Hanya harga dan prosenya tidak mudah. Bahkan harus ada yang berakhir dengan korban nyawa seperti di Mimika. Anthon menyebut bahwa ada penghubung atau kaki tangan TPN OPM yang menjadi korban dari kasus mutilasi di Timika lalu. “Itu ada yang kami beli. Harganya tidak murah tapi bisa kami beli. Dananya dari masyarakat kumpul – kumpul sedikit demi sedikit kemudian kami beli senjatanya,” beber Anthon melalui ponselnya, Ahad (18/9).
Kapolres Pegunungan Bintang, AKBP Cahyo menyampaikan bahwa dari kejadian penyerangan dan pembakaran alat berat ini pihaknya tengah fokus untuk memulihkan psikologi para pekerja.
Aksi KKB yang mendadak itu membuat para pekerja lari tunggang langgang menyelamatkan diri. Yang lebih menyedihkan lagi para pelaku membakar 6 alat berat yang terdiri dari 5 buah excavator dan 1 buah buldozer.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes Polisi Ahmad Musthofa Kamal menyampaikan bahwa ini bagian dari aksi terror KKB. Kejadian tersebut terjadi pada Senin (12/9) malam sekira pukul 20.00 WIT dimana kelompok ini masuk dalam wilayah Ngalum Kupel yang dipimpinan Nason Mimin. Kejadian pembakaran ini baru dilaporkan oleh warga setempat kepada aparat pada pukul 23.00 WIT.
"Namun saya cek ke seluruh pimpinan dan anggota wilayah batalyon-batalyon, kompi-kompi hingga regu serta semua anggota inteljen telah saya pastikan bahwa mereka semua ada dan sehat tidak ada pasukan saya yang korban," katanya.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes Polisi Ahmad Musthofa Kamal mengungkapkan, peristiwa penembakan itu terjadi pada Selasa (30/8), sekira pukul. 10.00 WIT, saat korban sedang mengerjakan jalan di Mamba, Distrik Sugapa Kabupaten Intan Jaya Papua.
Untungnya dalam melakukan aksinya ini tidak menimbulkan korban jiwa dan dugaan sementara aksi pembakaran ini diduga dilakukan oleh KKB Paniai yang dipimpin Stefanus Kobogau dan Ayun Waker yang merupakan anggota KKB Kodap VIII Kemabu Kabupaten Intan Jaya.
Kepala Kantor Wilayah DJPb Papua Burhani menyebut, banyak hal yang melatar belakanginya. Adanya basis Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB-red) di daerah tersebut dan dari sisi geografis.
“Mereka (KKB-red) mengklaim orang yang dibunuh adalah intel, padahal orang-orang sipil yang bekerja di daerah tersebut. Kami rasa ini kekejaman yang keterlaluan. Dimana di antara korban tersebut ada seorang ustaz dan pendeta,” ungkap Uskup Leo Ladjar saat ditemui Cenderawasih Pos di Jayapura, Senin (25/7).
Kenapa demikian ? Menurut Anthon Raharusun, sebab ideologi tersebut, bukan sebuah ideologi yang radikal. Tetapi dilain sisi, cara-cara yang dilakukan kelompok ini menurut dosen di STIH Biak ini seringkali sangat ekstrim.