Dari 24 siswa yang dipulangkan tersebut, 11 siswa berasal dari Kabupaten Asmat, 11 siswa dari Kabupaten Boven Digoel dan 2 siswa berasal dari Kabupaten Merauke. Sedangkan Kabupaten Mappi tidak ada.
Tidur di teras kantor beralaskan tikar, ada juga yang memilih nongkron semalaman di halaman Kantor Gubernur demi kejelasan anggaran dana beasiswa untuk putra putri mereka yang sedang menempuh pendidikan di dalam maupun luar negeri.
“Kami minta BPSDM fasilitasi proses verifikasi data dan validasi sebelum data itu diverifikasi kembali jangan dulu disebarkan kemana mana, termasuk ke pemerintah kabupaten/kota di Papua,” ucapnya.
Para orang tua dan mahasiswa datang sambil membawa spanduk dan pamflet bertuliskan “Pendidikan bermartabat adalah hak konstitusional warga negara dan merupakan hak asasi manusia” ada juga tulisan “Kami adalah dampak dari adanya siluman keuangan” “pemerintah lalai pendidikan terbengkalai”
Kepala Bidang Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Provinsi Papua, Laurens Wantik mengatakan program Adim dan Adik ini hanya dikhususnya bagi orang asli papua (OAP). Penerima Beasiswa Adim dan Adik lanjut dia akan disekolahkan di Sekolah maupun Perguruan Tinggi yang berkualitas yang tesebar di Enam Provinsi di Indonesia.
‘’Untuk tahun pertama ini, kuota yang kita siapkan sebanyak 305 orang. Semua yang kita seleksi adalah anak-anak asli Papua Selatan karena dana yang akan kita gunakan bersumber dari dana Otsus Papua,’’ tandas Timotius Ndiken.
“Kami berharap dengan adanya perubahan regulasi, pemerintah kabupaten/kota bisa terus mensuport dan menopang program ini ke depan. Sebab ini sesuatu yang baik bagi semua,” ucap Aryoko