Friday, April 26, 2024
27.7 C
Jayapura

MRP: Jangan ada Stigma Bodoh Bagi OAP dari Kepala Daerah

Thimotius Murib ( FOTO : Noel/Cepos)

JAYAPURA – Karakter anak-anak Orang Asli Papua (OAP) yang keras dan sering malas dalam mengejakan sesuatu bukan menjadi alasan bagi kepala daerah dan pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk tidak membina dan memberdayakan mereka untuk maju dalam segalah hal  guna bersaing dengan masyarakat luas.

Ketua MRP Papua, Thimotius Murib mengungkapkan  ada satu paradigma yang tak disadari oleh beberapa kepala daerah dan pimpinan OPD dimana mereka terkontaminasi dengan pola pikir masyarakat di luar Papua yang menganggap orang Papua itu tidak mampu atau bodoh dan pemalas padahal dalam kenyataannya tidak semua orang Papua memiliki sikap seperti itu.

“Kita harus merubah pola pikir kita bahwa ada anak Papua juga yang pintar cerdas dan mampu melakukan terobosan maka paradigma bodoh tidak mampu yang diciptakan orang lain jangan sampai mempengaruhi kepala daerah untuk memberikan ruang kepada anak asli daerah berkembang dalam segala bidang karena anak Papua tidak bodoh,” katanya yang menyayangkan sikap kepala daerah tersebut.

Morib mengatakan sebenarnya terjadi kekeliruan bagaimana kepala daerah memberikan jabatan dan kepercayaan kepada non Papua.

Baca Juga :  MUI Kota Jayapura Minta Umat Jangan Golput

“Saat memberikan jabatan maupun proyek serta kepercayaan sebagai sopir taksi maupun pekerja biasa kepada masyarakat luar Papua (pendatang) ini sangat keliru, kapan kepala daerah yang hitam kulit rambut keriting mempercayai orang Papua yang juga hitam kulit keriting rambut untuk bisa pintar sama dengan masyarakat di Non Papua,” katanya.

Katanya dalam undang-undang Otsus  telah mengamanatkan agar kepala- kepala daerah bisa mengambil kewenangan seluas-luasnya untuk membina OAP untuk maju dan mandiri, maka kepala daerah berhak memperhatikan memperhatikanya masyatakatnya untuk maju.

“Mereka punya hak dan wajib membina sesama orang asli Papua, kapan lagi kalo kalau bukan sekarang dan mereka anak-anak Papua ini yang harus diperhatikan, stop dengan mengangap mereka tidak mampu, kita mahluk ciptaan Tuhan sama apa yang membedakan kita dengan mendatang, kepala daerah berhak membela kelemahan masyarakatnya untuk bisa lebih maju,” tegasnya.

Dia mengatakan di masa otonomi yang sudah berakhir apapun alasannya dengan berbagai latar belakang dan permasalahan yang ada bagi anak-anak Papua jangan langsung menjustifikasi mereka tidak mampu dan bodoh tetapi bagaimana kepala daerah dan pimpinan DPD membina mereka dalam keterbatasan mereka untuk maju dan bisa  bersaing setara dengan saudara-saudara lainnya yang datang ke Papua.

Baca Juga :  Antisipasi Penyebaran Covid-19 Mempedomani Maklumat Kapolri

Untuk itu, Ia menegaskan bahwa kepala daerah DPRD, MRP dan Pengusaha harus memahami hari ini bahwa orang Papua tidak bisa dibentuk dengan cara yang pelan seperti saudara lainnya di luar Papua tetapi  harus dinasehati secara berulang dengan bahasa yang sedikit keras.

Selain itu, dia juga meminta kepada seluruh generasi muda Papua agar tidak kalah saing lebih kreatif dalam memanfaatkan teknologi dan juga ilmu pengetahuan dengan mengembangkan diri dan menciptakan kreativitas agar lebih maju dengan saudara-saudara lainnya.

Thimotius juga meminta agar kepala daerah jangan menganggap mahasiawa asli papua yang potensi sebagai ancaman, sehingga kadang mereka tidak diberikan ruang padahal mereka punya kompotensi dan kemampuan. (oel/gin).

Thimotius Murib ( FOTO : Noel/Cepos)

JAYAPURA – Karakter anak-anak Orang Asli Papua (OAP) yang keras dan sering malas dalam mengejakan sesuatu bukan menjadi alasan bagi kepala daerah dan pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk tidak membina dan memberdayakan mereka untuk maju dalam segalah hal  guna bersaing dengan masyarakat luas.

Ketua MRP Papua, Thimotius Murib mengungkapkan  ada satu paradigma yang tak disadari oleh beberapa kepala daerah dan pimpinan OPD dimana mereka terkontaminasi dengan pola pikir masyarakat di luar Papua yang menganggap orang Papua itu tidak mampu atau bodoh dan pemalas padahal dalam kenyataannya tidak semua orang Papua memiliki sikap seperti itu.

“Kita harus merubah pola pikir kita bahwa ada anak Papua juga yang pintar cerdas dan mampu melakukan terobosan maka paradigma bodoh tidak mampu yang diciptakan orang lain jangan sampai mempengaruhi kepala daerah untuk memberikan ruang kepada anak asli daerah berkembang dalam segala bidang karena anak Papua tidak bodoh,” katanya yang menyayangkan sikap kepala daerah tersebut.

Morib mengatakan sebenarnya terjadi kekeliruan bagaimana kepala daerah memberikan jabatan dan kepercayaan kepada non Papua.

Baca Juga :  Antisipasi Penyebaran Covid-19 Mempedomani Maklumat Kapolri

“Saat memberikan jabatan maupun proyek serta kepercayaan sebagai sopir taksi maupun pekerja biasa kepada masyarakat luar Papua (pendatang) ini sangat keliru, kapan kepala daerah yang hitam kulit rambut keriting mempercayai orang Papua yang juga hitam kulit keriting rambut untuk bisa pintar sama dengan masyarakat di Non Papua,” katanya.

Katanya dalam undang-undang Otsus  telah mengamanatkan agar kepala- kepala daerah bisa mengambil kewenangan seluas-luasnya untuk membina OAP untuk maju dan mandiri, maka kepala daerah berhak memperhatikan memperhatikanya masyatakatnya untuk maju.

“Mereka punya hak dan wajib membina sesama orang asli Papua, kapan lagi kalo kalau bukan sekarang dan mereka anak-anak Papua ini yang harus diperhatikan, stop dengan mengangap mereka tidak mampu, kita mahluk ciptaan Tuhan sama apa yang membedakan kita dengan mendatang, kepala daerah berhak membela kelemahan masyarakatnya untuk bisa lebih maju,” tegasnya.

Dia mengatakan di masa otonomi yang sudah berakhir apapun alasannya dengan berbagai latar belakang dan permasalahan yang ada bagi anak-anak Papua jangan langsung menjustifikasi mereka tidak mampu dan bodoh tetapi bagaimana kepala daerah dan pimpinan DPD membina mereka dalam keterbatasan mereka untuk maju dan bisa  bersaing setara dengan saudara-saudara lainnya yang datang ke Papua.

Baca Juga :  Satpol PP Dilema "Usir" Pedagang Arso dan  Koya

Untuk itu, Ia menegaskan bahwa kepala daerah DPRD, MRP dan Pengusaha harus memahami hari ini bahwa orang Papua tidak bisa dibentuk dengan cara yang pelan seperti saudara lainnya di luar Papua tetapi  harus dinasehati secara berulang dengan bahasa yang sedikit keras.

Selain itu, dia juga meminta kepada seluruh generasi muda Papua agar tidak kalah saing lebih kreatif dalam memanfaatkan teknologi dan juga ilmu pengetahuan dengan mengembangkan diri dan menciptakan kreativitas agar lebih maju dengan saudara-saudara lainnya.

Thimotius juga meminta agar kepala daerah jangan menganggap mahasiawa asli papua yang potensi sebagai ancaman, sehingga kadang mereka tidak diberikan ruang padahal mereka punya kompotensi dan kemampuan. (oel/gin).

Berita Terbaru

Artikel Lainnya