Friday, April 26, 2024
32.7 C
Jayapura

Jumlah Pengungsi Mulai Berkurang

ANTRE: Sejumlah pengungsi saat mengantre mengambil makanan di Makodim 1702/Jayawijaya, kemarin. ( FOTO : Denny/Cepos)

WAMENA-Jumlah warga yang mengungsi di Makodim 1702/Jayawijaya dan Mapolres Jayawijaya pasca aksi anarkis 23 September 2019 mulai berkurang. 

Berkurangnya jumlah pengungsi tersebut selain karena eksodus keluar Kabupaten Jayawijaya, ada juga yang memilih kembali ke rumahnya masing-masing setelah kondisi keamanan di Jayawijaya mulai kondusif. 

Dandim 1702/ Jayawijaya, Letkol Inf. Candra Dianto mengakui berkurangnya jumlah warga yang mengungsi di Makodim 1702/Jayawijaya. 

Menurut Candra, awalnya jumlah warga yang mengungsi di Makodim mencapai 3.500 orang dan hingga Kamis (3/10) sudah berkurang menjadi 2.500 orang. 

Berkurangnya jumlah warga yang mengungsi di Makodim menurut Chandra beberapa di antaranya turun ke Jayapura. 

 “Kalau yang saya lihat kebanyakan pengungsi di Kodim sudah mulai ke tempatnya masing-masing.  Apalagi tadi ada kerja bhakti membersihkan puing-puing bangunan yang dibakar dan warga juga sudah melihat sendiri keamanan yang mulai kondusif,” ungkapnya,Kamis (3/10). 

Baca Juga :  Ancam Tak Berikan Pelayanan Rawat Jalan

Dikatakan, dalam kerja bhakti yang dikoordinir Pemkab Jayawijaya, pengungsi kaum pria di Makodim semuanya dilibatkan. Sehingga mereka bisa melihat situasi keamanan secara nyata di lapangan.

“Setelah para pengungsi tadi kita ikutkan, ada pembicaraan di antara mereka untuk kembali ke rumahnya masing-masing, apabila aliran listrik di daerah Hom-hom bisa kembali dinyalakan. Untuk itu, bupati sudah meminta PLN untuk diperbaiki sesegera mungkin,” ujarnya.

Dandim mengatakan, kemungkinan besar setelah aliran listrik pulih, masyarakat yang mengungsi akan kembali ke rumahnya masing-masing. Sebab sejak aksi massa meletus, aliran listrik terganggu akibat adanya gardu listrik yang dibakar. Kondisi ini yang membuat warga enggan kembali ke rumahnya.

“Selama ada pengungsian kita akan tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat. Karena bagaimana pun mereka masih keluarga kita yang ada di Wamena. Untuk itu, kewajiban TNI adalah mengatasi kesulitan warga di sekelilingnya,” pungkasnya.

Baca Juga :  IRT Tewas Dikampak Anak Tiri

Secara terpisah Kapolres Jayawijaya AKBP. Tonny Ananda Swadaya juga mengakui mulai berkurangnya jumlah pengungsi di Mapolres Jayawijaya. “Jumlah pengungsi di Mapolres awalnya sekira 2.500 orang. Saat ini tinggal 1.400 orang. Jadi ada sekira 1.000-an orang yang kembali ke rumahnya atau meninggalkan Wamena,” jelasnya.

Warga yang mengungsi ke Mapolres Jayawijaya menurut Tonny Ananda kebanyakan berdomisili di pinggiran kota. Mereka kebanyakan pelaku usaha, sehingga kemungkinan besar sudah banyak yang kembali melakukan aktivitas usahanya. 

“Aktivitas ekonomi dalam kota sudah kembali pulih. Oleh sebab itu, pengungsi yang merupakan pelaku usaha juga sudah kembali beraktivitas,” pungkasnya. (jo/nat)

ANTRE: Sejumlah pengungsi saat mengantre mengambil makanan di Makodim 1702/Jayawijaya, kemarin. ( FOTO : Denny/Cepos)

WAMENA-Jumlah warga yang mengungsi di Makodim 1702/Jayawijaya dan Mapolres Jayawijaya pasca aksi anarkis 23 September 2019 mulai berkurang. 

Berkurangnya jumlah pengungsi tersebut selain karena eksodus keluar Kabupaten Jayawijaya, ada juga yang memilih kembali ke rumahnya masing-masing setelah kondisi keamanan di Jayawijaya mulai kondusif. 

Dandim 1702/ Jayawijaya, Letkol Inf. Candra Dianto mengakui berkurangnya jumlah warga yang mengungsi di Makodim 1702/Jayawijaya. 

Menurut Candra, awalnya jumlah warga yang mengungsi di Makodim mencapai 3.500 orang dan hingga Kamis (3/10) sudah berkurang menjadi 2.500 orang. 

Berkurangnya jumlah warga yang mengungsi di Makodim menurut Chandra beberapa di antaranya turun ke Jayapura. 

 “Kalau yang saya lihat kebanyakan pengungsi di Kodim sudah mulai ke tempatnya masing-masing.  Apalagi tadi ada kerja bhakti membersihkan puing-puing bangunan yang dibakar dan warga juga sudah melihat sendiri keamanan yang mulai kondusif,” ungkapnya,Kamis (3/10). 

Baca Juga :  Atasi Konflik di Papua, Pangdam Dukung Pendekatan Dialog

Dikatakan, dalam kerja bhakti yang dikoordinir Pemkab Jayawijaya, pengungsi kaum pria di Makodim semuanya dilibatkan. Sehingga mereka bisa melihat situasi keamanan secara nyata di lapangan.

“Setelah para pengungsi tadi kita ikutkan, ada pembicaraan di antara mereka untuk kembali ke rumahnya masing-masing, apabila aliran listrik di daerah Hom-hom bisa kembali dinyalakan. Untuk itu, bupati sudah meminta PLN untuk diperbaiki sesegera mungkin,” ujarnya.

Dandim mengatakan, kemungkinan besar setelah aliran listrik pulih, masyarakat yang mengungsi akan kembali ke rumahnya masing-masing. Sebab sejak aksi massa meletus, aliran listrik terganggu akibat adanya gardu listrik yang dibakar. Kondisi ini yang membuat warga enggan kembali ke rumahnya.

“Selama ada pengungsian kita akan tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat. Karena bagaimana pun mereka masih keluarga kita yang ada di Wamena. Untuk itu, kewajiban TNI adalah mengatasi kesulitan warga di sekelilingnya,” pungkasnya.

Baca Juga :  Kapolda: Sudah Ada Gambaran Kelompok yang Membacok 2 Anggota TNI

Secara terpisah Kapolres Jayawijaya AKBP. Tonny Ananda Swadaya juga mengakui mulai berkurangnya jumlah pengungsi di Mapolres Jayawijaya. “Jumlah pengungsi di Mapolres awalnya sekira 2.500 orang. Saat ini tinggal 1.400 orang. Jadi ada sekira 1.000-an orang yang kembali ke rumahnya atau meninggalkan Wamena,” jelasnya.

Warga yang mengungsi ke Mapolres Jayawijaya menurut Tonny Ananda kebanyakan berdomisili di pinggiran kota. Mereka kebanyakan pelaku usaha, sehingga kemungkinan besar sudah banyak yang kembali melakukan aktivitas usahanya. 

“Aktivitas ekonomi dalam kota sudah kembali pulih. Oleh sebab itu, pengungsi yang merupakan pelaku usaha juga sudah kembali beraktivitas,” pungkasnya. (jo/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya