JAYAPURA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah V Jayapura memprediksi bahwa pada, periode 29 Desember 2025 hingga 4 Januari 2026 berpotensi akan terjadinya hujan di wilayah pesisir utara Provinsi Papua.
Hal ini terjadi karena, gelombang atmosfer selama sepekan ke depan menunjukkan adanya Gelombang Kelvin aktif di sekitar Samudra Pasifik utara Papua. Sehingga berpotensi menimbulkan gangguan cuaca, khususnya di wilayah perairan utara Papua, serta meningkatkan peluang terjadinya hujan di wilayah pesisir utara Provinsi Papua.
Demikian dijelaskan, Ezri Ronsumbre selaku Ketua Tim Layanan Meteorologi Publik, BMKG Wilayah V Jayapura kepada Cenderawasih melalui via WhatsApp (WA), Senin (29/12).
Berdasarkan hasil monitoring kondisi cuaca terkini di wilayah Papua, terpantau anomali suhu muka laut sebesar +0,8°C yang berkontribusi terhadap peningkatan suplai uap air di atmosfer. Selain itu Ezri menjelaskan keberadaan daerah belokan angin (shearline) serta labilitas lokal yang kuat juga turut mendukung proses pertumbuhan awan hujan di sebagian besar wilayah Papua.
JAYAPURA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah V Jayapura memprediksi bahwa pada, periode 29 Desember 2025 hingga 4 Januari 2026 berpotensi akan terjadinya hujan di wilayah pesisir utara Provinsi Papua.
Hal ini terjadi karena, gelombang atmosfer selama sepekan ke depan menunjukkan adanya Gelombang Kelvin aktif di sekitar Samudra Pasifik utara Papua. Sehingga berpotensi menimbulkan gangguan cuaca, khususnya di wilayah perairan utara Papua, serta meningkatkan peluang terjadinya hujan di wilayah pesisir utara Provinsi Papua.
Demikian dijelaskan, Ezri Ronsumbre selaku Ketua Tim Layanan Meteorologi Publik, BMKG Wilayah V Jayapura kepada Cenderawasih melalui via WhatsApp (WA), Senin (29/12).
Berdasarkan hasil monitoring kondisi cuaca terkini di wilayah Papua, terpantau anomali suhu muka laut sebesar +0,8°C yang berkontribusi terhadap peningkatan suplai uap air di atmosfer. Selain itu Ezri menjelaskan keberadaan daerah belokan angin (shearline) serta labilitas lokal yang kuat juga turut mendukung proses pertumbuhan awan hujan di sebagian besar wilayah Papua.