Fakhiri juga mengapresiasi kinerja KPU dan Bawaslu Papua sebagai penyelenggara pemilu. Tidak lupa, ia menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak yang mungkin merasa tersinggung selama berlangsungnya proses politik.
“Kami menghormati kinerja penyelenggara yang telah bekerja maksimal. Jika ada kekurangan, itu hal manusiawi. Kami juga memohon maaf jika ada kata atau tindakan dari pendukung kami yang menyinggung pihak lain, baik yang disengaja maupun tidak,” tambahnya.
Sebagai bentuk komitmen rekonsiliasi, Fakhiri mengumumkan rencananya untuk segera bertemu dengan edua rival politiknya pada Pilkada Papua yaitu Benhur Tomi Mano dan Costan Karma.
“Kami membuka diri. Saya akan berkomunikasi dan bertemu dengan bapak Tomy Mano dan Bapak Costan Karma, sebagai saudara, demi Papua yang lebih baik. Kami satu, kami anak-anak Papua,” pungkasnya.
Dijelaskan bahwa perbedaan pilihan dalam politik bukan alasan untuk bertikai. Dengan mengusung tagline Kasih Menembus Perbedaan Fakhiri berharap Papua bisa menjadi perekat persaudaraan sekaligus barometer pembangunan dan pendidikan di Tanah Papua.
Lebih jauh ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama bergandengan tangan membangun dan memajukan Provinsi Papua agar bisa menjadi contoh bagi semua provinsi yang lahir di tanah Papua. Di akhir pernyataannya, Fakhiri menekankan pentingnya persatuan di tengah keberagaman Papua. “Berapa pun jumlah provinsi atau kabupaten di Tanah Papua, kita tetap satu sebagai anak-anak Papua. Perbedaan harus menjadi kekuatan untuk membangun Papua yang kita cintai ini,” tutupnya.
Diketahui, pasangan Matius Fakhiri dan Aryoko Rumaropen, ditetapkan sebagai peraih suara terbanyak PSU Pilkada Papua dengan total 259.817 suara atau 50,4% dari total suara sah mengungguli pasangan Benhur Tomi Mano – Constan Karma (BTM-CK).