total pengungsi dari hari pertama sampai hari kesebelas ini berjumlah 9.076 orang,” ungkapnya kepada wartawan di Base OPS Lanud Silas Papare, Sentani, Kabupaten Jayapura, Kamis (3/10).
“Kami juga melaksanakan penerbangan untuk mengangkut para pengungsi dari Wamena ke Biak, Timika, dan Merauke,” sambungnya.
Tri Bowo mengatakan, pihaknya tetap fokus melakukan evakuasi terhadap para pengungsi perempuan (wanita) dan anak-anak. Namun hingga saat ini para pengungsi sudah mulai berkurang, sehingga frekuensi penerbangan akan dikurangi.
“Sesuai dengan perintah bapak Panglima dan fakta ada yang ada di lapangan bahwa untuk ibu-ibu dan anak-anak sudah relatif berkurang, sehingga untuk sementara penerbangan akan kita kurangi frekuensinya,”ucapnya.
Pihaknya bersama dengan pemerintah daerah ingin agar Wamena tetap hidup dan kehidupan masyarakat bisa kembali normal seperti biasa. Oleh karena itu, pihaknya akan mengimbau masyarakat yang ada di Wamena untuk tetap bertahan.
“Rencana kita akan melaksanakan pembersihan secara bersama. Intinya TNI AU siap mendukung kegiatan evakuasi penerbangan bagi masyarakat yang ingin dievakuasi dari Wamena ke Jayapura dan daerah lainnya,” ujarnya.
Dikatakan, pesawat Hercules tetap akan digunakan untuk evakuasi kemanusiaan di Papua. Khususnya di Wamena dalam rangka mengangkut para pengungsi di sana.
Tri Bowo mengungkapkan bahwa sesuai dengan perintah Panglima TNI, maka pesawat Hercules tetap akan melakukan evakuasi keamanusiaan di Papua, khususnya di Wamena.
“Perintah dari Panglima TNI, dimana Hercules tidak digunakan untuk kegiatan 5 Oktober, HUT TNI. Tetapi lebih fokus kemanusiaan di wilayah Papua saat ini,” tandasnya.
Hal ini, menurut Tri Bowo, merupakan bagian dari komitmen TNI AU, untuk mendukung proses evakuasi masyarakat yang saat ini mengungsi dari Wamena ke Jayapura dan daerah lainnya yang ada di Papua dan di luar Papua.
“Ini satu bukti nyata bahwa pemerintah yang tindaklanjuti oleh kami dari TNI AU, mendukung program pemerintah, untuk menormalisir kegiatan evakuasi di Papua,”ucapnya.
Tri Bowo, berharap dengan dukungan dari TNI AU dan seluruh pihak terkait lainnya dari pemerintah, TNI-Polri dan masyarakat, maka situasi keamanan bisa segera pulih di Wamena. Agar aktivitas pembangunan dan perekonomian dapat berjalan normal kembali seperti biasa di Lembah Baliem.
Para pengungsi yang eksodus ke Jayapura menggunakan pesawat Hercules, ditampung di beberap titik. Salah satunya di Rindam XVII/Cenderawasih.
Kapolda Papua, Irjen Pol. Paulus Waterpauw didampingi istri dan sejumlah pejabat di lingkungan Polda Papua menyambangi ratusan pengungsi masih ditampung sementara di Rindam XVII Cenderawasih Kamis (3/10).

Dalam kunjungannya, Kapolda Paulus Waterpauw menyerahkan bantuan sosial kepada para korban. Selain itu, orang nomor satu di Polda Papua ini juga menemui satu persatu para pengungsi di posko penampungan.
Dalam kesempatan itu, sesekali Waterpauw terlihat berbincang-bincang dengan ramah. Dalam perbincangan tersebut, Waterpauw mengajak dan menyarankan para korban itu kembali ke Wamena guna melanjutkan usaha dan aktivitas mereka.
“Kami menjamin keamanan di sana. Oleh karena itu kami berharap bisa kembali untuk berjualan atau berdagang di sana,” ungkapnya dalam percakapan dengan para korban itu.
Ditemui wartawan usai menyambangi ratusan korban kerusuhan Wamena, Waterpauw berharap seluruh korban dapat kembali ke tempatnya bekerja di Wamena.
Dikatakan, pihak telah menjamin sepenuhnya keamanan dan ketertiban masyarakat di Wamena dan beberapa tempat lainnya. Untuk itu, warga tidak perlu resah atau takut untuk kembali menjalankan aktivitas atau rutinitas mereka di Wamena.
Guna menjamin kenyamanan warga dalam beraktivitas, pihaknya bersama TNI terus menambah pasukan.
“Kami datang sekaligus melakukan bakti sosial juga melihat langsung saudara-saudara kita yang sedang ditampung sementara ini di Rindam,” ungkapnya.
Lanjut dia selain memberikan bantuan pihaknya juga mencoba untuk menggali harapan dari para korban yang saat ini sedang ditampung di Rindam. “ Saya melihat ada sebagian yang masih trauma dan merasa takut untuk kembali. Saya sudah mencoba meyakini mereka bahwa keadaan Wamena dan sekitarnya sekarang sudah relatif aman,” bebernya.
Ia pun memastikan sejumlah fasilitas umum yang sempat rusak akibat dibakar massa pada saat kejadian seperti PLN, instalasi air dan fasilitas umum lainnya sudah berangsur pulih dan normal.
Saat ini sejumlah pihak sedang melakukan pembersihan sisa-sisa material sisa pembakaran itu.
“Saya pikir ini bencana dan saya berharap tidak semua saudara kita pergi. Tapi untuk kaum bapak kembali lagi. Supaya bisa bekerja dan berusaha lagi,” pintanya.
Untuk itu ia meminta kepada masyarakat Papua agar tidak terpengaruh dengan beredarnya berita-berita hoax atau bohong. Karena hal itu tujuannya hanya untuk menakut-nakuti masyarakat. “Kami akan berhadapan dengan mereka karena itu kelompok bukan masyarakat,” tandasnya.
Dia mengatakan penyebab kerusuhan di sejumlah tempat di Papua itu dilakukan oleh kelompok yang terorganisir. Kelompok ini sudah melakukan upaya-upaya tersebut sejak lama guna menyatakan ketidak puasan mereka terhadap bangsa dan negara ini.
“Saudara yang ada di luar Papua pahamilah, tidak bisa berbuat reaksi yang berlebihan. Kalau kelompok-kelompok ini sudah kami tangani. Beberapa pelaku kekerasan dan kejahatan itu sudah kami tangkap dan sedang dalam proses hukum. Yang pasti kami tetap melakukan upaya penegakan hukum terhadap yang melakukan aksi anarkis,” tambahnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Jayapura, Giri Wijayantoro
Wabup Giri mengatakan Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura siap menerima warga pengungsi yang saat ini berupaya menyelamatkan diri ke Kabupaten Jayapura pasca kerusuhan yang terjadi pada senin 23 September lalu.
Untuk itu, Pemkab Jayapura bekerja sama dengan TNI-Polri terus mencari cara terbaik untuk agar para pengungsi ini bisa tertampung di Kabupaten Jayapura.
“Kita bersama berupaya bagaimana para pengungsi ini bisa tertampung di Kabupaten Jayapura, dan terlayani termasuk makan minumnya dan fasilitas yang lain yang dibutuhkan para pengungsi,” kata Giri wijayantoro kepada wartawan di Sentani, Kamis (3/10).
Tidak sampai di situ pemerintah juga akan mencarikan solusi terkait nasib mereka selanjutnya. Apakah kembali daerah asal atau kembali ke Wamena. Dikatakan dari sekian banyak jumlah korban yang ada saat ini ternyata sebagian besar masih menginginkan untuk melanjutkan usaha dan kerja mereka di Wamena.
“Tidak semua yang ditampung ini mau pulang ke kampung halaman tetapi sebagian nya juga ingin kembali ke Wamena,” tuturnya.
Ia memastikan sampai saat ini bantuan terhadap sejumlah korban kerusuhan Wamena ini harus mendapatkan perhatian dari banyak pihak dengan adanya berbagai bantuan yang diterima.
Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura juga telah menyerahkan sejumlah bantuan kepada warga korban kerusuhan itu.
Selain di Sentani, Kabupaten Jayapura, tidak sedikit pengungsi Wamena yang ditampung di Kota Jayapura. Salah satunya di Tongkonan, Kotaraja, Distrik Abepura.
Wakapolda Papua, Brigjen Pol. Yakobus Marjuki, Kamis (3/10) kemarin mengunjungi Tongkonan tempat dimana sebagian masyarakat yang berasal dari Ikatan Keluarga Toraja (IKT) Provinsi Papua yang menjadi korban peristiwa Wamena mengungsi.
Selain melihat kondisi warga, Wakapolda Yakobus Marjuki juga memberikan sejumlah bantuan berupa sembako dan yang lainnya.
“Atas perintah Kapolda, saya membawa sedikit bantuan untuk meringankan beban masyarakat yang saat ini berada di pengungsian,”ujar Yakobus di Tongkonan Kotaraja, Kamis (3/10).
Sentuhan pemerintah pasca peristiwa di Wamena diakuinya sudah mulai berjalan. Dimana sebagian masyarakat yang rumahnya tidak terbakar sudah bisa kembali ke rumahnya masing-masing.
“Bagi masyarakat yang ingin kembali, pihak keamanan menjamin penuh. Karena saat kondisi di Wamena sudah mulai kondusif,”jelasnya.
Dirinya menegaskan bahwa bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat korban peristiwa Wamena harus tepat sasaran.
” Kami berharap bantuan yang diberikan baik itu dari pemerintah maupun dari instansi yang lainya, diberikan kepada masyarakat yang betul-betul membutuhkan bantuan tersebut,” tegasnya.
Sementara itu Ketua IKT Provinsi Papua, Eliayas Paunganan mengaku sangat berterima kasih atas kunjungan dan juga sumbangan yang diberikan Polda Papua serta jajarannya kepada masyarakat IKT di Tongkonan.
Dirinya juga mengakui bahwa saat ini jumlah masyarakat IKT di Tongkonan kurang lebih 700 orang diluar 190 lainnya sudah dipulangkan ke Toraja.
Sementara itu untuk kebutuhan pengungsi diakuinya masih cukup. Namun hanya saja beberapa di antaranya belum memadai seperti MCK yang masih kurang, air bersih dan juga listrik.
Selain di Jayapura, pesawat Hercules juga menerbangkan warga yang mau mengungsi dari Wamena ke daerah lain di papua seperti di Biak Numfor.
Kamis (3/10) kemarin sekira pukul 09.30 WIT, masyarakat yang memilih eksodus pasca kerusuhan di Wamena kembali tiba di Biak di Hanggar Lanud Manuhua STAB.
Mereka tiba di Biak dengan menggunakan Pesawat Hercules A-1321 milik TNI AU. Mereka berjumlah 153 orang, sebanyak 144 di antaranya turun di Biak dan 9 orang lainnya hanya transit.
Pengungsi yang memilih eksodus itu rata-rata masyarakat asli Biak. Ketika tiba di Biak, mereka langsung dijemput oleh Danlanud Manuhua Marsma TNI Daan Sulfi, Komadan Korem 173/PVB Brigjen TNI Bahman, Sekretaris Daerah Kabupaten Biak Numfor’ Markus O Masnembra, SH.,MM dan sejumlah pejabat lainnya.
Mereka (pengungsi) diantar langsung ke tempat tujuannya di sejumlah titik menggunakan bus milik Pemda Biak Numfor, TNI AU dan TNI AD. Ada yang tinggal di wilayah Biak Kota namun ada juga yang diantar ke luar kota sesuai dengan tujuan mereka. Sedangkan, penumpang yang transit sebanyak 9 orang itu untuk sementara tinggal di mess transit bintara Lanud Manuhua.
“Hampir semuanya masyarakat Biak, sisanya adalah yang transit sebanyak 9 orang. Mereka saat tiba langsung dijemput oleh Danlanud, Danrem 173/PVB, Sekda Biak Numfor dan sejumlah pejabat serta perwira lainnya. Setelah diberikan snack, mereka diantar ke kampungnya di sejumlah wilayah Biak Numfor menggunakan bus,” kata Kapentak Lanud Manuhua Letkol. Sus Mangapul Simanjuntak kepada Cenderawasih Pos, kemarin.
Kedatangan pengungsi dari Wamena menggunakan pesawat Hercules itu adalah yang ketiga kalinya dalam tiga hari terakhir ini. Sebelumnya, Selasa (1/10) ada 179 pengungsi dengan tujuan Biak, Makassar, dan Malang transit dan bermalam di Biak lalu lanjut.
Sehari kemudian, Rabu (2/10) sebanyak 170 pengungsi yang hampir semuanya masyarakat Biak juga kembali diturunkan menggunakan esawat Hercules. Dan terakhir, Kamis (3/10) kemarin sebanyak 153 pengungsi kembali diturunkan di Biak.
Rata-rata para pengungsi memilih kembali ke Biak Numfor karena belum bisa dipastikan anak-anak mereka ke depan akan bisa sekolah dengan baik atau tidak. “Ya, bagus kalau beberapa hari ke depan bisa langsung sekolah, tapi kalau tidak anak-anak juga kasihan. Makanya kami ke Biak dulu, untuk sementara kalau memungkinkan sekolah di Biak,” ucap seorang ibu yang tidak bersedia dikorankan namanya.
Lalu apakah masih akan ada pengungsi berikutnya? Danlanud Mahuhua Daan Sulfi sebelumnya tidak bisa memastikan apakah masih ada atau tidak, namun pada dasanya pihaknya siap melakukan penyambutan dan membantu. “Intinya kami di Lanud bersama stake holder tetap memberikan perhatian serius terhadap setiap penggungsi yang tiba di Biak,” tandasnya.
Selain Wamena, Kabupaten Merauke juga menjadi salah satu tujuan warga yang keluar dari Wamena.
Jika sebelumnya, 200 korban kerusuhan Wamena mengungsi ke Merauke, maka giliran 138 korban kerusuhan Wamena yang tiba menggunakan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara, Kamis (3/10) sekira pukul 09.45 WIT.
Turun dari pesawat, para pengungsi disambut Danlanud Merauke Kolonel Penerbang Deni Hasoloan Simanjuntak, Kapolres Merauke, AKBP. Bahara Marpuang, SH dan Kasdim 1707/Merauke Mayor Inf. Abdul Hadi, S.Sos.
Sebelum diangkut dengan bus menuju GOR Hiad Sai Merauke, para pengungsi tersebut langsung didata identitas mereka masing-masing. Selanjutnya menuju GOR Hiad Sai.
Di GOR Hiad Sai, Dinas Sosial Kabupaten Merauke sudah menyiapkan tikar dan selimut bagi para pengungsi. Namun keluarga dan panguyuban satu persatu datang mengambil warganya dan membawanya ke ke rumah maupun sekretariat panguyuban masing-masing.
Untuk pengungsi yang pertama mendarat di Merauke kebanyakan warga Bugis Makassar, maka yang tiba kemarin sebagian besar warga Toraja. “Ada sekira 50 warga Toraja, kemudian disusul warga dari NTT,’’ kata Awan salah seorang petugas Dinas Sosial.
Awan menjelaskan bahwa pemerintah daerah melalui Dinas Sosial menyiapkan penampungan tersebut. Termasuk untuk makan dan minum selama berada di tempat penampungan. Namun karena sudah dibawa oleh masing-masing keluarga dan panguyuban dari pengungsi tersebut sehingga untuk masalah makan dan minum menjadi tanggung jawab keluarga dan panguyuban masing-masing.
Secara terpisah, Danlanud Merauke Kolonel Penerbang Deni Hasoloan Simanjuntak menjelaskan bahwa 138 pengungsi yang tiba di Merauke terdiri dari 122 dewasa, 15 anak-anak dan 1 bayi.
“Soal pengungsi apakah masih ada atau sudah tidak ada ke Merauke, kami hanya tunggu informasi dari Wamena,” tambahnya.
Sementara itu, salah seorang pengungsi yang baru tiba tersebut kepada media ini mengaku jika kondisi Wamena sebenarnya sudah kondusif. Namun dirinya memilih keluar dari Wamena karena takut serangan tiba-tiba. ‘’Karena masih banyak informasi yang beredar. Antara benar dan tidak. Tapi sebagai antisipasi lebih baik kami memilih keluar dari Wamena,’’ kata salah satu pengungsi tersebut. (bet/roy/kim/itb/ulo/nat)